Di rumah, Jidan sedang bersiap-siap untuk pergi menonton acara balapan yang ditawarkan untuknya tadi malam.
Ia tidak bisa ikut dalam event tersebut, karena tak ingin mengingkari janjinya pada Ashella seperti yang dulu pernah terjadi.
"Jidan, aku mau bicara sama kamu," ucap Ashella setelah sampai di kamarnya.
"Bicara apa?" Jidan menghampiri Ashella.
"Aku... aku ijin-in kamu buat balapan di event itu." Terukir senyum bahagia di bibir Jidan. "Tapi... ada tapinya. Kalo kamu menang, kamu boleh ikutan balapan lagi, asal ijin dulu sama aku, tapi kalo kamu kalah, kamu gak boleh ikutan balapan lagi, paham?" tegas Ashella.
"Paham, Ibu Negara!" Jidan langsung hormat pada Ashella.
"Ya udah, buruan pergi sana keburu gak ditutup pendaftarannya. Nanti, aku bakalan nyusul kamu ke sana, oke?" ujar Ashella.
"Kenapa kamu gak mau ikut?" tanya Jidan. "Justru lebih baik kamu ikut, soalnya aku denger, doanya istri itu gampang terkabul. Kamu datang bareng aku, terus doain aku supaya menang."
"Oke."
***
Mereka sudah sampai di arena balapan. Di sana, begitu ramai dengan pendukung para pembalap. Ashella memperhatikan setiap pembalap yang akan bertanding di sirkuit dengan Jidan nanti, mereka terlihat sangat hebat membuat Ashella ragu.
"Shella, kamu harus percaya sama Jidan, gak boleh ragu. Kamu harus percaya kalo Jidan bakalan menang di event ini, pasti menang!" Ashella meyakinkan dirinya untuk tidak ragu.
"Shella, aku isi formulir pendaftarannya dan mau ganti baju dulu, ya. Kamu tunggu di sini," ujar Jidan berpamitan.
"Iya."
Ashella terus merasa ragu dengan keputusannya ini, hatinya merasa gelisah dan khawatir tanpa alasan.
Jidan keluar dengan pakaiannya menghampiri Ashella. Jidan bisa melihat ada kekhawatiran yang tersirat di wajah istrinya itu.
"Shella, kamu gak papa?" tanya Jidan menghampiri Ashella.
"Jidan, kamu udah selesai ganti baju?" Ashella mengalihkan topik pembicaraan.
"Kamu jangan ganti topik pembicaraan, kamu kenapa? Kenapa kayak khawatir kayak gitu, atau kamu ragu sama keputusan kamu ini?" tebak Jidan.
"Aku gak mungkin bilang yang sebenernya kalo aku ini ragu sama dia. Kalo aku bilang, sama aja aku gak percaya sama suami aku sendiri," gumam Ashella dalam hati.
"Hey, kok diem?" tegur Jidan karena Ashella tiba-tiba terdiam.
"Aku... aku cuma gugup aja liat kamu balapan lagi di sirkuit. Apalagi lawan-lawan kamu pada jago banget pasti," jawab Ashella dengan melempar senyum tipis.
"Ashell." Jidan memegang kedua bahu Ashella, "Aa 'kan udah bilang sama kamu, selama kamu doain Aa terus, bakalan diijabah sama Tuhan, karena doa istri itu mujarab."
"Ashell doain, Aa bisa menang dan berhasil bawa hadiahnya."
"Gitu dong!"
"Aku pakein sarung tangan kamu." Ashella mengambil sarung tangan dan memakaikannya pada tangan Jidan.
"Aku gak pernah nyangka kalo aku mau balapan gini bakalan dipakein sarung tangan sama kamu," lontar Jidan sambil memandangi wajah Ashella yang sedang memakaikan sarung tangan padanya.
"Karena ini pertama kalinya, kamu harus menang, oke? Jangan bikin aku kecewa," balas Ashella.
"Siap Ibu Negara, bawel banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan