Tak lama, Reyhan juga memeluk Sasha. Kedua orang itu tak kuasa menahan tangis harunya. Setelah sekian lama, akhirnya Reyhan bisa juga menikahi kekasihnya itu, Chelly.
"Semoga langgeng, ya," ucap Jidan pada Reyhan.
"Iya, makasih."
"Aku udah lama gak liat senyum itu dari bibir, Chelly. Setelah meninggal Tante Riana, dia terpukul banget, tapi sekarang setelah ada Reyhan, aku yakin banget dia bakalan bahagiain Chelly dan gak akan pernah bikin senyum itu hilang." Ashella menatap keduanya dengan perasaan bahagia.
Tak perlu waktu lama, Reyhan dan Chelly melangsungkan pernikahan mereka. Acara mereka tidak begitu mewah, tetapi terlihat sangat indah dengan dekorasi bunga putih dan biru.
"Selamat atas pernikahan lo, Rey. Kita semua ikut seneng, akhirnya keinginan lo terwujud juga," ucap Marvin mewakili semua temannya.
"Makasih semuanya. Makasih karena selalu ada gue, sebelum gue sama Chelly bareng lagi," balas Reyhan.
"Itu tugas kita kali. Kita mengabdi sama ketua," sahut Ibas.
"Jadi, kalo lo udah nikah, berarti... lo bakalan jarang-jarang lagi dong nongkrong sama kita-kita?" ucap Dani merasa sedikit sedih.
"Kalian semua tenang aja. Meskipun gue udah punya kehidupan gue sendiri, gue bakalan sering-sering kok ke basecamp, tapi mungkin gak tiap hari karena gue bakalan pergi kerja," jelas Reyhan membuat temannya itu sedikit lega.
Sementara itu, Ashella dan Jidan hanya bisa melihat Reyhan dan Chelly dari jauh. Senyum bahagia terukir di bibir Chelly, yang membuat hati Ashella kini tenang karena sekarang akan ada sosok penjaga untuk Chelly.
"Jidan, aku seneng deh, liat Chelly senyum bahagia kayak gitu. Dulu, aku ngerasa bingung banget karena dia gak ada yang jagain, tapi sekarang ada Reyhan," tutur Ashella.
"Iya. Aku sempet gak nyangka, kalo ternyata mereka itu dulu pernah punya hubungan," timpal Jidan.
"Bener judul lagunya Afgan, 'Jodoh Pasti Bertemu'. Ini artinya mereka udah jodoh, meskipun dulu mereka pisah tapi karena berjodoh akhirnya mereka bersatu lagi."
"Chelly sama Reyhan udah nikah, dan kalian anggota keluarganya masih gak nambah-nambah." Tiba-tiba Sasha muncul di tengah-tengah Jidan dan Ashella membuat keduanya kaget.
"Mama, ngagetin aja deh!" kesal Ashella.
"Jidan, Shella, kalian nikah itu udah dua tahun lebih, dan kalian masih aja gak mau nambah anggota keluarga, kalian gak kesepian apa?" tanya Sasha mengompori keduanya untuk segera mempunyai momongan.
Jidan dan Ashella saling pandang sejenak.
"Kayaknya yang kesepian itu tuh, Mama deh. Kita 'kan berdua, mana mungkin kesepian. Palingannya juga Mama 'kan yang kesepian, karena Chelly bakalan ikut Reyhan," goda Ashella pada ibunya."Kamu dibilangin malah ngejawab, ya!"
***
"Ashell," panggil Jidan pada Ashella yang hendak tidur.
"Iya?"
"Kamu kepikiran gak sih sama kata-kata, Mama?" tanya Jidan yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Kata-kata, Mama, yang mana?" beo Ashella.
"Yang tadi, pas di acara Reyhan sama Chelly," jawab Jidan.
Ashella pun teringat kembali dengan kata-kata ibunya tadi siang, "Terus?"
"Kamu ngerasa gak sih, kalo yang dibilang sama Mama itu ada benernya? Kita nikah udah lama lho, tapi kita sama sekali belum-"
"Udah, gak usah dipikirin. Aku yakin, Mama tadi cuma bercanda kok, udah gak usah dipikirin nanti malah sakit," sela Ashella. "Lebih baik sekarang kamu bobo aja, nih di sini." Ashella menepuk-nepuk kasur, agar Jidan tidur di sana.
Jidan pun membuang napasnya berat. Lalu ia menggantungkan handuk kecilnya itu di balik pintu, dan naik ke ranjang bersiap untuk tidur.
Keduanya pun memilih untuk berbaring saja di tempat tidur dan tidak lagi mengobrol. Ashella sudah mulai terlelap, tetapi Jidan... lelaki itu matanya masih belum bisa terpejam.
"Shell," panggil Jidan.
"Hmm?"
"Bangun dong!" pinta Jidan karena Ashella sudah tertidur duluan.
"Gak mau, ngantuk."
"Sekali aja, please..." mohon Jidan.
Ashella menyingkirkan kekesalannya itu, lalu membuka matanya. Tepat sekali, saat ia membuka matanya, Jidan sudah berada dekat dengan wajahnya, tentu saja gadis itu langsung melotot terkejut.
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali, handphone Ashella berdering membuat dua sejoli yang masih terlelap itu terganggu dan terbangun.
"Handphone kamu bunyi tuh," ucap Jidan memberi tahu Ashella dengan suara yang masih berat karena masih ada efek mengantuk.
"Tolong angkatin, aku ngantuk banget," timpal Ashella, menarik selimut dan membungkus dirinya.
Jidan pun sedikit mendekat dan mengambil handphone yang terus berbunyi itu, yang berada di samping Ashella.
"Halo."
Belum ada satu menit Jidan menerima telpon, segera lelaki itu melompat dari kasur dan memakai kaos putihnya dan keluar dari kamar untuk membuka pintu.
Ceklek!
Pintu terbuka. Mahen dan Mina sudah berdiri di depan pintu menunggu pintu untuk dibuka.
"Lo ngapain aja sih, lama banget buka pintunya?" marah Mahen pada adiknya yang terlalu lama membuka pintu, padahal bel sudah ditekan dari tadi dan diketuk-ketuk, tetapi tak ada sahutan dari dalam.
"Sorry, gue baru bangun," jawab Jidan.
"Uncle!" Seorang anak perempuan kecil muncul di tengah-tengah Mahen dan Mina.
"Anak siapa nih?" Jidan terkejut sekaligus penasaran dengan anak kecil itu.
"Menurut lo?"
"Anak lo, Bang?"
"Iyalah, anak siapa lagi?"
"Lucu banget anjir, pipinya gembul banget." Jidan mencubit-cubit pipi gadis kecil itu.
"Siapa namanya?"
"Heh! Lo banyak banget nanyanya, lo gak mau ijin-in kita masuk nih?" kesal Mahen.
"Oh iya. Silahkan masuk, yang mulia." Jidan mempersilahkan Mahen dan Mina untuk masuk.
"Shella mana Jidan? Kok dia gak kelihatan dari tadi?" tanya Mina yang dari tadi tidak melihat adik iparnya itu.
"Shella ada di atas, masih tidur," jawab Jidan.
"Ya udah, aku mau simpen barang-barang di kamar," ucap Mahen pada Mina.
"Iya," balas Mina. Mahen pun pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan