Part 3

82 5 1
                                    

"Tapi, kalo itu bener Shella. Kenapa dia bisa masih hidup, dan kenapa dia gak kembali sama kita?" timpal Sasha.

"Nah, itu juga yang bikin aku bingung. Apa alasan dia lakuin hal itu," balas Jidan yang ikut bingung.

Keesokan harinya. Saat Jidan sampai di kantor, Ashella sudah datang duluan dan sedang mengepel lantai depan kantor.

"Gue harus bisa cari tau tentang Ashella, karena gue yakin kalo dia itu Ashella," batin Jidan menatap Ashella yang sedang mengepel lantai depan.

Jidan berjalan menghampiri Ashella yang sedang sibuk dengan aktivitasnya. Lalu, lelaki itu sengaja pura-pura menginjak lantai yang masih basah. Melihat ada kaki di lantai, Ashella segera mendongak dan menatap tajam Jidan.

"Kenapa lo liatin gue? Lo suka sama gue?" tanya Jidan dengan percaya diri.

"Bacot!" sungut Ashella.

"Terus?" timpal Jidan pura-pura cool, padahal dalam hatinya ingin sekali ia tertawa.

"Lo buta? Gue lagi pel ini lantai, dan lo malah injek. Gak sopan banget sih lo, gak ada tata kramanya!" marah Ashella. "Gue jadi heran sama Shella, kok bisa dia mau nikah sama cowok gak ada tata kramanya gini."

"Tunggu. Kenapa lo bisa tau kalo gue sama Shella udah nikah?" tanya Jidan pada Ashella. Bagaimana bisa, Ashella tau tentang pernikahannya ini?

Ashella terlihat panik dengan pertanyaan yang dilontarkan Jidan. Tetapi, segera ia menjawab pertanyaan Jidan tersebut.

"Ya... gue cuma berasumsi kalo cewek yang lo sebut-sebut itu istri lo," elak Ashella. "Ya udah, gue mau balik ke belakang." Ashella segera buru-buru ingin pergi.

"Tunggu!" Jidan dengan cepat menarik tangan Ashella, membuat gadis tersebut berbalik pada Jidan.

"Lo jujur sama gue, kenapa lo bisa tau kalo gue sama Shella itu pernah nikah? Atau jangan-jangan lo... beneran Shella."

"Udah gue bilang, gue bukan Shella! Lo ngerti gak sih sama kata-kata gue?!" tegas Ashella.

"Enggak, gak mungkin, gue gak percaya," kekeuh Jidan.

"Bodo amat, gue gak peduli. Lo mau percaya atau enggak. Sekarang, lo lepas tangan gue," pinta Ashella.

"Enggak, pokoknya gue gak bakalan lepasin tangan lo sebelum lo ngaku kalo lo itu Shella," timpal Jidan masih dengan pendiriannya.

"Perlu gue jelasin berapa kali lagi sih, gue bukan Shella astaga!" Ashella segera melepas tangan Jidan yang saat itu sedikit melonggar di pergelangan tangannya dan berhasil terlepas.

"Kalo, lo masih berpikir kalo gue ini Shella, lo salah besar!" kata Ashella lalu pergi menjauh dari Jidan.

Jidan hanya bisa menatap kepergian Ashella. Ia masih tidak percaya jika itu memang benar Ashella, karena ia yakin Shella masih hidup dan Ashella adalah Shella.

***

Ashella berlari bergegas masuk ke toilet, dan mengunci pintu toilet. Ia bersandar di balik pintu dengan napas tersengal-sengal.

Tak lama, air mata jatuh dari pelupuk matanya. Hatinya terasa begitu sakit, seakan-akan ia telah menyakiti orang yang sangat ia cintai.

"Aku harus gimana lagi, Tuhan? Aku udah gak sanggup terus-terusan kayak gini..."

***

"Woy!" Asep menepuk bahu Jidan. "Ngapain lo matung di sini, hah?"

"Gue gak papa," jawab Jidan masih memandang kepergian Ashella.

"Gue nanya lo ngapain, bukan nanya keadaan lo. Gak connect banget gue ngomong sama lo," kesal Asep.

"Sep, lo tau Ashella nggak?" tanya Jidan mengalihkan pandangannya pada Asep.

"Ashella yang OB baru itu?"

"Iya."

"Tau. Emang kenapa, lo suka sama dia?" goda Asep.

"Enggak, gue gak suka sama dia. Cuman... gue penasaran aja sama dia," jawab Jidan.

"Eleuhh-eleuhh!" Asep menyenggol lengan Jidan. "Bilang aja kalo kalo lo suka. Wajar kok."

"Apanya yang wajar?"

"Lo itu udah jadi duda setahun, dan gue juga tau, lo pasti kesepian tanpa sosok istri lo selama itu. Jadi, lo wajar kok kalo lo suka sama Ashella," jelas Asep.

Memang benar, Shella sudah pergi setahun yang lalu, dan Jidan pun selalu merasa kesepian. Tetapi, lelaki itu belum bisa membuka hatinya untuk wanita lain. Karena, Shella masih memenangkan hatinya hingga saat ini.

"Serah lo." Jidan minggat dari sana dan masuk ke dalam kantor untuk mulai bekerja.

Dirasa sudah beres mengepel lantai, Jidan pun membersihkan dalam toilet kantor. Tetapi, saat ia membuka pintu toilet, tepat sekali, Ashella keluar dari toilet tersebut dengan mata yang sembab seperti habis menangis.

"Lo," kata Jidan ketika melihat Ashella yang baru saja keluar dari toilet. Dan Ashella, gadis itu hanya memandang Jidan sebentar.

"Lo nangis, lo gak papa, Shell?" tanya Jidan terlihat khawatir.

"Gak usah sok peduli sama gue! Lebih baik lo jauhin gue sekarang, karena gue gak suka liat lo ada di hadapan gue, ngerti!" tegas Ashella.

Malam harinya. Ashella berdiri di jembatan, sembari memandangi pemandangan laut malam dengan angin yang sejuk.

"Laut, sampai kapan aku harus pura-pura terus di depan suami aku? Sampai kapan aku harus pura-pura benci sama dia?"

"Semakin lama aku di deket dia, semakin aku tersiksa dan pastinya sandiwara aku bakalan kebongkar juga nanti. Dan Jidan bakalan tau, kalo sebenernya aku Shella," ujar Ashella yang sudah merasa lelah dan tersiksa batin.

Satu tahun yang lalu. Jidan masih menangisi Shella yang masih ada di pelukannya.

"Shella, please jangan tinggalin aku... aku mohon sama kamu, Shell," ucap Jidan memeluk kepala Shella sambil menangis.

"Kamu udah janji kalo kamu bakalan ada di saat duka maupun suka, tapi kenapa kamu gak bangun-bangun juga?! Kenapa kamu ingkar-in janji kamu, kenapa?"

Darah terus mengalir dari perut Shella karena tusukan pisau yang menusuk perut gadis tersebut.

Deg! Deg! Deg!

Jidan merasakan detak jantung Shella yang berpacu sangat cepat. Segera menoleh pada semua teman-temannya.

"Kenapa, Dan?" tanya Naufal.

***

Segera Shella dibawa ke rumah sakit terdekat dan ditangani oleh dokter. Saat Shella dibawa menggunakan ranjang rumah sakit untuk dibawa pada dokter, ada pasien lain yang sama kritisnya dengan Shella.

"Dok, tolong selamat-in istri saya, Dok," pinta Jidan.

"Ada apa ini?" tanya dokter tersebut melihat keadaan Shella yang berlumuran darah.

"Kena tusuk pisau," jawab Jidan.

"Dok, tanganin pacar saya dulu. Dia kena kecelakaan, nyawanya lagi dipertaruhkan, Dok," kata seorang lelaki muda dengan seorang gadis di ranjang rumah sakit juga seperti Shella, Erik.

"Lo gak bisa main gitu aja dong! Gue yang duluan ngomong sama dokternya, dan lo baru. Jadi, istri gue dulu yang harus ditanganin, bukan pacar lo!" ucap Jidan.

"Nyawa pacar gue lagi dipertaruhkan, dia kecelakaan mobil!" timpal Erik.

Tinggalkan jejak, makasih!

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang