"Ya udah, iya." Jidan menyetujuinya, lalu Ashella melepaskan tangan Jidan dan berjalan lebih dulu.
Ashella mulai berjalan lebih dulu, dan Jidan mengekor di belakang. Selama perjalanan, Ashella tak henti-hentinya meremas jari-jarinya karena gelisah.
"Duh... gimana ya kalo Jidan ketemu sama Chelly, dan nanti Chelly keceplosan soal aku? Aku harus ngeles apa?" gumam Ashella dalam hati.
"Masih jauh nggak?!" sahut Jidan dari belakang.
"Bentar lagi!" balas Ashella.
Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya mereka pun sampai di kontrakan Ashella. Di dalam kontrakan itu sangatlah gelap, seperti tak berpenghuni. Padahal Chelly tak pernah mematikan lampu saat malam hari, apakah dia sedang pergi?
"Ini rumah lo?" tanya Jidan mendelik ke kontrakan kecil tersebut.
"Ini kontrakan tempat aku ngontrak," jawab Ashella yang tak sadar dengan gaya bahasa yang ia gunakan barusan.
Jidan yang tidak sadar pun bersikap biasa saja.
"Kok gelap banget, gak ada orang sama sekali di dalem?" tanya Jidan lagi."Gak tau juga." Ashella mengintip dari kaca kontrakannya, memeriksa keadaan dalam, "Biasanya Chelly gak pernah matiin lampu kalo malem, tapi malem ini gelap."
"Mungkin lagi keluar dianya," timpal Jidan ikut mengintip ke kaca kontrakan yang sama dengan Ashella.
"Mungkin–" Kata-kata Ashella terhenti saat menoleh, karena wajah Jidan begitu dekat sekali dengan wajahnya. Mereka berdua bertatapan memandangi wajah satu sama lain dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
"Jidan, andai kamu tau... aku kangen banget sama wajah ganteng kamu ini," ucap Ashella dalam hatinya.
"Ashell, kenapa Aa yakin banget kalo yang sekarang, Aa liat itu kamu?" ucap Jidan dalam hatinya.
Segera mereka tersadar, dan menjauh satu sama lain dan melihat-lihat ke sekeliling seolah tak terjadi apa-apa barusan.
"Lo gak ada kunci cadangannya apa?"
"A-ada," jawab Ashella grogi. Lalu Ashella menarik kursi yang ada di teras, dan menyimpannya tepat di depan pintu.
Setelah itu, Ashella naik ke atas kursi itu dan mengambil kunci cadangan yang ada di atas pintu, dan membuka pintu kontrakannya.
Ceklek!
Pintu terbuka. Suasana di dalam sangat gelap, Jidan yang ikut masuk tak sengaja menabrak sesuatu yang di lantai.
Lelaki itu mengambil benda tersebut, dan ternyata itu adalah balon yang berbentuk hati, "Balon?"
Ashella menekan saklar lampu, dan terang-lah sekarang tempat tersebut. Tepat, saat lampu menyala, Chelly melakukan sesuatu.
"Surprise!" kata Chelly antusias dengan senyum tulusnya.
"Chelly, kamu?"
"Happy Birthday, Shella!" Chelly berlari memeluk Ashella dengan erat. Namun, pandangannya teralihkan saat melihat Jidan yang berdiri mematung di belakang Ashella.
"Lo siapa, kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Chelly, asing dengan Jidan.
"Chelly kenalin, ini Jidan. Dia..."
"Jidan?" Chelly tampak kaget dengan nama tersebut.
"Tunggu, tadi lo panggil dia, Shella?" tanya Jidan yang masih bingung dengan keadaan saat ini. "Maksudnya apa? Apa jangan-jangan selama ini..."
"Eh-eh, mau bilang apaan lo hah? Lo mau bilang kalo gue ini Shella cewek lo itu, iya?!" sahut Ashella dengan cepat.
"Chelly, panggil gue Shella karena Ashella kepanjangan buat dia."
"Oh, sorry," maaf Jidan.
"Apa ini cowok yang selalu diceritain sama Shella, Jidan suaminya?" gumam Chelly dalam hati mendelik Jidan.
"Chelly, kita perlu bicara berdua." Ashella menarik Chelly dan membawanya ke dapur.
"Itu Jidan yang waktu itu?" tanya Chelly yang masih penasaran. Ashella mengangguk. "Kok dia bisa ke sini? Atau jangan-jangan dia udah tau rahasia lo?"
"Bukan. Tapi, intinya aku ke sini sama dia itu mau pamit sama kamu," ungkap Ashella.
"Pamit? Emang lo mau ke mana?" Chelly terlihat tidak rela Ashella pergi.
"Ceritanya panjang banget, Chell. Dan ini juga terlalu cepet buat aku, tapi... aku gak bisa apa-apa," lanjut Ashella bertele-tele membuat Chelly kebingungan.
"Lo ngomong intinya aja, bisa? Gue pusing," kata Chelly.
"Aku sama Jidan udah nikah, dan sekarang aku harus ikut pulang sama dia, makanya aku mau pamit dulu sama kamu biar aku gak khawatir sama aku," jelas Ashella.
"Nikah? Kok bisa?!"
"Panjang ceritanya, Chell. Besok aku bakalan cerita sama kamu," ucap Ashella. "Aku juga bingung sih sebenernya, aku bingung aku harus bersikap kayak gimana. Seharusnya aku seneng karena aku bisa bersatu lagi sama suami aku, tapi... aku takut suatu hari nanti dia tau kebenarannya dan ninggalin aku."
"Shella, gue yakin Jidan pasti ngerti kok sama keadaan lo. Dan, kalo itu emang beneran cinta sama lo, dia gak mungkin ninggalin lo gitu aja, 'kan?" support Chelly.
"Kalo aku ikut pergi sama Jidan, kamu sendiri gimana? Apalagi preman-preman itu masih ngejar-ngejar kita, kalo kamu sendirian gimana?" ujar Ashella khawatir.
"Iya juga sih... tapi gimana lagi?"
"Atau gini aja. Mama aku punya warung makan, kamu tinggal aja sama Mama aku, kamu tinggal di sana bakalan lebih aman dan terjamin hidupnya. Masalah hutang itu, aku bakalan buru-buru lunasin biar kita gak dikejar-kejar terus," saran Ashella panjang lebar.
***
Malam ini juga, Ashella dan Jidan pulang ke rumah besar yang biasa ditinggali oleh Shella dan Jidan dulu, sebelum Shella tiada.
"Ini rumah kamu?" tanya Ashella.
"Iya. Ini rumah peninggalan orang tua gue. Di sini, banyak kenangan buruk dan indah," jawab Jidan memandangi rumahnya.
"Udah lama banget aku gak nginjek-in ke rumah ini, dan rumah ini masih sama saat aku terakhir kali aku pergi." Ashella tersenyum melihat isi rumah tersebut.
"Di depan itu dapur, dan di pintu samping dapur itu taman, dan di samping kanan rumah garasi, dan..." Jidan tiba-tiba terhenti, tetapi tak lama ia lanjutkan kembali perkataan, "Yang di atas, kamar gue sama Shella."
Jidan dan Ashella naik ke atas tangga dan masuk ke kamarnya. Kamar tersebut masih sama, tak ada yang berubah.
Di dinding atas ranjang, ada foto pernikahan Jidan dan Shella, dan di samping kanan ranjang ada meja dan disimpan bingkai foto ketika Jidan dan Shella di basecamp memakan es krim.
Di dekat pintu, terdapat sofa yang dulu pernah menjadi saksi bisu tentang kisah mereka.
"Jidan masih simpen foto pernikahan kita di kamar, walaupun aku udah gak ada." Ashella merasa terharu dengan Jidan.
"Ashella, lo liat foto ini." Jidan mengambil foto yang ada di atas meja, yang menunjukkan foto Jidan dan Shella, "Lo liat sendiri 'kan, kenapa gue ngira lo, Shella? Karena lo semirip itu sama dia."
"Setiap gue liat muka lo, gue selalu inget sama Shella, dan gue ngerasa nyesel karena gak pernah bales perasaannya waktu dia masih hidup. Dan sekarang, dia udah gak ada gue ngerasa kehilangan banget, dan ternyata gue udah jatuh cinta sama dia," tutur Jidan.
Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan