Part 23

50 3 1
                                    

Jidan, berdiri tegak di depan pintu dengan balutan perban di dahinya. Jidan kembali setelah dua bulan menghilang. Ashella tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya itu.

Namun, senyum bahagia langsung sirna ketika melihat Anna dan Gio juga ikut bersama dengan Jidan.

"Lo pembantu di sini?" tanya Jidan pada Ashella.

"Aku?" tanya Ashella dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lo. Emang ada orang lain selain lo?" timpal Jidan, tertawa kecil.

"Aku... aku bukan pembantu, tapi aku–"

"Iya Sayang, dia itu pembantu di rumah kita. Selama kamu berobat di Singapore, aku suruh dia jagain rumah biar keurus," sela Anna, tiba-tiba menggandeng tangan Jidan.

"Apa?" Ashella terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Papa, aku udah capek pengen bobo!" rengek Gio pada Jidan.

"Pengen bobo? Ya udah, kita bobo sekarang, ya." Jidan mengendong Gio, lalu masuk ke dalam. Sementara Anna, ia hanya tersenyum meledek pada Ashella yang terlihat kebingungan, lalu pergi menyusul Jidan dan Gio.

"Apa yang udah terjadi sama Jidan, kenapa dia bisa sama Anna dan Gio? Apa yang terjadi selama dua bulan ke belakang?" Ashella menatap heran punggung Jidan yang mulai menghilang.

***

Ashella masuk ke kamarnya untuk beristirahat, tapi saat ia membuka pintu, Jidan Gio sedang beristirahat di sana.

"Lo gak sopan banget main buka-buka aja pintu, ketuk dulu dong kalo mau masuk! Lo gak punya adab apa?" marah Jidan.

Ashella sudah muak dengan semuanya, akhirnya ia memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sangat membingungkan ini.

"Jidan, kamu sebenernya kenapa sih? Kenapa kamu bisa sama Anna dan Gio, apa yang udah terjadi sama kamu semenjak kamu ngilang dua bulan lalu?" tanya Ashella.

"Lo gak waras ya? Gue sama Anna itu udah nikah, dan kita berdua itu udah punya anak, Gio," jawab Jidan.

"Gak, gak mungkin. Kamu sama Anna itu cuman mantan, yang istri kamu itu aku! Dan Gio, Gio itu anaknya Anna sama suaminya yang udah meninggal dulu," sangkal Ashella menceritakan semuanya yang ia tahu.

"Heh, heh! Kamu itu cuma pembantu di rumah ini, ngapain kamu ke sini dan ngarang cerita ke suami saya, hah?" Anna tiba-tiba datang dan memarahi Ashella.

Jidan tiba-tiba merasakan pusing di kepalanya dan kehilangan keseimbangan da terjatuh ke atas kasur.

Ashella langsung menarik tangan Anna, lalu membawanya keluar dari kamar.

"Anna, apa yang udah kamu lakuin sama Jidan, kenapa dia bisa bilang kamu ini istrinya? Padahal udah jelas kamu itu cuma mantan, aku yang istrinya!" tanya Ashella.

"Kamu bilang kamu istrinya, tapi waktu Jidan ketabrak mobil dan bikin dia hilang ingatan, kamu di mana? Istri macam apa kamu?" timpal Anna.

"Apa, Jidan ketabrak mobil dan hilang ingatan?!" Ashella terkejut.

"Iya, dia hilang ingatan. Waktu itu..."

Dua bulan lalu, saat Jidan tertabrak mobil truk itu, Anna datang bersama Gio yang baru saja pulang dari suatu tempat.

Anna segera membawa Jidan ke rumah sakit karena kondisinya sangat memperihatinkan. Namun, dokter menyarankan untuk merawatnya di rumah sakit yang ada di Singapore, di sana ada dokter yang bisa menangani Jidan dengan baik.

Tanpa pikir panjang, Anna langsung pergi ke Singapore untuk berobat Jidan bersama Gio. Hingga suatu hari, Jidan sadar dari koma yang lumayan lama.

Namun, ia harus kehilangan setengah ingatannya. Ia hanya mengingat saat ia masih berhubungan dengan Anna, dan ketika ia menikah dengan Ashella dan putus dengan Anna, ia tidak bisa mengingatnya.

Dengan keadaan tersebut, Anna memanipulasi Jidan bahwa mereka sudah menikah dan mempunyai anak, Gio.

***

"Tega kamu, bisa-bisanya kamu setega itu sama aku. Padahal kamu itu perempuan kayak aku!" ucap Ashella tidak habis pikir dengan pemikiran Anna yang bisa setega itu padanya.

"Kalo kamu ijin-in Jidan buat jadi papa tiri Gio, aku gak akan nekat kayak gini, Shella!" timpal Anna tak mau kalah.

"Itu resiko kamu sendiri, Anna. Itu resiko kamu, nikah sama papanya Zayyan dan punya anak sama dia, sekarang dia udah gak ada, dan itu tanggung jawab kamu!"

"Kamu gak bisa terus ganggu rumah tangga aku sama Jidan, Anna!" tegas Ashella.

"Karena aku masih cinta sama Jidan, dan aku gak bisa lupa sama dia! Emang salah aku manfaatin kesempatan ini?"

"Anna, aku gak mau tau... kamu harus ngomong sama Jidan, kalo kamu bukan istrinya tapi aku!" perintah Ashella.

"Gak mau. Biarin aja dia itu taunya aku yang jadi istrinya dan kamu seorang pembantu," tolak Anna.

"Ya udah, biar aku yang kasih tau dia, lagipula aku punya banyak bukti kalo aku istrinya Jidan, bukan kamu," ujar Ashella merasa yakin jika ia akan menang.

Ashella masuk ke dalam kamarnya, tetapi sebelum ia melakukan hal itu, Anna menarik Ashella menjauh lalu ia masuk dan mengunci pintunya dari dalam.

"Anna, buka pintunya!" teriak Ashella sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.

***

"Ada apa sih?" tanya Jidan pada Anna karena terus ada yang menggedor-gedor pintu kamarnya, berisik sekali.

"Pembantu tadi, dia itu udah lama suka sama kamu, makanya dia mau ganggu kita," jawab Anna berbohong.

"Kenapa gak kamu pecat aja?"

"Sayang dong kalo dipecat, nanti dia makan apa kalo dipecat?" ucap Anna berpura-pura berhati baik, nyatanya seperti iblis.

Ashella hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini yang menyedihkan. Karena sikap egoisnya dulu, ia harus terpaksa menerima kenyataan jika Jidan sudah tak mengingatnya lagi.

"Ya Tuhan, kenapa semuanya jadi gini, sih?"

***

Ashella sedang keluar untuk belajar keperluan di warung ibunya. Di supermarket, ia berpapasan dengan Fauzan dan Zena.

"Shella, lo ngapain di sini, belanja juga?" tanya Fauzan ramah.

"Iya," jawab Ashella datar.

"Gue–"

"Aku permisi," pamit Ashella, sebelum Fauzan berkata lagi. Ia tak ingin berhubungan lagi dengan Fauzan dan Zena. Meskipun itu pasti akan menyakiti hatinya Zena, tetapi ia harus bersikap tegas.

Apalagi, Fauzan-lah yang sudah membuat ia menjadi bahan taruhan dengan Jidan, dan mempunyai niat buruk agar Jidan menceraikannya.

"Kak, Kak Cantik kenapa, kok kayak ngambek gitu?" tanya Zena yang merasa aneh dengan sikap dingin Ashella.

"Kakak juga gak tau," jawab Fauzan.

***

"Mama, ini belanjaannya," ucap Ashella setelah sampai, dan meletakkan belanjaannya di atas meja.

"Iya, kamu taruh aja di sana, nanti Mama olah," balas Sasha yang sedang sibuk menyiapkan makanan untuk diletakkan di etalase.

Ashella duduk dengan cemberut. Jelas sekali jika gadis itu sedang kesal.

"Kenapa lagi sih?" tanya Sasha seakan tahu jika putrinya itu sedang ada masalah.

"Gak papa," bohong Ashella.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang