Part 4

155 7 0
                                    

"Nyawa istri gue juga lagi dipertaruhkan, sekarang dia diambang kematian. Lo gak liat kondisinya gimana, hah?!" kesal Jidan.

"Maaf Mas, ini rumah sakit! Jangan ribut di sini. Kalian berdua tenang saja, pasangan kalian berdua akan ditangani oleh dokter. Dokter di rumah sakit ini tidak hanya satu, jadi tolong jangan cari ribut!" tegas suster.

"Maaf, Dok, Sus," ucap Jidan dan Erik bersamaan.

Shella dan kekasih Erik dibawa masuk dan ditangani oleh dokter. Dan Jidan dengan Erik menunggu di luar dengan gelisah.

Setelah berjam-jam menunggu, dokter keluar dari ruangan. Dokter tersebut membuka maskernya dan memberitakan pada Jidan tentang keadaan Shella.

"Gimana keadaan istri saya Dok, dia baik-baik aja 'kan?" tanya Jidan penuh harap.

"Maaf, tapi nyawa istri Anda tidak bisa terselamatkan. Saya sudah berusaha sebisa  mungkin, tetapi Tuhan berkehendak lain," jelas dokter penuh dengan kata maaf.

"Gak mungkin, Shella gak mungkin ninggalin gue gitu aja." Jidan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter tersebut, "Lo pasti boong 'kan?! Lo pasti boong, ngaku gak lo?!" Jidan menarik kerah jas dokter tersebut dengan kasar.

Tapi tatapan mata tersebut tidak menunjukkan jika dirinya sedang berbohong, Jidan frustasi dan melepaskan cengkeramannya pada jas dokter tersebut dan tertunduk.

"Tapi–" Sebelum dokter itu mengatakan hal lain, Jidan sudah masuk ke dalam ruangan dan tidak mempedulikan lagi dokternya.

Tubuh Jidan seketika lemas melihat seseorang yang tubuhnya sudah ditutupi dengan selimut itu. Air matanya langsung turun seketika, karena tak bisa lagi ia bendung.

Bahkan, lututnya sekarang tak bisa lagi menahan bobot tubuhnya, otomatis Jidan hampir ambruk, tetapi ia berpegangan pada dinding untuk menopang tubuhnya.

"Shella, kamu pasti boong 'kan? Kamu gak ninggalin aku, kamu gak mungkin ninggalin aku gitu aja. Bahkan aku belum bales cinta kamu, dan kamu tinggalin aku duluan," gumam Jidan.

Jidan ingin sekali membuka selimut yang menutupi wajah jenazah tersebut, tetapi ia tak sanggup. Tangannya tiba-tiba tak berdaya untuk melakukan hal tersebut.

Tidak kuat dengan hal tersebut, Jidan memilih keluar dari ruangan tersebut.
Erik baru kembali dari toilet dan langsung bertemu dengan dokter yang menangani kekasihnya tadi.

"Dok, gimana keadaan pacar saya? Dia baik-baik aja 'kan?" tanyanya penuh harap.

"Yang korban kecelakaan mobil?" Erik mengangguk.

"Pacar Anda kehilangan banyak darah, dan banyak organ-organ yang rusak dan tidak berfungsi lagi," jawab dokter.

"Maksud, Dokter?" Erik tak mengerti dengan kata yang dilontarkan oleh dokter tersebut.

"Kami tidak bisa menyelamatkan pacar, Anda," lanjut dokter.

"Apa?" Erik segera berlari menuju ruangan kekasihnya. Di sana, ia bersenggolan dengan Jidan, wajahnya terlihat habis menangis. Tetapi, tidak ia pedulikan karena segera ingin melihat keadaan kekasihnya.

Saat sudah masuk, Erik membuka selimut yang menutupi wajah kekasihnya. Dan benar saja, itu adalah wajah kekasihnya, ia benar-benar sudah ditinggalkan oleh kekasihnya tersebut.

Sementara di balik tirai, ada seorang gadis yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan alat oksigen di hidungnya, yang tak lain adalah Shella.

Gadis tersebut berhasil selamat dari kejaran maut, tetapi Jidan terlalu dibalut emosi hingga tidak mau mendengar semua penjelasan sang dokter dan langsung masuk tanpa mencari tahu jenazah itu jenazah Shella atau orang lain.

Ditambah, ia juga tidak membuka selimut yang menutupi wajah jenazah tadi, membuat ia kehilangan informasi.

Erik yang sangat sedih dan frustasi segera menutup kembali selimut itu dan keluar dari sana. Ia berjalan seperti tanpa tujuan hingga ia sampai ke sebrang jalan, dan ditabrak oleh mobil hingga membuat dirinya terpental dan tubuhnya dilindas oleh mobil dari arah lain. Hingga akhirnya ia meninggal dengan keadaan mengenaskan.

Keesokan harinya, jenazah yang dianggap Shella itu dikuburkan dan dihadiri oleh Jidan dan seluruh keluarganya dan Orion Universe.

Jidan dan Sasha tak henti-hentinya menangisi kepergian Shella. Bahkan Sasha sampai pingsan di sana karena terlalu tiba-tiba ia mendengar kabar duka tersebut.

***

Satu tahun kemudian. Shella sadar dari komanya. Ia melihat ke sekelilingnya, tempat itu terasa asing baginya. Saat ia melihat ke sisi kanannya, seorang gadis sebaya dengannya sedang duduk di sampingnya.

"Chelly, kamu di sini?" tanya Shella melihat Chelly, sepupunya. Chelly mengangguk.

"Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Shella lagi. Karena ia heran dengan keberadaan Chelly, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sepupunya itu. Bahkan, saat ia menikah dulu Chelly tak ada karena mereka lost contact.

"Gue nemenin lo," jawab Chelly.

"Nemenin? Emang aku kenapa?" tanya Shella.

"Lo koma setahun!" jawab Chelly membulatkan matanya.

"Setahun?" Chelly mengangguk. "Kok aku bisa koma selama itu sih?"

"Gue juga gak tau."

"Oh iya, Tante Riana di mana, kenapa dia gak ada bareng kamu?" tanya Shella, karena biasanya Chelly itu selalu berdua dengan Riana, ibunya.

"Mama... Mama..." Chelly menggantung ucapannya.

"Mama?"

"Mama, meninggal dunia. Dia pinjem uang sama rentenir buat biaya berobat lo, dan dia gak sanggup bayar hutang itu dan dia stress. Penagihnya selalu kejar-kejar kita, dan suatu hari... Mama meninggal gara-gara dikejar sama mereka," jelas Chelly. "Dan sekarang, gue harus bayar hutang itu semua karena, Mama udah gak ada."

Shella yang mendengarnya merasa tidak enak dengan Chelly. Karenanya, keluarga Chelly menjadi hancur begini dan sekarang ia sudah menjadi ibunya Chelly tiada.

"Chelly, aku turut berdukacita atas meninggalnya Tante Riana. Aku juga minta maaf sama kamu, karena aku... kamu jadi dikejar-kejar penagih hutang itu," ucap Shella memohon maaf.

Setelah sembuh, Shella dibawa pulang oleh Chelly ke rumah kontrakannya dan tinggal di sana. Ia tidak ingin tinggal di sana, karena tahu jika ia di sana, Chelly akan terbebani.

Tetapi, jika ia pulang ke rumah Jidan, para penagih itu akan mengejar Jidan dan ia takut akan terjadi sesuatu pada Jidan.

Akhirnya, Shella bekerja di tempat yang sama dengan Jidan menggunakan identitas lain, agar ia bisa melihat keadaan Jidan sekarang. Meskipun, itu akan membuat dirinya tersiksa karena jauh dari suaminya sendiri, tapi bagaimana lagi?

***

Ashella pulang larut malam, karena ia menenangkan diri dahulu agar bebannya hilang.

"Tumben lo pulang malem, tugasnya banyak, ya?" tanya Chelly, karena sepupunya itu pulang malam padahal di jadwalnya itu pulang sore.

"Aku tadi pergi nenangin diri dulu bentar, makanya pulang malem," jawab Ashella.

"Kenapa, ada sesuatu yang terjadi sama, Jidan?" tanya Chelly lagi.

"Banyak Chell, kalo harus dijelasin satu-satu mah," balas Ashella, memandang Chelly. "Aku udah jahat, Chell. Jahat banget."

Lanjut? Komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang