"Kok lo nanya ke gue? Dia 'kan temen lo, seharusnya lo tau di mana dia. Lagipula, kenapa gak lo telpon aja?" timpal Ashella.
"Ya... siapa tau lo liat dia gitu di jalan atau di mana," balas Asep. "Dia ditelpon gak diangkat terus, dichat juga gak dibales."
"Aku gak mungkin bilang ke dia, kalo Jidan gak masuk kerja karena pergi ke basecamp-nya," ucap Ashella dalam hati. "Mungkin dia lagi pergi kali sama temen-temennya, dan ijin gak masuk hari ini. Kenapa lo gak nanya sama temen-temennya aja?"
"Masalahnya, gue gak tau temen-temen dia siapa aja, soalnya banyak banget. Bahkan dia pernah bilang, kalo temennya itu dibagi dia tim. Berarti... pasti banyak banget 'kan?" ungkap Asep penuh penghayatan.
"Gue gak tau, Sep. Ya udah, gue kerja dulu, ya," pamit Ashella, lalu segera pergi dari sana.
***
Malam hari tiba. Ashella pulang malam karena ia sengaja lembur agar gajinya lebih besar nanti saat gajian dan bisa lebih cepat membayar hutang-hutang itu.
"Akhirnya selesai juga kerjaannya, aku udah capek banget. Pengen cepet-cepet istirahat," ucap Ashella sembari meregangkan otot-otot tubuhnya.
Hari sudah larut malam, dan angkutan umum sudah tidak ada lagi, terpaksa Ashella harus berjalan kaki untuk pulang. Jika meminta Jidan untuk menjemputnya, pasti ia akan menolak.
Sepanjang perjalanan, Ashella terus kepikiran dengan sikap aneh Jidan yang tiba-tiba saja marah besar dengannya. Padahal ia tidak melakukan apa-apa.
"Apa jangan-jangan Jidan udah tau identitas aku yang sebenernya?" gumam Ashella.
Sementara di tempat lain. Jidan dan anak-anak Orion sedang nongkrong di sebuah warung di pinggir jalan.
"Eh, udah malem nih. Lo gak mau pulang?" tanya Naufal pada Jidan yang sedang meminum minuman soda kaleng.
"Gue gak mau pulang kalo Shella masih ada di rumah itu, gue benci," jawab Jidan.
"Lo yakin mau benci dia?" sahut Leo.
"Yakinlah, dia udah bener-bener keterlaluan banget kali ini. Dia sama sekali gak mikirin perasaan gue selama setahun ini gimana tanpa dia. Kalian semua juga tau," papar Jidan meminum soda kaleng lagi.
"Dan bisa-bisanya dia bikin drama dengan pura-pura pake nama lain dan ganti gaya bahasa sama gue. Dia pikir gue bodoh gitu, yang gampang dibodohin?" Jidan tertawa kecut.
"Tapi, bukannya lo itu cinta ya sama dia? Kalo lo cinta, kenapa lo lakuin ini sama, Shella? Lo pasti tau 'kan, gimana perasaan dia sekarang?" Marvel ikut bicara.
"Jidan yang cinta sama Shella udah mati. Dan sekarang ini, gue kembali ke Jidan yang benci sama Shella," ujar Jidan.
Anak-anak Orion hanya bisa saling toleh-menoleh mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Jidan, mereka merasa ngeri.
"Ya udah, gue cabut duluan. Ada sesuatu yang harus gue urus, bye." Jidan turun dari bangku kayu itu dan berjalan ke arah Greeny dan mulai memakai helm-nya lalu pergi.
Saat Jidan sedang berkendara di jalanan, ia tiba-tiba dihadang dengan dua orang preman yang tak ia kenal dan menghalangi jalannya. Terpaksa, Jidan berhenti.
Dua orang preman itu mendatangi Jidan dengan tatapan tajam, "Turun lo sekarang!"
Jidan turun dari motor dan membuka helmnya, kini terlihat jelas wajah tampan yang tertutup helm tersebut.
"Kalian berdua siapa? Gue sama sekali gak kenal sama kalian berdua, dan gue juga gak punya masalah sama kalian. Lebih baik, kalian berdua pergi sekarang sebelum kalian berdua gue bikin gak bisa jalan," ancam Jidan.
"Belagu amat lo!"
"Kita berdua awalnya gak ada masalah sama lo, tapi gara-gara lo bantuin cewek itu kabur dari kita, jadinya lo berurusan sama kita," jelas salah satu preman itu.
"Cewek mana yang kalian maksud?" tanya Jidan.
"Ashella."
Jidan kembali teringat saat pertama kali ia mengantarkan Ashella pulang. Saat itu Ashella terlihat ketakutan dan memintanya segera pergi.
"Jadi, mereka berdua ini preman-preman yang selalu gangguin, Shella. Ada urusan apa mereka sama Shella?" tanya Jidan dalam hati. "Gue gak kenal sama tuh cewek, kalian berdua salah orang." Jidan mengambil helm-nya dan hendak pergi. Tetapi, kedua preman itu memukul Jidan hingga hampir tersungkur.
Jidan dan dua preman itu langsung saling pukul, dan saling tendang. Awalnya Jidan berhasil melumpuhkan kedua lawannya, tetapi saat ia lengah dari belakang salah satu dari mereka memukul kepala Jidan hingga membuatnya pusing.
Bugh! Bugh! Bugh!
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kedua preman itu segera menghabisi Jidan. Satunya memegang Jidan, dan satunya lagi memukul perut dan wajahnya.
Ohok! Ohok! Ohok!
Jidan batuk-batuk saat perutnya berkali-kali dipukul oleh preman itu.
"Lo ngaku sekarang, di mana Ashella. Atau lo mau kita habisin hah?" ancam preman itu.
Jidan tetap tidak mau mengaku, karena ia tahu bagaimanapun juga Ashella adalah istrinya, ia tidak mau gadis itu kenapa-kenapa apalagi disakiti oleh dua preman ini.
"Gue gak tau Ashella, dan gue gak kenal."
Bugh!
Preman itu memukul perut Jidan, hingga membuat lelaki itu tak berdaya dan terkapar di jalanan sambil batuk-batuk.
"Jidan, ayo bangun! Kamu bilang ketua Orion itu gak pernah kalah, jadi ayo bangun!" Tiba-tiba Jidan melihat bayangan Shella yang sedang menyemangatinya dengan kepalan dua tangan.
Hiyya!
Preman itu hendak menginjak tubuh Jidan, tetapi ia dengan cepat menangkap kakinya dan membuat preman itu terjatuh ke tanah. Dengan tenaga yang tersisa, Jidan kembali bertarung melawan kedua preman itu dan kali ini, ia berhasil membuat keduanya kalah telak.
***
Ashella sedang berjalan di atas trotoar, lalu ia tak sengaja melihat Jidan dengan dua preman yang selalu menagihnya.
"Jidan, dia sama preman-preman itu?" kaget Ashella.
***
"Kalian berdua masih berani sama gue?" tanya Jidan dengan tubuh lemas.
"Awas lo, kita gak akan biarin lo hidup tenang," ancam sang preman.
***
"Aku harus cari cara supaya preman itu pergi dan gak sakitin Jidan." Ashella tiba-tiba teringat dengan kejadian dulu saat Jidan dipukuli oleh Zayyan, ia menyalakan suara sirine polisi membuat geng Zayyan kocar-kacir pergi. Dan ia akan melakukan hal yang sama.
Wiu! Wiu! Wiu! Wiu! Wiu!
Mendengar suara polisi, kedua preman itu segera bangun dan pergi ke motor mereka dan segera pergi dari sana.
Jidan menoleh ke arah suara sirine itu, dan ia melihat Ashella berdiri di sana. Ashella segera berlari mendatangi Jidan. Wajah lelaki itu penuh dengan lebam karena pukulan, dan sudut bibirnya berdarah.
"Jidan..."
Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan