Sebelum Ashella bertanya lebih banyak, Jidan sudah tak sadarkan diri dan jatuh ke pelukan Ashella.
"Jidan!" panggil Ashella panik. Jidan ditidurkan di atas jalanan, kepalanya di simpan di paha Ashella.
"Jidan, please bangun... aku mohon sama kamu, bangun..." Tangis Ashella pecah melihat keadaan Jidan, "Jidan, ini aku Shella istri kamu, ayo bangun."
Kebetulan saja, tak jauh dari sana ada gerobak kosong. Ashella memindahkan kepala Jidan ke atas tanah, dan berlari mengambil gerobak itu.
"Jidan, aku bakalan bawa kamu ke rumah sakit. Kamu tenang aja, ya," ucap Ashella memegang pipi Jidan.
Dengan sekuat tenaga, Ashella memindahkan tubuh Jidan ke dalam gerobak. Dengan keringat yang bercucuran, Ashella mendorong gerobak itu menuju rumah sakit. Meskipun jarak rumah sakit itu cukup jauh dari tempat kejadian, Ashella tidak peduli yang terpenting adalah Jidan bisa segera ditangani oleh dokter.
Setelah perjalanan yang cukup jauh itu, Ashella akhirnya sampai ke rumah sakit dengan membawa Jidan ke rumah sakit.
"Dokter, suster!" panggil Ashella lantang. Suster yang ada di sana segera menghampiri Ashella.
"Sus, tolongin suami saya. Dia... dia dipukulin sama preman," ucap Ashella penuh permohonan.
Para tenaga medis segera datang dengan membawa tandu, dan mengangkat Jidan memindahkannya ke alat tersebut.
Ashella dan para suster membawa Jidan ke ruangan untuk ditangani dokter.
"Jidan, ayo bangun! Aku mohon, aku yakin kamu pasti gak bakalan kenapa-kenapa. Jadi, ayo bangun," kata Ashella.
"Maaf, silahkan tunggu di luar. Pasien akan ditangani oleh dokter," ucap suster pada Ashella.
"Iya, Sus."
Jidan pun dibawa masuk ke dalam ruangan untuk untuk ditangani oleh dokter. Ashella begitu khawatir dengan keadaan Jidan.
"Kalo aja aku gak ada masalah sama preman itu, Jidan gak bakal kenapa-kenapa. Keputusan aku salah buat kembali lagi, Jidan yang kena imbasnya sekarang," sesal Ashella.
***
Tak lama, dokter pun keluar dari ruangan Jidan. Ashella segera bangun dan menanyakan keadaan Jidan pada dokter.
"Dia baik-baik saja, dia hanya kelelahan. Tidak ada masalah yang serius," jawab dokter. "Untuk memar-memar-nya sudah saya kasih obat, hanya beberapa hari saja akan sembuh kembali."
"Makasih, Dok." Dokter itu mengangguk.
"Bisa saya jenguk?" tanya Ashella.
"Tentu saja, silahkan," jawab dokter itu tersenyum ramah. "Saya permisi."
Setelah dokter itu pergi, Ashella segera masuk dan melihat keadaan Jidan yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan luka memar di bagian sudut bibir dan sudut mata. Dahi dan lengan dibagian siku juga diperban.
"Jidan, maafin aku. Gara-gara aku kamu jadi luka-luka kayak gini," tutur Ashella saat Jidan masih pingsan. Ashella meraih tangan Jidan dan menggenggamnya.
Tiba-tiba jarinya bergerak, dan Jidan membuka matanya. Ashella begitu senang melihat Jidan membuka matanya, tetapi lelaki itu tidak senang dengan kehadiran Ashella di sana.
"Lepasin tangan gue! Gue gak mau disentuh-sentuh sama cewek pembohong kayak lo!" maki Jidan dengan kasar.
Mendapat perlakuan itu, Ashella langsung tersentak. Sampai saat ini, ia masih belum tahu alasan Jidan memperlakukannya seperti itu.
"M-maaf, aku cuma khawatir," timpal Ashella menundukkan kepalanya dan meremas jari-jarinya.
"Asal lo tau ya, gue kayak gini juga gara-gara lo! Kalo lo gak ada urusan sama preman-preman itu gue mungkin gak bakalan dihajar, ngerti lo?!" bentak Jidan.
"Aku minta maaf, aku bener-bener minta maaf sama kamu. Aku–"
"Gue gak butuh maaf lo," sela Jidan dengan ketus.
"Aku bakalan bayar biaya administrasinya," ucap Ashella pamit keluar. Tetapi, lelaki itu hanya memalingkan wajahnya tanpa menggubris perkataan Ashella.
Ashella segera keluar dari sana dan membayar biaya administrasi Jidan.
"Enggak seharusnya aku balik lagi kalo tau bakalan kayak gini. Seharusnya aku tetep tinggal aja sama Chelly, dan gak pernah kembali ke hidupnya Jidan," ujar Ashella.
"Jidan sekarang udah benci sama aku. Yang bahkan, aku gak tau alasan dia benci sama aku apa. Tapi, kalo dia emang gak mau aku ada di sini, aku bakalan pergi sekarang juga dan pergi lagi dari rumah itu."
Setelah membayar biaya administrasi, Jidan bisa pulang. Dan untuk luka-luka memar-memar-nya bisa dikompres di rumah.
Saat keluar dari rumah sakit. Ashella sudah tidak ada, dan hanya meninggalkan obat untuknya.
"Ke mana, Shella?" tanya Jidan.
Sementara itu. Ashella sedang mengemasi semua barang-barangnya ke dalam koper. Sebelum Jidan sampai rumah, ia harus segera pergi dari sana agar Jidan tidak marah-marah lagi.
"Kalo dengan aku pergi bisa bikin kamu hidup nyaman, aku bakalan pergi," ujar Ashella, membuang napasnya berat.
Jidan pulang menggunakan taxi, karena motornya tertinggal di jalan saat ia dibawa ke rumah sakit tadi. Ia pikir, di rumah sudah ada Ashella tetapi ternyata tidak ada. Gadis itu tiba-tiba menghilang tanpa berpamitan.
"Shell, Shella!" panggil Jidan menggema di dalam rumahnya itu.
Ia mencari-cari ke kamar, ke kamar mandi, toilet, taman dan semua tempat sudah ia susuri tetapi gadis itu menghilang begitu saja. Saat diperiksa lemarinya, koper milik Ashella hilang dan semua barang-barangnya juga ikut menghilang.
"Shella! Ashella!" Jidan terus memanggil-manggil, tetapi tak kunjung ada jawaban. Ia langsung panik karena istrinya itu menghilang, ditambah ini sudah malam ke mana dia akan pergi?
"Apa Shella pergi dari rumah karena sakit hati gara-gara kata-kata gue, ya?" Jidan berargumen.
"Kalo iya, bodoh banget gue! Gue udah nunggu dia setahun lamanya, dan saat dia udah kembali malah gue acuh-in. Otak lo di mana sih, Jidan?!"
Jidan berlari ke luar rumah mencari-cari Shella, karena ia berpikir jika Shella belum pergi jauh dan masih bisa ia kejar.
"Shella! Shella! Kamu di mana?!" teriak Jidan begitu keras.
"Ashella!"
"Gue gak mau kehilangan dia dua kali. Gue udah kesiksa karena kehilangan dia, dan sekarang gue gak mau itu terjadi lagi," gumam Jidan.
***
Ashella bejalan di sisi jalan raya dengan membawa koper di tangannya. Pergi tanpa arah tujuan yang jelas.
***
"Shella!" Mata Jidan berbinar saat melihat seorang gadis di depannya, yang ia pikir itu adalah Shella.
Jidan berlari ke arah gadis itu dan menepuk bahunya, "Shella." Saat gadis itu menoleh, ternyata itu ialah bukan Shella dan orang lain.
"Maaf, Mas. Ada apa, ya?" tanyanya.
"Maaf, Mbak. Saya salah orang," balas Jidan. Gadis asing itu pun pergi.
Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇
Maaf guys, telat up. Soalnya kemarin-kemarin sibuk, karena ada acara maulid 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan