Part 15

87 3 4
                                    

"Aku minta maaf." Jidan kembali meminta maaf.

"Kok hati aku berat ya, buat maafin kamu?" Ashella melipatkan kedua tangannya lalu menatap wajah Jidan.

"Aku minta maaf."

"Aku minta maaf."

"Aku minta maaf."

"Aku minta maaf."

Jidan terus meminta maaf kepada Ashella, karena gadis itu tak kunjung memaafkannya.

Sasha dan Chelly yang mengintip dari dalam, langsung tersenyum-senyum menyimak tingkah mereka berdua.

Tiba-tiba terbesit sesuatu di benak Chelly.
"Andai aja dia bisa sesabar Jidan sekarang, mungkin aja gue bisa kayak Shella sekarang," gumam Chelly dalam hati. Ia tiba-tiba merasa sedih teringat dengan masa lalunya.

"Aku minta maaf."

"Aku minta maaf."

"Aku minta maaf."

Mulut Jidan terus berkata maaf, namun tak kunjung ada balasan dari Ashella, ia malah tersenyum melihatnya.

Kasihan melihat Jidan yang tidak berhenti berbicara, akhirnya ia pun merespon. "NPWP," katanya.

Jidan langsung kegirangan mendengarnya. Ia tarik kepala Ashella ke dekapannya lalu ia tepuk-tepuk kepalanya pelan.

"Janji gak kayak gini lagi?" tanya Ashella masih dalam posisinya.

"Janji."

"Aku bersyukur banget dijodohin sama kamu, Jidan. Sama kamu, meskipun kita selalu ada konflik tapi... kita gak pernah bisa pisah," kata Ashella merasa sangat bersyukur sekali.

"Iya, aku juga bersyukur dijodohin sama kamu. Kamu bener-bener udah rubah aku jadi lebih baik, aku berterimakasih banget sama kamu," balas Jidan.

***

Chelly berjalan sendirian. Ia ingin menenangkan hati dan pikirannya dengan berjalan ke luar dan di jalanan sepi.

Ia masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya yang dulu ditolak oleh ibunya.

***

"Buat kamu." Jidan menyodorkan es krim Oreo pada Ashella yang sudah dibuka kemasannya, siap disantap.

"Es krim?"

"Iya. Ini es krim kesukaan kamu. Udah lama banget aku gak traktir kamu es krim," ujar Jidan.

"Makasih." Ashella menerima es krim tersebut, lalu melahapnya.

"Sama-sama."

"Huh! Seneng deh, bisa makan es krim bareng kamu, kayak gini lagi," ujar Ashella tersenyum menatap arah depan.

Ia sangat bersyukur, karena saat ini ia masih diberi kesempatan untuk menemani lelaki yang sangat ia cintai itu oleh Tuhan.

"Kak Cantik!" Seorang anak kecil tiba-tiba berlari ke arah Ashella dengan sangat antusias.

"Zena? Kok kamu bisa ada di sini?" Ashella sangat terkejut dengan kedatangan Zena yang sangat tiba-tiba. Sudah lama sekali mereka tak bertemu, dan sekarang Zena sudah tumbuh besar.

Jidan yang melihat itu langsung merasa sebal. Ia tahu, jika ada anak kecil ini pasti ia akan terpisahkan, apalagi jika ada kakaknya Zena.

Ashella menggendong Zena dan mendudukkan di antara ia dan Jidan. Jidan membulatkan matanya, karena Ashella secara tak langsung membuatnya terjauh dan bergeser tempat duduk.

"Aku ke sini sama, Kak Fauzan," jawab Zena.

"Hai, Shella. Apa kabar?" sapa Fauzan melempar senyum manis pada Ashella.

Benar saja, sekarang datang Fauzan. Pasti Jidan akan terlupakan, apalagi Zena selalu mengompori Ashella dan Fauzan.

"Fauzan, apa kabar kamu?" Ashella terlihat senang sekali bertemu dengan Fauzan membuat Jidan kesal.

"Bener 'kan kata gue? Gue malah kayak jadi kambing conge sekarang, gara-gara nih bocah datang," umpat Jidan dalam hati.

"Gue baik, dan Zena juga sekarang kondisinya udah membaik. Setelah lo dateng ke kehidupan dia, dia jadi anak penurut sekarang," tutur Fauzan.

"Oh, itu bagus dong! Zena jadi anak baik yang nurut sama kakaknya." Ashella mengelus lembut rambut Zena.

Tiba-tiba handphone Fauzan bergetar.
"Shell, gue permisi bentar ya... ada telpon masuk," pamit Fauzan, lalu pergi.

"Kak Cantik, aku udah sekolah lho," ungkap Zena.

"Wahh, bagus banget. Kamu kelas berapa sekarang?" tanya Ashella.

"Kelas dua SD," jawab Zena. "Oh iya Kak, di sekolah aku ada acara orang tua. Setiap orang tua murid wajib hadir dan bawa makanan atau barang, terus nanti kita bisa tukeran sama barang yang kita punya."

"Jadi, kamu mau bawa makanan apa ke sana, hm? Nanti Kakak, bakalan bantuin kamu," kata Ashella ramah.

"Aku mau Kak Cantik juga ikut sama Kak Fauzan ke sekolahan aku," jawab Zena membuat Ashella menoleh ke arah wajah Jidan.

Tak ada tanggapan dari Jidan, ia hanya diam. Ia tidak ingin ikut campur ke dalam urusan antara Fauzan dan Zena.

"Kak Cantik mau 'kan ikut? Please..." Zena memelas pada Ashella agar ia ikut.

"Tapi, Kakak... Kakak harus minta ijin dulu sama, Kak Jidan. Gimana pun juga 'kan dia ini..."

Zena langsung membalikan tubuhnya dan beralih menatap Jidan.
"Kak, Kakak harus ijin-in Kak cantik ikut sama aku! Titik pokoknya, gak boleh ngelarang!" paksa Zena dengan menatap tajam Jidan.

"Cih, maksa amat nih bocah," kesal Jidan dalam hati. Jidan menatap mata Ashella, begitupun sebaliknya. Mereka berdua seakan-akan tahu apa yang ada di pikiran mereka masing-masing dengan melihat dari mata saja.

"Serah deh," final Jidan.

"Yeayy!" Zena bersorak gembira karena kesenangan. Sementara Jidan, ia cemberut kesal dengan Zena, si bocah kematian ini.

Fauzan kembali setelah selesai mengangkat telponnya.
"Zena, kita harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang harus diurus di rumah," ucap Fauzan.

"Udah sana, pergi aja. Ganggu aja tau, gak?" usir Jidan dalam hati.

"Oke, Kak." Zena turun dari kursi, lalu berpamitan dengan Ashella, "Kak Cantik, jangan lupa ya..."

"Iya."

Cup!

Ashella mencium kening Zena sebentar. "Udah, sekarang boleh pergi. Hati-hati, ya."

"Dadah, Kak Cantik!" Zena melambaikan tangannya, begitupun sebaliknya.

Setelah Fauzan dan Zena pergi, tinggal-lah mereka berdua di sana. Dan Jidan, ia masih kesal dengan Zena, dari dulu ia selalu saja tersisihkan jika ia ada di antara dirinya dan Ashella.

Ashella tersenyum pada Jidan, lalu bergeser lebih dekat dengannya, "Udah, jangan ngambek gitu... nanti aku kasih sesuatu sebagai gantinya."

"Sesuatu apaan?" ketus Jidan dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

Ashella pun membisikan sesuatu pada telinga Jidan. Entah apa yang ia bisikan, tetapi berhasil membuat lelaki itu tersenyum.

"Serius?"

Ashella mengangguk, "Iya, aku serius. Itu juga kalo kamunya mau, kalo nggak mah gak papa, aku gak maksa kok."

"Ya... kalo gini mah siapa yang bakalan nolak?" Jidan kembali tersenyum setelah mendengar bisikan dari Ashella, dan kesenangan.

Malam harinya.

"Ma, aku ijin keluar ya bentar," ucap Chelly pada Sasha. Ya, Chelly sudah dianggap anak sendiri oleh Sasha sekarang, maka tak heran jika Chelly memanggilnya dengan sebutan 'Mama'.

"Kamu mau ke mana, Nak?" tanya Sasha.

"Aku mau pergi bentar sama, Shella. Dia ajak aku keluar, katanya sih malam mingguan," jawab Chelly.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang