Part 7

92 5 2
                                    

"Gue selalu berharap kalo waktu di rumah sakit itu, yang selamat itu dia dan bukan orang lain. Mungkin sekarang, dia masih ada di sini dan bahkan mungkin juga kita udah punya anak, dan kita berdua main bareng sama-sama."

Mendengar itu, hati Ashella terasa tertusuk. Betapa sakit hatinya ia saat mendengar penuturan Jidan.

"Asal lo tau, tiap malem gue selalu nangis karena kangen sama dia. Gue kangen pengen meluk dia, gue kangen segalanya tentang dia. Tapi apa yang bisa gue lakuin? Cuman bisa terima nasib gue," ucap Jidan menahan tangisnya.

"Jidan, aku mohon maafin aku. Aku... gak bisa jadi istri kamu yang dulu lagi, aku udah berubah," ujar Ashella dalam hatinya. Sungguh, hatinya terasa tersayat melihat kesedihan yang dialami Jidan saat ini.

"Tapi, udah lah. Gak ada gunanya gue nangisin Shella lagi, dia udah gak ada ninggalin gue. Bahkan, gue sempet ngira lo itu Shella, tapi setelah liat lo beberapa hari ini... gue sadar lo itu beda banget," ucap Jidan berhasil membuat Ashella bergetar.

"Kalo seandainya Shella itu beneran masih hidup, dan lo berhasil nemuin dia, lo bakalan ninggalin gue?" tanya Ashella gugup.

"Emang sejak kapan gue nemenin lo? Lagi pula, siapa juga yang mau sama cewek galak kayak lo? Gue sih ogah!" Jidan cengengesan.

"Oke fine-fine," final Ashella.

"Tapi... gue suka, lo lucu dan agak polos," puji Jidan. Ashella langsung salah tingkah dengan pujian singkat itu.

"Ini buat lo," kata Jidan sembari memberikan balon berbentuk hati itu pada Ashella.

"Maksudnya?"

"Lo ulang tahun 'kan hari ini? Ini buat lo," jawab Jidan.

"M-makasih." Ashella menerima balon berbentuk hati itu dengan senang hati.

***

"Jidan, kamu mau makan malam apa, biar aku yang masak. Bi Surti gak ada 'kan sekarang?" tanya Ashella.

"Bi Surti?"

"Iya, Bi Surti ART di rumah ini," lanjut Ashella.

"Sejak kapan lo tau ada pembantu di sini yang namanya, Bi Surti? Lo ke sini aja baru sekarang." Jidan merasa aneh dengan Ashella yang bersikap seolah-olah tahu tentang riwayat rumah ini dan bukan seperti orang pertama kali tinggal di sini.

"Astaga, aku keceplosan. Aku lupa, kalo sekarang yang Jidan kenal itu Ashella bukan Shella, aku harus cari alesan apa sekarang?" Ashella terlihat sangat panik dengan pertanyaan yang dilontarkan Jidan.

Tetapi, dengan cepat ia mencari alasan, "Gue cuma nebak aja. 'Kan di sinetron-sinetron juga, nama pembantunya itu Surti, Inah, Oci, yang kesannya lucu-lucu."

"Oh." Ashella berhasil membuat Jidan percaya. Namun, Jidan bukanlah lelaki bodoh yang bisa percaya begitu saja, apalagi dengan Ashella, gadis yang membuat ia selalu curiga.

"Jadi... mau makan apa?"

"Tumis kangkung," jawab Jidan. Lelaki itu sengaja meminta dimasakkan tumis kangkung, karena dulu Shella sering memasak sayuran tersebut, jika rasanya sama berarti itu Shella dan jika beda, berarti bukan Shella.

Ashella dan Jidan menuruni tangga dan pergi menuju dapur. Dan Ashella, gadis itu terlihat hafal sekali letak-letak di mana bumbu-bumbu masakan.

Jidan hanya mengamati dari samping Ashella sambil melipat kedua tangannya dan bersandar di dekat penyimpanan sayur.

Ashella begitu fokus dengan aktivitasnya, hingga tak sadar jika handphonenya bergetar karena panggilan masuk dari Chelly. Jidan segera menoleh ke arah handphone tersebut dan menerima panggilan itu.

"Shell, gimana di sana, lo baik-baik aja 'kan sama Jidan? Pasti lo seneng banget 'kan, akhirnya lo bisa bersatu lagi sama suami lo setelah ke-pisah satu tahun lamanya." Chelly terus mengoceh panjang lebar dan tak sengaja mengatakan rahasia Ashella yang disimpan selama ini, karena ia tidak tahu jika yang mengangkatnya adalah Jidan.

Tut!

Jidan segera mematikan teleponnya dan meletakkan kembali handphone milik Ashella di tempatnya.

"Ternyata kamu masih hidup, Shell. Kenapa kamu bohongin aku, apa alesan kamu lakuin ini ke aku?" Jidan menatap Ashella dengan tajam. Setelah mengetahui kebenaran itu bukannya bahagia, ia malah membencinya.

"Ini tumis kangkung-nya udah jadi." Ashella menyodorkan piring pada Jidan, tetapi Jidan malah menjatuhkannya ke lantai, membuatnya berserakan di lantai.

"Lo munafik banget sih jadi cewek. Lo bahkan gak pernah mikirin perasaan gue setahun ini?" ujar Jidan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maksudnya?" Ashella tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Jidan.

"Gue kecewa banget sama lo. Gue gak ngerti lagi sama cara kerja otak lo itu. Dan bisa-bisanya gue kemakan sama kebodohan lo," lanjut Jidan.

"Gue tolol, tolol banget!" Jidan memukul kepalanya sendiri.

"Jidan, Jidan, Jidan stop! Stop sakitin diri kamu sendiri!" Ashella mencoba menghentikan tangan Jidan yang sedang memukuli kepalanya sendiri. "Jidan kamu kenapa sih, ada apa?"

"Lo yang kenapa?!" timpal Jidan dengan lantangnya. "Gue bener-bener gak paham lagi..." Jidan pergi dari sana dengan perasaan kecewa, ia menyenggol tubuh Ashella saat pergi.

Sementara Ashella, gadis itu hanya bisa menangis karena bentakan Jidan tadi. Hatinya sangat terluka, dan hancur.

Dengan air mata yang terus menetes, Ashella memunguti pecahan piring beling itu di lantai. Kata-kata Jidan terus terngiang-ngiang di kepalanya.

Keesokan harinya. Jidan sudah bersiap akan pergi, akan tetapi ia bukan pergi ke kantor, melainkan seperti akan pergi ke tempat lain.

"Jidan, kamu gak bakal masuk kerja hari ini?" tanya Ashella pada Jidan yang sedang bercermin dengan menggunakan pakaian geng motornya. Tetapi, Jidan hanya diam saja dan fokus merapikan dirinya. Akhirnya, Ashella bertanya kembali, "Kenapa?"

"Lo bisa diem nggak sih?" Jidan menatap tajam Ashella, "Mau gue pergi kerja atau enggak, itu bukan urusan lo, ngerti?!"

"Tapi, kamu kalo mau absen setidaknya kamu harus ada keterangan dulu, jangan gak jelas kayak gini. Nanti Bu Celine, bakalan marah sama kamu," pesan Ashella.

"Tanpa gue jawab gue mau ke mana, lo juga udah tau gue mau ke mana. Jangan pura-pura polos, karena gue tau semua isi otak lo itu," ucap Jidan, lalu pergi meninggalkan Ashella dengan kebingungannya.

"Jidan, mau pergi ke basecamp?" tebak Ashella.

***

Ashella pergi ke kantor menggunakan angkot, karena ongkos ojek online sangat mahal baginya. Dan uangnya akan terambil banyak, dan ia akan memperlambat pengumpulan uang untuk membayar hutang Riani karena ulahnya.

"Makasih, Bang. Ini uangnya," ucap Ashella, memberikan uang pada supir angkot itu sebelum ia masuk ke kantor.

Saat masuk ke kantor, ia sudah dihadang oleh Asep.
"Pagi, Ashella," sapa Asep ramah.

"Pagi juga," balas Ashella.

"Lo liat Jidan, nggak?" tanya Asep. "Soalnya dia tumben jam segini belum dateng."

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang