"Gak semuanya bisa kamu pendem sendiri. Kamu bisa berbagi keluh-kesah kamu sama aku, aku pernah bilang 'kan sama kamu... di kehidupan kita kali ini, kamu gak akan jatuh cinta sendirian."
Jidan menarik tangan kanan Ashella, lalu memeluknya. Tak lama, gadis itu langsung menangis tersedu-sedu di sana. Beban yang selama ini ia pendam, seperti perlahan keluar lewat air mata.
"Jidan, sakit banget kata-katanya Anna. Dia tega bilang sama aku, seharusnya aku gak dilahirin dan lebih baik mati aja," adu Ashella sambil menangis.
"Dia emang jahat. Tapi, kamu gak usah khawatir, karena sekarang aku udah kembali sama kamu," ucap Jidan menenangkan Ashella sambil mengelus lembut kepalanya.
"Aku seneng banget kamu udah balik sama aku, dan inget lagi sama aku." Ashella mengeratkan pelukannya. "Aku kira kamu gak akan pernah inget lagi sama aku, tapi ternyata gak perlu waktu berbulan-bulan kamu udah inget aku lagi." Ashella tersenyum bahagia.
"Ashell," panggil Jidan masih dengan posisinya.
"Hmm?"
"Soal yang balapan waktu itu–"
"Shut!" Ashella membungkam mulut Jidan dengan jarinya sebelum lelaki itu melanjutkan perkataannya.
"Udah, gak usah dibahas."
"Tapi–"
"Udah!" Kali ini Ashella membungkam-nya dengan telapak tangannya. "Aku bilang udah, ya udah."
"Emm!" Jidan mencoba berbicara, tetapi Ashella masih membungkam-nya.
"Apa, mau bantah aku?"
Jidan menggeleng, "Emm! Emm!"
"Apa sih?" Ashella tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Jidan.
"Lepas!" pinta Jidan dengan suara tak jelas.
"Apanya yang dilepas?" Ashella masih tidak sadar dengan tangannya yang masih membungkam mulut Jidan.
"Ini!" Jidan menunjuk-nunjuk tangan Ashella. Ashella segera menoleh, dengan cepat ia melepasnya.
"Hah!" Jidan kini bisa bernapas dengan lega.
"Hehe, maaf ya." Ashella cengengesan.
"Aku hampir mati. Tangan kamu bau bawang," kata Jidan.
"Bau bawang? Perasaan aku gak motong bawang deh." Ashella mengendus telapak tangannya. Tak ada bau bawang sama sekali di tangannya.
"Tapi boong!"
"Ih!" Ashella memukul lengan Jidan dengan keras, membuat lelaki itu meringis kesakitan. "Rasain nih, rasain!"
"Sakit-sakit!" ringisnya.
"Biarin, siapa suruh boong, hah?"
"Oke-oke, aku minta maaf, ya... stop mukulin aku, oke?" Ashella pun berhenti memukuli Jidan. Tak lama, "Tapi, boong!"
Jidan langsung kabur masuk ke dalam rumah sebelum ia dipukuli lagi oleh istrinya itu.
"Jidan!" Ashella berlari mengejar Jidan yang kabur masuk ke dalam rumah.
***
"Aku gak terima sama perlakuan mereka ke aku, aku harus balas dendam atas semua yang mereka lakuin ke aku sama Gio," gumam Anna sambil berjalan dengan menarik kopernya dan menggandeng tangan Gio.
"Mama, kenapa kita pergi dari rumah, Papa? Kenapa Bibi tadi usir kita dari sana, Ma?" tanya Gio polos.
"Gio, Sayang." Anna jongkok dan menatap putranya itu, "Bibi itu jahat, dia udah jahat karena udah usir kita dari rumahnya, Papa. Nanti, kalo kamu udah dewasa, kamu harus balas dendam-nya, Mama oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan