Part 19

149 11 3
                                    

"Bisa."

"Ya udah, coba sekarang." Ashella bergeser sedikit, dan Fauzan mencoba memainkan mesin capit tersebut. Tetapi, skill yang dimainkan Fauzan malah lebih parah dari Ashella.

"Kayaknya, yang gak ada bakat itu tuh kamu deh, bukan kamu," ledek Ashella. "Biar aku coba lagi deh."

Saat Ashella sedang menggerak-gerakan mesin capit tersebut, Fauzan membantunya dan memegang kedua tangan Ashella.

Namun, sebelum itu terjadi. Seseorang tiba-tiba datang dari belakang, lalu membantu Ashella menggerakkan mesin capit itu dengan memegang tangannya.

Ashella langsung tersentak, ketika wajah Jidan tiba-tiba muncul di sampingnya dan memegang kedua tangannya.

Jidan menekan tombol mesin itu, dan mesinnya berhasil menangkap satu boneka beruang berwarna putih berukuran kecil itu.

Lalu, ia ambil boneka tersebut dan menyerahkannya pada Fauzan.
"Lain kali, kalo mau modus tuh pikir pake otak. Lo pikir, gue bego apa?"

Fauzan menerima bonekanya. Ia terkejut, menatap Jidan bisa tiba-tiba ada di sana dan mengacaukan segalanya?

Jidan langsung menarik tangan Ashella dan pergi dari sana tanpa pamit. Jantung Ashella berdetak tak karuan sekarang, ia sangat takut akan dimarahi oleh Jidan nanti.

"Jidan, kamu kok bisa tau aku ada di sini?" tanya Ashella, membuat langkah mereka terhenti, dan Jidan menatapnya dengan tajam.

Seakan tahu apa yang ada di pikiran Jidan, Ashella langsung jujur terus terang pada suami itu, lalu meminta maaf.

"Aku minta maaf, aku salah. Seharusnya aku jujur sama kamu, tapi–"

Sebelum Ashella melanjutkan perkataannya, Jidan kembali menatapnya dengan tajam.

"Oke, gak pake tapi-tapi."

Jidan masih marah pada Ashella, hingga ia tidak mau untuk berbicara sepatah kata pun.

"Jangan ngambek dong, 'kan aku udah jujur plus minta maaf sama kamu," mohon Ashella. Tak ada balasan dari lelaki itu, ia hanya diam dan menatap kosong ke arah depan.

"Please, maafin ya, maafin." Ashella menyatukan kedua tangannya, dan terus meminta maaf. Namun, semua itu sia-sia, Jidan masih belum bisa memaafkannya.

"Gak papa deh, gue biarin aja dia minta maaf terus. Siapa suruh coba, berani banget boongin gue cuma demi si Fauzan sama bocah itu," ungkap Jidan dalam hati.

Karena tak ada balasan, Ashella pun membuka tasnya dan mengambil pulpen di sana. Lalu, ia ambil tangan Jidan dan menuliskan sesuatu di telapak tangannya.

"Baca," pinta Ashella, setelah selesai menulis.

"Buat?"

"Baca, nggak?!" Ashella menatapnya dengan tajam, ia langsung tersadar kalau Ashella marah dan ngambek, ia akan susah sekali dibujuk.

Jidan pun mengalah dan membaca tulisan yang ada di telapak tangannya.
"Aku maafin kamu, Sayang," kata Jidan membacakan tulisan tersebut.

"Ya udah, makasih ya udah maafin aku, Sayang." Ashella meledek Jidan, lalu memasukkan kembali pulpen ke dalam tasnya.

Bisa-bisanya gadis itu menjebaknya.
"Sama-sama, Sayang," balas Jidan dengan ekspresi wajah yang mau meledak.

Ashella tertawa melihat ekspresi wajah Jidan. Baginya, wajah Jidan saat ini begitu lucu dan berhasil menggelitik perutnya.

Sebelum ia diapa-apain oleh Jidan, Ashella segera berlari menghindar dari lelaki itu. Benar saja, saat gadis itu berlari... Jidan berlari menyusulnya.

"Kenapa lari, hah?" tanya Jidan ketika berhasil menangkap Ashella yang tadi berlari, lalu memeluknya.

"Gak papa kok."

Ketika mereka sedang menikmati waktu bersamanya, tiba-tiba seorang anak kecil tak sengaja menabrak mereka, dan membuatnya terjatuh.

"Aduh!" Anak kecil itu meringis, saat pantat kecilnya bertabrakan dengan jalanan.

"Eh, kamu gak papa, Sayang?" Ashella melepaskan pelukan Jidan, lalu membantu anak kecil itu untuk bangun.

"Ada yang sakit nggak?" tanya Ashella memeriksa sekujur tubuh anak kecil itu, memastikan tak ada luka yang serius.

Anak kecil itu menggeleng, menandakan tak ada yang sakit di bagian tubuhnya.

"Ternyata kamu di sini, Gio. Mama cari-cari kamu tadi." Seorang wanita muda datang, yang tak lain adalah ibu dari anak yang bernama Gio tersebut.

"Anna?" Ashella bangkit kala melihat Anna yang ada di hadapannya saat ini. Sudah lama sekali ia tak melihat Anna, atau mendengar kabar tentang-nya selain pernikahannya dengan Farhan dulu.

"Jidan, Shella?"

"Dia anak kamu?" tanya Ashella.

"Iya, dia namanya Gio," jawab Anna. "Jidan, kamu apa kabar?" Anna melirik ke arah Jidan.

"Baik," jawab Jidan dingin. Ia masih belum bisa melupakan apa yang telah terjadi di antara mereka dulu.

"Papa!" Tiba-tiba Gio memanggil Jidan dengan panggilan 'Papa', membuat para orang dewasa itu terkejut. Jidan dan Ashella langsung saling toleh.

"Maafin aku, Jidan. Om Farhan meninggal waktu Gio masih di dalem perut aku. Semakin dia dewasa, dia selalu nanyain siapa papanya, dan dia gak sengaja nemuin foto kita waktu dulu pacaran. Akhirnya, dia ngira kamu itu, papanya sampe sekarang," ungkap Anna, membuat Jidan tak bisa berkata-kata.

"Anna, kita perlu bicara berdua." Jidan menarik tangan Anna secara tiba-tiba, menjauh dari Ashella dan Gio.

"Jidan, kamu apaan sih tarik tangan aku tiba-tiba segala, sakit tau!" marah Anna.

"Maksud lo apaan cerita ngarang kayak tadi di depan, Shella? Lo mau bikin dia cemburu, iya?!" bentak Jidan.

"Aku gak ngarang ya, itu faktanya. Gio itu anggap kamu sebagai papanya, karena Om Farhan udah gak ada," sangkal Anna.

"Lo 'kan bisa tunjukkin foto si aki-aki tua itu, ngapain lo malah nyimpen foto kita, buat apaan coba?"

"Emang salah, aku simpen foto kita?" timpal Anna tak mau kalah.

"Salah dong! Kita berdua udah gak ada hubungan apa-apa lagi, kita itu cuman mantan!" kata Jidan penuh penekanan. "Dan kita berdua udah punya hidup masing-masing..."

"Jidan, aku gak bisa lupain kamu... selama aku hidup sama Om Farhan, aku selalu keinget sama kamu." Anna memegang lengan Jidan.

Sementara itu, Ashella dan Gio hanya menyimak mereka berdua dari kejauhan. Ingin sekali Ashella datang ke sana, tapi ia takut mengganggu.

"Sebenernya apa yang mereka omongin, sampe-sampe Anna megang tangan Jidan segala?" ujar Ashella dalam hati, merasa kepo.

***

"Anna, please ngerti. Kita berdua udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Sekarang aku sama Shella, dan kamu juga sama Om Farhan, bahkan kalian udah punya Gio. Jangan kayak gini lagi, Ann," mohon Jidan, meminta pengertian dari Anna.

"Dulu, itu dulu! Om Farhan udah gak ada sekarang, dan Gio butuh sosok ayah. Kamu tega biarin anak kecil itu tumbuh tanpa sosok ayah?" Anna terus memprovokasi Jidan.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang