Part 18

88 5 3
                                    

"Jadi, semua ini cuma akal-akalan-nya kamu doang?" tanya Ashella sekali lagi?

"Iyalah, lagian sekolah mana coba yang buka hari Minggu gini?" timpal Fauzan.

Ashella baru ingat jika hari ini adalah hari Minggu. Padahal tadi malam ia baru saja bermalam mingguan bersama dengan Jidan, pikirannya benar-benar kacau.

"Lo gak papa 'kan, gue boongin?" tanya Fauzan memastikan jika Ashella tidak marah kepadanya, maupun Zena.

"Gak papa dong! Niat kamu itu baik kok, mau nyenengin Zena, adik kamu."

"Ya, dan kamu bener... Zena keliatannya gak suka sama Jidan, begitupun sebaliknya," lanjut Ashella, kembali mengingat-ingat kejadian ketika Jidan dan Zena bertemu.

***

Jidan sedang duduk sendirian di sebuah cafe, sembari memainkan handphonenya.

"Woy," sapa Reyhan, membuat lelaki itu berhenti memainkan handphonenya dan menyimpannya di meja cafe. "Udah lama?"

"Gak, baru aja," jawab Jidan.

"Ada perlu apaan lo minta gue ketemu di sini? Ada masalah lagi sama Shella, atau apa?" tanya Reyhan.

"Gue sama Shella baik-baik aja, gak ada masalah. Gue tuh minta lo buat ketemuan di sini tuh karena, Shella penasaran sama kelanjutan hubungan lo sama Chelly," jelas Jidan.

"Hubungan gue sama dia udah berakhir–"

"Cepet amat, lo gak suka sama dia?" sela Jidan, padahal Reyhan belum selesai dengan ucapannya.

"Lo bisa gak, jangan motong omongan gue, gue belum selesai ngomong anjir!" kesal Reyhan.

"Oke-oke, sorry. Next."

"Hubungan gue sama dia udah berakhir, tapi itu dulu," lanjut Reyhan membuat Jidan kebingungan dengan kata, 'tapi itu dulu', ada maksud apa dalam kata tersebut?

"Maksud 'tapi itu duku' apaan?"

"Iya, dia mantan gue," jawab Reyhan membuat Jidan terkejut dan tidak sangka. "Kita dulu itu hampir mau nikah, tapi nyokap Chelly gak restuin kita karena gue itu geng motor. Dia gak mau, hidup Chelly jadi kacau karena gue."

"Tunggu, bukannya lo itu anak orang kaya, ya? Kok, nyokap-nya bisa ngomong kayak gitu?" komentar Jidan.

"Waktu itu, keluarga gue lagi kelilit utang, makanya hidup kita itu agak miskin. Cuman sekarang, udah balik lagi kayak semula," jawab Reyhan.

"Bawa berkah banget gue hidup, anjay," kata Jidan merasa bangga dengan dirinya sendiri. "Jadi, rencana lo ke depannya gimana sama dia?"

"Rencananya sih, kita mau jalanin komitmen dulu. Abis itu kita bakalan mikirin rencana ke depannya bareng-bareng," balas Reyhan.

"Gue dukung selalu kok."

Hari ini, Ashella, Fauzan dan Zena akan menghabiskan waktu mereka dengan bermain di taman bermain.

Mereka bermain dengan sangat gembira, layaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia.

"Kak, aku mau boneka itu!" Zena menarik tangan Ashella, membawanya pada mesin capit.

"Bentar, biar Kakak coba ambilin." Ashella memasukkan koin pada mesin tersebut dan mulai memainkan mesinnya. Saat mesin pen-capit tersebut hendak berhasil men-capit bonekanya, bonekanya tiba-tiba jatuh.

"Yahh, gagal."

Ketika sedang fokus mengobrol dengan Jidan, mata Jidan teralihkan saat melihat seseorang yang mirip dengan Ashella yang sedang bermain mesin capit bersama anak kecil dan satu lelaki bersamanya.

"Shella ke mana?" tanya Reyhan secara tiba-tiba.

"Ngapain lo nanyain istri gue segala, jangan lo embat ya. Inget! Lo itu udah ada Chelly." Jidan merasa aneh, karena Reyhan menanyakan Ashella secara tiba-tiba.

"Siapa juga yang mau embat istri, lo?"

"Terus?"

"Tuh, gue liat ada cewek yang mirip sama Shella. Gue gak mau salah sangka, makanya gue nanya dulu ke, lo," ungkap Reyhan, menunjuk pada seseorang yang mirip dengan Ashella itu.

Jidan segera menoleh ke belakang, memastikan apa yang dikatakan oleh Reyhan barusan.

"Shella, ngapain dia di sana? Katanya ada acara sekolah, kok dia malah ke playground," gumam Jidan.

"Acara sekolah? Gila lo, ya?" sahut Reyhan, membuat Jidan menolehkan pandangannya.

"Kenapa, ada yang salah?"

"Ini hari Minggu, mana ada sekolahan yang buka, pada libur kali!" Reyhan terkekeh geli dengan perkataan Jidan.

Benar, apa yang dikatakan Reyhan itu memang benar. Hari ini hari Minggu, semua sekolah libur hari ini. Namun, mengapa Fauzan dan Zena berbohong padanya?

"Tapi, Rey... Zena sendiri yang bilang kalo hari ini dia ada acara sekolah, dan dia minta kakaknya sama Shella yang dateng," sangkal Jidan, masih kebingungan.

"Palingan juga akal-akalan mereka. Mungkin kakaknya si Zena itu mau modus sama Shella, dan manfaatin kedelai Zena sama Shella. Mungkin..." balas Reyhan, masuk akal.

Jidan segera menelpon Ashella, ia tidak mau melabrak mereka tanpa tahu alasannya yang jelas.

Ketika sedang tertawa gembira bersama Fauzan dan Zena, handphone Ashella berdering.

"Bentar, Kakak angkat telpon dulu, ya," kata Ashella, mengambil handphonenya yang ada di dalam tas.

Mata Ashella membulat melihat siapa yang menelponnya sekarang.
"Gawat, Jidan nelpon lagi. Kalo dia tau, aku gak pergi ke acara sekolah dan malah pergi main, pasti dia bakalan marah banget," gumam Ashella dalam hatinya.

"Kenapa, Shell. Ada masalah?" tanya Fauzan, karena raut wajah Ashella tiba-tiba menjadi tegang.

"Emm, gak papa kok."

***

"Kok gak diangkat-angkat, ya? Apa telpon gue gak penting banget sama dia gak mau angkat?" kesal Jidan.

Ashella menjauh sedikit dari mereka, dan mengangkat telpon dari Jidan.

"Halo, Jidan. Kenapa?"

"Kamu di mana sekarang?" tanya Jidan pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu di mana dia sekarang. Karena ia memperhatikannya dari kaca cafe, yang kebetulan cafe dan taman bermain itu tidak terlalu jauh.

"Ini aku, aku lagi di acara sekolahannya, Zena. Kamu juga tau sendiri 'kan?" jawab Ashella berbohong, ia tidak mau Jidan tahu kebenarannya karena Jidan akan marah.

"Ini 'kan hari Minggu, emang gak libur?" tanya Jidan lagi.

"Aku juga gak tau."

"Oh gitu, ya udah. Hati-hati."

Tut!

Telpon ditutup. Jidan kecewa, karena AShella kembali berbohong padanya. Padahal, jika Ashella jujur ia juga tak akan marah, tetapi ini malah sebaliknya.

"Gimana?"

"Iya, dia yang ada di sana," jawab Jidan frustasi.

***

"Ya ampun, aku udah boong sama Jidan, bilang kalo aku ada di acara sekolahannya Zena, padahal aku nyatanya main di sini sama Zena, dan ada Fauzan juga," gumam Ashella tidak enak hati karena sudah membohongi Jidan.

"Kak Cantik, ayo main lagi! Aku mau bonekanya!" rengek Zena.

Ashella pun kembali menyimpan handphonenya ke dalam tas, lalu kembali bermain bersama Zena.

Sedari tadi, Ashella selalu gagal mendapatkan boneka tersebut. Fauzan yang melihatnya pun merasa gemas, karena Ashella selalu gagal.

"Kayaknya lo tuh gak ada bakat, makanya gak dapet mulu," ledek Fauzan.

"Enak aja kamu! Emang kamu bisa?" tantang Ashella.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang