Part 24

50 3 2
                                    

Sasha menghentikan aktivitasnya sejenak dan beralih menatap Ashella yang sedang duduk.
"Kamu itu dilahirin sama Mama, dirawat sama Mama, jadi kamu jangan bohong," kata Sasha.

"Aku kesel karena Jidan udah pulang sekarang!" jawab Ashella.

"Jidan udah pulang, kapan?" Sasha antusias menanyakan menantunya yang sudah dua bulan menghilang itu.

"Tadi pagi," jawab Ashella ketus.

"Kok kesel, seharusnya seneng dong dia pulang sekarang setelah dia ngilang dua bulan?" Sasha merasa heran.

"Jidan gak ngilang, tapi dia itu berobat di Singapore karena kecelakaan, dan Anna yang bawa dia ke Singapore," jelas Ashella dengan penuh penghayatan.

"Anna mantannya dulu?" Ashella mengangguk. "Kok bisa Jidan sama dia lagi? Bukannya dulu kamu bilang dia udah nikah sama papanya musuh Jidan?"

"Ya emang. Entahlah, Ma... males aku ceritanya bikin badmood," balas Ashella sudah malas dengan pembahasan ini.

"Kamu, ditanya malah gak mau jawab. Mama juga pengen tau info tentang mantu Mama yang ganteng itu." Sasha kembali melanjutkan aktivitasnya karena kesal dengan jawaban dari Ashella.

"Kalo Mama penasaran, tanya aja sendiri sama mantu Mama yang ganteng itu!"

***

"Anna, pembantu itu gak masak? Kenapa di meja gak ada makanan sama sekali?" tanya Jidan yang sudah lapar, karena ia sama sekali belum sarapan.

"Wajar dia gak masak, orang dia bukan pembantu," jawab Anna dalam hatinya. "Aku juga bingung, Sayang. Kok dia gak masak, gak becus banget kerjanya."

"Kalo gini terus, mending kamu pecat aja, ganti sama pembantu lain. Atau... kamu sendiri yang masak," saran Jidan.

"Apa, aku masak?" Anna terkejut dengan saran dari Jidan itu.

"Iya, kamu yang masak. Lagipula gak salah 'kan aku minta dimasakin sama istri sendiri?" timpal Jidan.

"Gimana kalo kita makan di warung makan aja, makanannya gak beda jauh sama masakan rumahan. Gimana?"

"Oke deh," final Jidan.

"Ya udah, aku panggil Gio dulu ya." Anna menaiki tangga untuk menjemput Gio yang sedang bermain handphone di kamar.

Tak lama, Anna kembali dengan membawa Gio. Mereka pun pergi ke warung makan yang tidak terlalu jauh dari rumah Jidan.

Mereka berhenti di warung makan LaSha, yang tak lain ialah warung makan milik Sasha. Arti dari 'LaSha' tak lain adalah 'Shella-Sasha'. Anna tidak mengetahui jika itu milik ibunya Ashella.

"Gimana, bagus 'kan tempatnya?" ucap Anna meminta pendapat pada Jidan setelah sampai di sana.

"Bagus," jawab Jidan, sambil melihat-lihat tempat itu.

Handphone Anna tiba-tiba bergetar.
"Jidan, aku angkat telpon dulu, ya. Kamu pesen aja dulu, sama Gio juga," kata Anna sebelum pergi mengangkat telpon.

"Iya." Jidan pun berdiri dan pergi untuk memesan makanan. Saat ia sudah sampai di depan etalase, ia melihat Ashella yang sedang duduk dan memotong bawang merah.

"Lo?!" panggil Jidan, membuat Ashella dan Sasha menoleh ke arah lelaki itu.

"Jidan, kamu di sini?" Sasha terlihat sangat senang dengan kedatangan Jidan ke sana. Ia belum tahu saja, jika menantunya itu sudah kehilangan ingatan dan tak ingat dengannya.

"Ibu siapa, saya gak kenal sama, Ibu," balas Jidan membuat Sasha terkejut.

"Ini Mama, mertua kamu. Masa kamu gak inget sih sama, Mama?" Sasha masih bersikap seolah-olah Jidan saat ini sedang bercanda padanya.

"Mertua saya? Mertua saya udah gak ada, karena saya nikah itu tanpa adanya orang tua dari istri saya karena udah meninggal," jelas Jidan.

"Shella, ini maksudnya apa?" tanya Sasha, meminta penjelasan pada Ashella yang sedari tadi diam.

Ashella berdiri, lalu dengan terpaksa ia keluar untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi terhadap Jidan.

"Heh, lo gak becus banget sih kerja! Bukannya masak di rumah, lo malah ke sini dan santai-santai," tegur Jidan pada Ashella.

"Anak saya bukan pembantu ya di sana! Dia itu istri dari pemilik rumah itu," bantah Sasha dengan tegas. Ia tak terima jika anaknya itu dijadikan pembantu di rumahnya sendiri.

"Udah, Ma. Mama lebih baik masuk, aku yang bakalan ngomong sama Jidan, nanti aku jelasin sama Mama, oke?" Ashella meminta pengertiannya pada Sasha.

Sasha pun menurut dan masuk, dan memilih menyimak saja dari dalam.

"Kenapa harus aku yang masak, 'kan ada Anna di sana, istri kamu!" sindir Ashella.

"Dia itu bukan pembantu yang tiap hari urus rumah, tapi ini tuh tugas lo di rumah itu. Lo gak bersyukur banget sih udah dikasih kerjaan," caci Jidan.

"Huh!" Ashella membuang napasnya berat, lalu menatap Jidan dengan serius, "Jidan, aku ini bukan pembantu di rumah kamu. Coba kamu inget-inget lagi siapa aku..."

"Siapa lo?" Tiba-tiba memori-memori kenangan dulu kembali muncul di benak Jidan, membuat lelaki itu kembali merasakan sakit lagi di kepalanya.

"Ahh!" erang Jidan sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit karena kenangan yang muncul tiba-tiba.

Dalam kenangan yang muncul itu, terlihat ia pernah mempunyai hubungan dengan Ashella, bahkan mereka sangat dekat. Namun, ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Apa yang udah lo lakuin sama dia, hah?!" Anna tiba-tiba datang dan mendekati Jidan yang sedang kesakitan.

Sasha yang sudah geram, dengan amarah yang menggebu-gebu ia keluar dan menarik Anna paksa menjauh dari menantunya.

Sementara Ashella, ia mencoba memegangi Jidan yang sedang kesakitan.

"Heh kamu!" Sasha menunjuk wajah Anna dengan tatapan tajam, "Kamu ngapain sih deket-deket sama menantu saya lagi, kalian itu udah jadi mantan!"

"Apaan sih?" Anna hendak kembali pada Jidan, tapi Sasha mencegahnya.

"Jangan deket-deket sama menantu saya! Tuli kamu, hah?! Lebih baik kamu pergi sekarang dari sini," usir Sasha dengan paksa.

"Apaan sih, ngaku-ngaku itu menantu, Ibu? Dia ini bukan menantunya, Ibu!" tegas Anna.

"Kurang jelas sama ucapan saya barusan? Pergi?!" usir Sasha. Anna yang ketakutan dengan raut wajah Sasha langsung minggat dan membawa Gio pergi dari sana.

Kasihan dengan rasa sakit yang diderita Jidan saat ini, Ashella pun memilih menyerah dan tidak memaksakan Jidan untuk mengingat-ingat dirinya.

"Kalo itu bikin kamu sakit, jangan dipaksa. Aku yakin, seiring berjalannya waktu kamu bakalan inget lagi sama aku," kata Ashella.

Jidan membuka matanya, dan melihat Ashella yang sedang khawatir dengannya.

"Udah ya, jangan dipaksain," kata Ashella lagi dengan lemah lembut.

"Kenapa cewek ini terus muncul di pikiran gue, dan gue ngerasa dia punya hubungan spesial sama gue, tapi gue gak inget apa-apa," batin Jidan menatap wajah Ashella.

"Kamu belum makan 'kan? Lebih baik kamu sarapan sekarang, aku siapin dulu makanannya dan kamu duduk dulu yang nyaman selagi aku ambil makanannya," ujar Ashella, mendudukkan Jidan di kursi lalu masuk untuk mengambil makanan.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang