"Ini adalah Ashella, OB baru di kantor ini. Dan untuk para OB yang senior tolong dibimbing," ucap Celine, memperkenalkan Ashella karyawan barunya.
Jidan masih tak percaya jika itu Ashella, dan bukan Shella. Ia sangat yakin jika itu adalah istrinya, Shella bukan orang lain. Ia yakin jika itu adalah Shella yang sedang berpura-pura, tapi entah untuk apa dia berpura-pura.
"Shella, aku yakin ini adalah kamu. Aku yakin kamu masih hidup, karena kamu udah janji bakalan selalu ada buat aku. Tapi... kenapa kamu ngaku pake nama lain, dan bukannya nama asli kamu? Apa kamu sengaja lakuin itu biar gak aku kenalin?" monolog Jidan dalam hatinya.
Setelah selesai menyampaikan pengumumannya, Celine membubarkan kembali semua karyawannya dan menyuruh mereka untuk kembali bekerja lagi.
Waktu berlalu sangat cepat, dan sudah waktunya pulang. Ashella sedang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot datang.
"Mana sih, angkotnya gak datang-datang? Udah sore juga!" keluh Ashella karena hari sudah mulai gelap karena matahari akan segera terbenam.
Terdengar suara mesin motor ninja di telinganya. Satu motor ninja berwarna hijau dan hitam itu berhenti di depannya dengan seorang lelaki yang mengendarainya yang mengenakan jaket kulit warna hitam dan helm yang serasi dengan motornya.
Lelaki tersebut membuka helmnya, dan tak lain adalah Jidan dengan Greeny. Ia hendak akan pulang, tetapi karena melihat Ashella sendiri di sana, lalu ia pun berhenti.
"Kenapa gak pulang?" tanya Jidan.
"Keliatannya?!" balas Ashella ngegas.
"Berdiri," kata Jidan.
"Itu lo tau. Ngapain sih lo ke sini? Udah sana mending lo pergi, kalo lo masih kekeuh kalo gue ini Shella, lebih baik lo pergi aja jangan ada di hadapan gue," usir Ashella.
"Karena gue yakin, kalo lo itu Shella, istri gue," batin Jidan menatap wajah Ashella sambil tersenyum tipis.
"Sinting lo?! Bukannya pergi malah senyum-senyum gak jelas," maki Ashella.
"Gue ke sini itu cuma mau nawarin lo pulang bareng, karena gue liat-liat lo lagi nungguin sesuatu, entah itu apa. Tapi, pastinya kendaraan buat lo pulang 'kan?" jelas Jidan. "Tapi, karena lo aja gak suka liat gue di hadapan lo, ya udah gue mending pergi aja."
"Ya udah, pergi aja sana! Gue gak mau juga dikasihani sama lo," balas Ashella tak suka.
"Ya udah." Jidan kembali mengenakan helmnya yang sudah ia lepas tadi untuk berbicara dengan Ashella.
Namun, ketika Jidan hendak menancap gas... Ashella tiba-tiba meminta helm pada Jidan.
"Helm-helm!" pinta Ashella panik.
"Buat apaan?" tanya Jidan.
"Kasih aja kenapa sih?" balas Ashella yang terlihat beberapa kali melihat ke sisi kanannya.
Jidan pun memberikan helm yang biasa digunakan oleh Shella pada Ashella untuk ia pakai. Dengan cepat, Ashella mengambil helm tersebut dan memakainya, tak lama setelah dipakai... ia langsung naik ke Greeny.
"Buruan pergi," suruh Ashella menepuk bahu Jidan beberapa kali.
"Aneh banget sih lo. Tadi, lo usir-usir gue dan sekarang lo malah naik ke motor gue dan nyuruh gue pergi. Ada yang sengklek sama otak lo, hah?" tanya Jidan.
"Banyak omong banget sih lo jadi cowok!"
Jidan hendak menoleh ke belakang, tetapi Ashella dengan cepat memegang kepala Jidan agar tidak menoleh ke belakang. "Jangan noleh ke belakang, dan buruan pergi!"
Jidan pun pasrah dan mulai menancap gas, lalu segera pergi dari sana. Setelah mereka berdua pergi, ada dua orang preman yang datang dengan napas tersengal-sengal.
"Dia keburu pergi sama cowok yang pake motor ijo itu," kata salah satu dari mereka.
"Kita harus lapor sama si Bos," timpal salah satunya lagi. Lalu, salah satu dari mereka memotret nomor plat motor Jidan dan mengirimkannya pada bos mereka.
Dirasa sudah jauh dari tempat tadi, Ashella pun kini bisa bernapas dengan lega.
"Akhirnya mereka udah gak ngejar aku, aku sekarang aman," katanya dalam hati."Stop-stop!" pinta Ashella menepuk bahu Jidan. Jidan pun memberhentikan motornya. Ashella segera turun dari.
"Makasih udah bantuin gue tadi," ucap Ashella melempar senyum manisnya yang berhasil mengingatkan Jidan pada mendiang istrinya.
"Sama-sama."
"Ya udah, gue cabut duluan," pamit Ashella. Gadis tersebut segera pergi meninggalkan Jidan. Tetapi, sebelum ia pergi... Jidan mencegahnya.
"Apa lagi sih? Lo mau bahas tentang cewek yang namanya Shella itu?!" geram Ashella.
"Helm gue," jawab Jidan.
Ashella pun memegangi kepalanya yang masih menggunakan helm. Segera ia lepaskan cakupan helm tersebut, karena ia sedang kesal dan asal membukanya, akhirnya cakupan helm tersebut susah untuk dilepaskan.
Jidan yang mulai gemas dengan itu, segera turun dan menarik cakupan helm dan membukanya. Mata akhirnya bertemu.
"Shella, aku yakin kalo ini kamu," batin Jidan menatap wajah Ashella sembari membuka cakupan helmnya. "Kamu gak bisa bohongin aku."
Jidan akhirnya berhasil melepaskan cakupan helm tersebut dan menariknya dari kepala Ashella. Ashella pun segera pergi.
Malam harinya. Di rumah Jidan, Sasha sedang menyiapkan makanan di atas meja makan untuk Jidan.
Jidan berjalan menuruni tangga sembari memainkan handphonenya. Matanya teralihkan saat melihat ibu mertuanya ada di sana.
"Mama, kok Mama ke sini gak ngabarin dulu?" tanya Jidan menghampiri Sasha dan menyalaminya. "Mama, ke sini sama siapa?"
"Mama, ke sini pake ojek," jawab Sasha.
"Mama, 'kan bisa telpon aku dan bisa aku jemput. Kalo pake ojek, bahaya malem-malem gini," ujar Jidan yang terlihat mengkhawatirkan ibu mertuanya tersebut.
"Mama, gak papa kok. Mama ke sini itu sengaja karena mau masakin kamu. Mama tau, setelah Bi Surti berhenti bekerja... Shella yang selalu masak, dan sekarang dia udah gak ada. Jadi, Mama pengen masakin kamu," jelas Sasha.
"Makasih, Ma."
Sasha dengan menahan tangisnya mengambilkan nas dan lauk pauk untuk Jidan. Ia masih merasa sedih karena kepergian putri satu-satunya itu.
"Ma, aku tadi liat cewek yang mirip, bukan mirip sih tapi sama banget kayak Shella. Dari segi penampilan fisiknya sama kayak Shella. Awalnya aku berpikiran kalo dia itu emang bener-bener dia, tapi bukan. Namanya Ashella," curhat Jidan.
"Mirip kayak Shella?" Jidan mengangguk.
"Tapi, yang bikin aku ngerasa aneh itu... nama dia, Ma," ujar Jidan pada ibu mertuanya.
"Namanya emang kenapa, Nak?" Sasha menarik kursi dan duduk di samping menantunya tersebut. "Nama Ashella gak ada yang aneh, Mama pikir."
"Aku selalu panggil Shella itu dengan sebutan, 'Ashell' dan setelah aku tau nama asli cewek itu 'Ashella' aku langsung bisa simpul-in kalo itu beneran Shella," tutur Jidan mengutarakan rasa yang mengganjal di hatinya.
Tinggalkan jejak, makasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan