Part 26

155 12 5
                                    

Ingatan masa lalunya kembali muncul secara acak, semakin banyak gambarannya muncul semakin sakit rasa kepalanya.

Tetapi, semakin lama ia merasakan sakit, ingatannya perlahan tersusun kembali.

Setelah rasa sakitnya membaik, Jidan membuka matanya lalu menatap Ashella dengan dalam.

"Shella," panggilnya.

"Iya. Kamu gak papa 'kan?" Ashella memegang pipi kanan Jidan.

Jidan menggeleng, "Aku gak papa."

"Syukurlah, kamu gak papa. Aku khawatir banget barusan karena kepala kamu sakit." Ashella membuang napasnya lega. Jidan hanya tersenyum tipis menanggapinya.

***

Jidan membuka pintu rumahnya, lalu masuk ke dalam rumah bersama Ashella. Ashella tidak tahu saja jika Jidan sudah mengingat semuanya.

Kedatangan Jidan langsung disambut oleh Anna. Anna berjalan mendekati Jidan lalu memeluk lengan lelaki itu dengan manja, seperti pada suami sendiri.

Ashella memutar bola matanya malas. Ingin sekali ia marah, tapi mau bagaimana lagi? Saat ini Jidan sedang hilang ingatan, ia tidak mau menambah beban jika ia bertengkar dengan Anna, di depan Jidan pula.

"Aku mau ke kamar, aku capek," kata Jidan.

"Aku temenin kamu," timpal Anna. Tak ada balasan dari Jidan, mereka berdua pun segera pergi meninggalkan Ashella sendiri.

"Ihh! Pengen banget marah sama Jidan, tapi... dianya lagi amnesia, mau marah juga gimana?" keluh Ashella frustasi.

Ceklek!

Jidan membuka pintu kamarnya. Sementara Anna, ia langsung berbaring di atas kasur bersama Gio yang sedang tidur.

Tak disadari, Jidan perlahan-lahan mengambil koper milik Anna, lalu ia keluarkan koper itu dari kamar dan membuangnya ke halaman rumah.

Baru saja Anna memejamkan matanya, Jidan tiba-tiba menarik tangannya.

"Bangun," titah Jidan datar.

"Mau apa sih, Jidan? Aku mau tidur, capek," tolak Anna, ia malah memejamkan lagi matanya.

"Ayo, bangun!" Jidan mencengkram kuat tangan Anna, membuat wanita itu kesakitan.

"Aw! Aw! Sakit Jidan, lepasin tangan aku..." pinta Anna kesakitan.

"Ya udah, bangun cepetan!"

Akhirnya Anna pun bangun sesuai permintaan dari Jidan. Setelah bangun, dengan kasar Jidan menarik Anna keluar dari kamar ke luar rumah.

"Pergi lo," usir Jidan tiba-tiba.

"Maksud kamu apa, Jidan? Kamu ngusir aku?" tanya Anna bingung dengan sikap Jidan yang tiba-tiba berubah, padahal saat di Singapore Jidan tidak seperti ini.

"Iya, gue ngusir lo! Koper lo udah gue bawa keluar, lo tinggal keluar," jawab Jidan, dengan menunjuk koper milik Anna.

"Jidan, kamu tuh apa-apaan sih? Aku itu istri kamu lhoo, kamu kenapa usir aku segala?" Anna masih berpura-pura di depan Jidan, jika ia istrinya. Karena ia pikir, Jidan belum ingat kembali.

"Papa..." Gio datang dari dalam, dan memanggil Jidan.

"Stop panggil gue, Papa! Gue bukan bokap lo, lo gak ngerti sama kata-kata gue, hah?" bentak Jidan pada Gio.

"Jidan, kamu apa-apaan sih? Gio masih kecil, jangan kamu bentak-bentak kayak gitu!" tegur Anna.

"Ya udah, bilangin sama anak lo itu, kalo gue bukan bokapnya!"

"Jidan, kamu... kamu udah–"

"Iya, gue udah inget semuanya, semua!" jawab Jidan membuat Anna terkejut. "Kenapa, lo kaget gue inget lagi?"

"Anna, lo bener-bener jahat, ya. Lo manfaatin gue waktu gue amnesia, dan ngaku-ngaku kalo lo itu istri gue. Mau lo tuh apa sih? Lo mau bikin Shella sakit hati gara-gara lo, iya?"

"Lo tuh sama-sama cewek, pasti lo bisa rasain gimana rasanya jadi dia, lo gak pernah mikir sekali aja apa?" Jidan sudah tidak mengerti dengan Anna.

Mendengar keributan dari luar, Ashella segera keluar dan mencari tahu apa yang sudah terjadi.

"Jidan, Anna, kalian ributin apa sih? Sampe kedengaran ke dapur lho," tanya Ashella polos.

Anna menatap tajam Ashella, terpancar kemarahan dari sorot matanya.
"Semua ini gara-gara lo! Lo jahat!" maki Anna.

"Heh! Lo gak usah nyalahin orang lain segala, ya. Di sini, lo yang salah! Lo udah manfaatin gue yang amnesia, tapi untungnya gue sekarang udah inget semuanya dan gue gak akan biarin lo semena-mena," tegur Jidan pada Anna. Ia tidak terima jika Ashella dimaki seperti itu oleh Anna.

"Seharusnya lo tuh mati aja! Lo gak usah dilahirin, lo jahat udah rebut Jidan dari gue!" pekik Anna.

Plak!

Pipi Anna ditampar dengan keras oleh Ashella. Anna memegangi pipinya yang kesakitan akibat tamparannya yang keras dari Ashella.

"Selama ini mungkin aku bodoh, karena udah sabar nanggepin kamu. Aku bodoh biarin anak kamu panggil suami aku, papanya, aku udah bodoh gak tegas sama kamu dari awal."

"Tapi, asal kamu tau Anna... kali ini aku gak akan biarin kamu lagi. Dan seharusnya kamu yang sadar diri, kamu udah nikah sama orang lain bahkan punya anak, tapi kamu masih aja deketin Jidan. Parahnya kamu manfaatin dia waktu amnesia, gila kamu!" ucap Ashella penuh penekanan.

"Satu lagi, aku gak rebut Jidan dari kamu, tapi kamu sendiri yang buat Jidan lepas dari kamu. Kamu yang bodoh karena lebih milih om-om itu daripada dia!" lanjut Ashella.

Jidan mematung menyimak pertengkaran kedua wanita yang ada di depannya itu. Ia tidak pernah menyangka jika Ashella akan semarah ini, bahkan sampai berani menampar Anna.

Ternyata benar, jika seseorang sudah sakit hati, mereka tidak akan pernah mengampuni orang yang sudah membuatnya sakit hati itu.

"Aku emang kasihan dan gak tega liat anak kamu gak ada ayahnya, tapi... itu resiko kamu. Dan aku gak akan pernah biarin kamu, lakuin hal kayak gini lagi sama keluarga aku," tegas Ashella.

"Lo bener-bener jahat..."

"Aku gak jahat, tapi karena kelakuan kamu yang udah keterlaluan yang udah bikin aku jahat sama kamu," timpal Ashella.

"Awal kamu, Shella. Aku gak akan diem aja karena kamu udah perlakuin aku kayak gini, inget itu!" ancam Anna dengan menatapnya tajam.

"Aku gak takut."

"Ayo Gio, sekarang kita pergi." Anna menarik tangan Gio dan pegangan kopernya, lalu pergi dari rumah besar itu.

Kedua mata Ashella berkaca-kaca saat ia beradu mulut dengan Anna. Jujur saja, ia tak bisa berkata setega itu pada Anna, tetapi Anna kali ini sudah keterlaluan padanya, ia juga tidak bisa tinggal diam seperti orang bodoh.

Jidan menatap Ashella yang terlihat sedang menahan tangis. Bahu gadis itu ditarik menghadap dirinya, tapi wajahnya malah berpaling ke arah lain.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Gak usah pake ngelak kayak gitu," ujar Jidan.

"Gak, aku gak nangis," bantah Ashella menyeka air matanya.

"Mulut kamu emang bilang enggak, tapi mata kamu gak bisa boong." Ashella kini beralih menatap wajah Jidan.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang