Satu tahun kemudian. Setelah kepergian sang istri, Jidan tak lagi tersenyum seperti dulu. Setiap kali teman-temannya itu membuat sebuah lelucon, Jidan hanya menanggapinya dengan senyum tipis yang terlihat terpaksa.
"Jidan, Jidan!" panggil Malik memegang bahu Jidan yang kala itu sedang duduk di teras kantor bersama anak-anak Orion.
"Paan?" tanya Jidan datar.
"Gue punya tebak-tebakan lucu nih, buat lo," jawab Malik tersenyum lebar.
"Mulai-mulai..." sahut Leo yang merasa sudah terbiasa dengan lelucon lucu yang dilontarkan oleh salah satu temannya itu.
"Mie, mie apa yang dibenci temen?" tanya Malik.
"Mie apa?" timpal Jidan tanpa ekspresi.
"Mie njem duit, hahaha!" Malik tertawa terbahak-bahak dengan leluconnya sendiri.
"Hahaha, lucu." Jidan tersenyum kecut. "Lucu lo begitu?!"
Tatapan tajam Jidan berhasil membuat Malik berhenti tertawa. "Aelah, ketawa kek lo... jangan kek batu gitu."
"Jidan..." Naufal duduk di samping Jidan. "Lo jangan terlalu lama berlarut-larut sama kesedihan lo terus. Kalo lo gini terus yang ada Shella nanti gak tenang di atas sana."
"Emang gue yang ada di sini tenang gitu menurut lo?" timpal Jidan menatap Naufal.
"Serah lo deh," final Naufal yang sudah lelah dengan Jidan.
Jidan bangun dari duduknya, menepuk-nepuk celananya yang kotor dari debu di teras kantor.
"Lo mau ke mana?" tanya Rija melihat Jidan bangun dari duduknya.
"Kerja lah, ngapain lagi gue ada di sini kalo gak kerja? Aneh lo," balas Jidan ketus.
Saat Jidan hendak kembali bekerja dan menyimpan handphonenya di saku celananya, seseorang tak sengaja menabrak Jidan dari belakang membuat handphonenya itu terjatuh ke tanah dan rusak.
"Sorry-sorry! Gue gak sengaja," katanya mengambil handphone Jidan dan hendak mengembalikannya.
Saat mata mereka bertemu, bukannya mengambil handphonenya, Jidan malah menatap seseorang itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Shella." Hanya itu yang keluar dari mulut Jidan ketika melihat seorang gadis yang memiliki wajah sama dengan mendiang istrinya.
"Apa lo bilang?"
"Shella, ini beneran kamu, kamu masih hidup?" Jidan memegang kedua tangan gadis yang ada di hadapannya itu.
"Lo gak sopan banget sih jadi cowok! Main pegang-pegang tangan gue, emang gue cewek apaan?!" Gadis itu melepas tangan Jidan dengan kasar.
"Shella, kamu-"
"Lepasin gue!" Gadis itu melepas tangan Jidan dengan kasar, "Nih handphone lo, bakalan gue ganti, lo gak perlu khawatir!" Gadis itu meletakkan handphone Jidan di atas telapak tangan Jidan, lalu pergi ke dalam kantor dengan perasaan kesal.
Anak-anak Orion yang menjadi saksi atas kejadian tersebut merasa tak percaya dengan apa yang mereka lihat barusan.
"Dan, itu Shella bukan?" tanya Leo berdiri berjalan ke arah Jidan yang masih terdiam membeku.
"Tampar gue, Leo. Ini mimpi atau bukan," suruh Jidan yang masih menatap pintu kantor.
Plak!
Seperti yang disuruh oleh Jidan, Leo secara langsung menampar pipi Jidan dengan keras, membuat lelaki itu meringis sakit dan memukul perut Leo.
"Lo ngapain hah, nampar gue segala? Lo pikir gak sakit apa..." marah Jidan menatap tajam Leo.
"Lo bilang tampar, ya gue tampar lah," balas Leo. "Sakit banget lagi lo mukul gue."
***
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" seru orang yang ada di dalam.
Ceklek!
Pintu terbuka dan masuklah seorang gadis dengan pakaian sederhana dengan membawa surat lamaran kerja di tangannya.
"Duduk," suruh Celine. Gadis itu pun segera duduk meskipun sedikit gugup bertemu dengan Celine.
"Saya mau lamar kerja di sini, Bu. Seperti yang ada di sosial media, jika Ibu sedang membutuhkan office girl di kantor, Ibu. Makanya saya mau lamar kerja di sini, Bu," jelasnya menyerahkan surat lamaran tersebut pada Celine.
Celine membuka surat itu dan membaca data diri gadis yang ada di hadapannya. Setelah selesai membacanya, Celine memasukan kembali surat itu pada amplop coklat yang berukuran besar tersebut.
"Jadi... nama kamu, Ashella?" tanya Celine. Gadis yang bernama Ashella itu langsung mengangguk dan tersenyum ramah pada Celine.
"Saya janji, Bu. Kalo saya keterima kerja di sini, saya akan giat bekerja," kata Ashella meyakinkan Celine.
"Ya sudah, kamu pergi ganti baju kamu dengan seragam, setelah itu kamu mulai bisa bekerja," ujar Celine.
"Baik, Bu." Ashella bangun, "Saya permisi." Ashella segera keluar dari ruangan Celine.
Ashella begitu senang, karena akhirnya ia bisa bekerja setelah lama ia menganggur karena tak ada juga perusahaan atau warung yang menerima ia bekerja. Untung saja ia menemukan lowongan kerja di sosial media-nya.
Saat ia sudah selesai berganti pakaian, ia berpapasan dengan Jidan yang hendak bekerja juga.
"Ihh." Ashella memutar bola matanya malas ketika melihat Jidan ada di hadapannya. Jujur saja, ia masih kesal dengan tingkah laku Jidan yang tak sopan tadi.
Saat gadis itu hendak pergi dari sana, Jidan menarik tangannya, " Tunggu!"
"Lepasin tangan gue," pinta Ashella baik-baik sambil menatap Jidan.
"Shella, kamu jujur sama aku. Kamu kenapa gak pernah bilang kalo kamu masih hidup?" tanya Jidan, menatap Ashella dengan penuh perasaan.
"Lepasin!" Ashella melepas tangan Jidan dengan kasar. "Gue gak kenal sama lo, dan gue juga gak mau kenal sama lo. Tapi, lo harus tau... gue bukan Shella."
"Bukan Shella, tapi muka kamu sama kayak Shella," sangkal Jidan.
"Muka gue emang kayak gini. Dan kalo muka gue sama kayak cewek yang lo sebutin itu, mungkin itu cuma kebetulan sama aja. Karena... nama gue Ashella, bukan Shella!" jawab Ashella dengan tegas.
"Ashell-la...?" Jidan terlihat terkejut dengan nama tersebut.
"Iya, Ashella. Emang sih, nama gue itu hampir mirip sama cewek yang lo sebutin tadi, tapi gue bukan Shella, gue Ashella," jelas Ashella penuh penekanan.
"Permisi!" Ashella segera pergi dari sana meninggalkan Jidan sendiri yang masih kebingungan.
Degh!
Dada Jidan terasa sakit secara tiba-tiba setelah kejadian yang menimpanya barusan.
"Jidan, lo kenapa?" tanya Asep panik melihat Jidan memegangi dadanya dan menahan sakit.
"Gue gak papa, dada gue tiba-tiba sakit aja," jawab Jidan tidak mau membuat Asep khawatir. "Lo kenapa ke sini?" tanya Jidan mengalihkan pembicaraan.
"Kita semua disuruh kumpul sama, Bu Celine. Gak tau, ada pengumuman apaan," jawab Asep.
"Ya udah, kita pergi sekarang biar gak makin penasaran," usul Jidan. Asep hanya mengangguk. Mereka pun segera pergi untuk berkumpul.
***
Di samping Celine berdiri seorang gadis dengan pakaian seragam OB, yang tak lain ialah Ashella. OB baru di kantor tersebut.
"Saya sengaja mengumpulkan kalian semua di sini karena ada yang ingin saya sampaikan pada kalian semua."
Lanjut? Jangan lupa komen, ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan