Jennie yg mendengar kata tunangan itu terdiam, hati nya terasa tenggelam dalam perasaan yg tidak ia mengerti. Ia menggenggam seprei erat erat, mencoba mencerna apa yg baru saja didengar nya.
"Kita akan segera menikah bukan?' lanjut jisoo dengan tenang, senyumnya semakin lebar " Tolong jangan buat skandal aneh aneh! Aku dengar ada rumor tentang mu dengan pelayan?"
Mendengar itu lisa segera mendekat, tatapan nya yg dingin dan tajam langsung menusuk jisoo 'bukan urusanmu!" Jawab nya pendek, suara nya rendah namun penuh ancaman
Jisoo hanya tertawa kecil, meski matanya tetap serius 'aku hanya mengingatkan mu untuk menjaga nama keluarga kita lisa! Itu saja' setelah memberikan peringatan halus itu jisoo berbalik dan berjalan menuju pintu "aku akan kembali kapan kapan lisa! Jangan kabur lagi ya!' ucap jisoo sebelum meninggalkan kamar lisa, ia memberikan senyum terakhir yg penuh arti sebelum menutup pintu.
Lisa menghela nafas berat setelah jisoo pergi, tubuh nya tampak tegang. Ia berbalik dan berjalan menuju kasur, menarik selimut yg menutupi jennie. Wajah jennie terlihat penuh dengan kebingungan dan perasaan yg bercampur aduk
"Tuan sudah tunangan?' tanya jennie pelan, suara nya bergetar tidak yakin harus merasa apa.
Lisa menatap jennie, kali ini dengan sorot mata yg lebih lembut " Ya! Yang barusan datang itu tunanganku' jawab nya
Jennie tau ada sesuatu yg lebih dari sekedar formalitas dalam percakapan mereka tadi, perasaan yg ia alami semakin rumit. Tidak tau bagaimana menghadapi kenyataan bahwa lisa, pria yg selama ini ia layani dengan perasaan yg ia sendiri tak bisa jelaskan. Ternyata telah dijodohkan dengan wanita bangsawan yg begitu sempurna dan mempesona seperti jisoo, jennie beranjak dari tempat nya dengan perasaan yg bercampur aduk. Dia merasa sesak dadanya berat, seolah ada sesuatu yg tidak bisa ia ceritakan sepenuh nya. Bahkan menatap wajah lisa pun terasa berat baginya sekarang, dalam pikiran nya seharusnya ia senang jika lisa nanti menikah dengan tunangan nya. Karna itu berarti dia tidak akan lagi di ganggu oleh pria itu, namun entah kenapa perasaan sesak itu tetap ada dan ia tak tau bagaimana menghadapi nya.
Lisa yg masih berdiri didekat jennie dengan ekspresi penuh harapan mencoba mendekat kembali "bisa kita lanjutkan yg tadi sayang?' bisik nya, suara nya lembut namun penuh keinginan
Jennie memalingkan wajah nya, perlahan menolak nya 'tuan punya tunangan kan?' ucap nya dengan suara pelan namun tegas
Lisa mengernyitkan alisnya, tidak menyangka jennie akan mengatakan itu 'iya! Dia tunangan ku' jawab nya
Jennie menggigit bibir nya mencoba menahan perasaan yg semakin memburuk, ia kemudian beranjak dari kasur dengan lemah.
Lisa tersenyum dan mendekat kearah jennie 'mari lanjutkan yg tadi-"
Jennie memalingkan wajah nya, ia menahan lisa agar tidak mendekati nya 'tuan sudah belajar banyak! Saya rasa tuan tidak perlu saya ajarkan lagi!'
Lisa merasa ada yg aneh dengan situasi ini "kenapa kamu berbicara begitu?" Tanya nya mencoba memahami sikap jennie yg tiba tiba berubah
Jennie mengangkat wajah nya dan lisa terkejut melihat air mata yg menetes di pipi nya
Jennie tidak pernah membiarkan dirinya terlihat lemah di hadapan lisa dan sekarang jennie membuat lisa bingung sekaligus tersentuh
"Tuan harus menghargai tunangan tuan' bisik jennie, suara nya bergetar penuh emosi
" Kamu.. " Ucapan lisa seperti tertahan, ia bingung namun ada gejolak dalam dirinya. Ia terkejut tidak menyangka jennie akan menangis karna masalah ini
Jennie berusaha berlari menjauh dan lisa dengan cepat meraih pergelangan tangan nya, tanpa banyak berpikir lisa mencium bibir jennie dengan lembut namun penuh tekanan. Ciuman itu mengalirkan perasaan yg ia sendiri tidak bisa pahami, campuran antara hasrat keinginan untuk mempertahankan apa yg ia miliki.