45 '

887 84 12
                                    

•┈┈┈••✦ Happy Reading ✦••┈┈┈•

Queenstown Internasional PlayGroup.

Eno berjalan dengan riang memasuki halaman sekolah setelah kepergian sang mama yang telah mengantarnya.

"Valeno." sebuah suara bariton memanggil namanya membuat anak tersebut mencari sumber suara.

"Maaf, apa paman mengenalku?" tanya Eno menatap pada seorang pria gagah yang tingginya menjulang dengan balutan jas.

Pria itu menundukkan tubuhnya dan mensejajarkan nya dengan tinggi badan Eno. Ia menatap lekat wajah Eno yang terlibat sangat tampan tapi terkesan manis, mata itu, bibir itu semuanya sangat mirip dengan keindahan yang Navel punya.

"Paman?" Eno memiringkan kepalanya, menatap pria di hadapannya hanya diam dan tak menjawab pertanyaannya.

"Oh, Hay Eno. Aku Krittin. Kau tampan sekali nak,"

Eno tersenyum hangat. "Hay juga Paman Krittin. Apa kau mengenalku?"

Krit mengangguk. "Tentu. Aku bahkan sangat mengenal dan sangat mencintai orang yang kau panggil mama itu."

"Kau mencintai mama ku seperti paman Korn mencintainya?" tanya Eno dengan wajah polos, sesaat mendengar kata Korn pria itu kembali ingin marah, tapi sesaat ia urungkan karena dia sedang di depan putranya saat ini.

Alhasil, Krit mengeluarkan sebuah ponsel dan memberi tahu kan sebuah foto pada Eno. "Lihat ini." ucap Krit yang justru membuat Eno bingung.

"Kenapa mama pernah berfoto dengan paman?"

Krit menundukkan wajahnya, dia tak sanggup lagi dengan panggilan putranya yang terus memanggilnya paman. Kini Krit segera memeluk tubuh Eno dan meneteskan air matanya dalam pelukan tersebut.

"Paman? Apakah aku melukai mu? Kenapa kau sedih?" Eno membawa tangan kecilnya mengusap punggung pria dewasa dalam pelukannya.

"Apa kau benar-benar merindukan papa mu, Eno?" tanya Krit dengan suara parau.

Eno terdiam. "Paman, jangan bertanya tentang papaku. Karena dia sudah ada di surga. Mama bilang aku tidak akan bisa lagi bertemu dengannya karena papa sudah meninggalkan ku."

Eno juga ikut meneteskan air matanya. Wajah Krit kian memerah. Ia tak sanggup melihat tangisan putranya. Ia semakin mengeratkan pelukan itu.

"Tidak sayang. Papa ada di sini, papa sedang memelukmu. Maaf papa datang terlambat, sayang." ucap Krit dengan suara parau yang reflek membuat Eno terkejut.

"Paman, jangan berbohong mana mungkin kau papaku."

Krit melepaskan pelukan mereka. "Lihatlah ini." ia menunjukkan begitu banyak foto saat dirinya bersama dengan Navel dulu. "Hanya sepasang kekasih dan orang yang saling mencintai yang bisa berfoto sedekat ini. Apa kau percaya padaku?"

Akhirnya tangis Eno memecah. Dia segera memeluk Krit dengan erat. "Apakah Tuhan sedang mengabulkan doanku dan benar-benar akan meminjamkan papa satu kali saja?"

"Tidak." Krit terus menggeleng dan meyakinkan Eno. "Kita akan bersama selamanya sayang."

"Mau ikut dengan papa? Kita akan bercerita banyak hal sambil makan es krim?" tawar Krit dan Eno mengangguk setuju.

Krit menggendong tubuh Eno dan menuju ke dalam mobilnya.

Hari ini Erio sudah bisa melakukan aktivitasnya kembali, namun Navel belum bisa membiarkan anak itu kembali ke sekolah khusus. Bahkan Navel sempat berpikir bahwa dia akan melakukan private school saja untuk Erio sampai keadaan tubuhnya benar-benar kuat dan ia harus mendiskusikan semua ini terlebih dahulu pada Nuea dan kakaknya.

Perfect Match [ PPV- TAMAT✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang