Nungguin nggak?
*
Setelah kejadian itu, Lucy benar-benar melakukan apa yang dia ungkapkan pada Jeha. Lucy sudah tidak begitu perlu mengurus Jiji dan Lili sehingga dia hanya fokus pada produksi film yang akan dimulai dua hari lagi. Sebenarnya, Jeha masih berusaha untuk menghubungi Lucy, tapi cewek itu malah mengabaikan pesan dan panggilannya. Lucy memang tidak melakukan tingkah kekanakan seperti memblokir Jeha atau curhat kepada Naka dan Elin untuk mengumpulkan massa, tapi Lucy menyumpah serapahi cowok itu beberapa kali ketika sendirian.
Lucy benar-benar menyalahkan dirinya sendiri. Dia menbodoh-bodohkan dirinya sendiri karena menyukai cowok seperti Jeha. Bukannya jatuh cinta dengan pria yang tepat di usianya yang nyaris tiga puluh satu tahun, Lucy malah seperti bermain drama genre romansa dengan tema cinta sepihak. Jeha benar-benar menghempaskan harapannya.
Sehingga satu-satunya cara agar Lucy tidak begitu memikirkan Jeha adalah dengan menyibukkan diri. Dia masih menjadi asisten Jeha untuk produksi film Demain Inconnu, tapi sudah tidak berkunjung ke rumah Jeha sejak hari itu. Sandalnya yang tertinggal di sana pun dia abaikan dan memilih untuk order di Shopee dengan model yang serupa. Lucy terlalu ogah untuk bertemu Jeha yang menurutnya akan membuatnya makin kesal juga sakit hati. Lebih baik dia menghindari Jeha sambil terus berharap perasaannya perlahan memudar.
Sementara itu, Jeha sedang frustrasi. Cowok itu benar-benar dibuat tidak nyaman dengan tindakan Lucy yang terang-terangan mengabaikannya. Dia sudah meminta Naka membantu, tapi jawaban Naka sangat menohok ulu hatinya.
"Usaha sendiri elah, gue nggak mau ikut-ikutan. Lagian kalau nggak suka nggak mungkin lo sekhawatir ini elah, Je."
Jeha hendak mangap untuk membantah, tapi Elin buru-buru menyumpal mulutnya dengan pisang goreng setengah gosong yang barusan dibuat. Cewek itu nyaris membakar setengah bagian dapur Jeha. Nyaris, soalnya Naka sudah melakukan tindakan preventif berupa menyediakan APAR jika terjadi kebakaran akibat ulah Elin yang sok mau masak. Untung hanya menggosongkan wajan, tidak lebih dari itu.
Elin sok mode bijak. "Lo denial kali, Bung. Kata gue sih jujur sebelum semuanya makin berantakan. Denial tuh nggak keren sumpah. Orang kebanyakan denial biasanya mati mengenaskan."
Jeha menonyor kening Elin untuk menjauh. Cowok itu memgeluarkan pisang goreng rasa hangus itu dari mulutnya, membuangnya ke tong sampah di dekatnya. Meski begitu, Elin tidak sakit hati sedikitpun. Cewek itu terkekeh dan berderap menuju arah Naka yang sedang santai menonton televisi.
"Jeremy Denial Bimantara. Cocok banget busyet. Nama lo keren kalau gitu."
Jeha mendecak. "Berani bener lo ilangin marga nyokap gue!"
Naka merapatkan kedua tangan seperti memohon ampun. "Ampun, Tante Jasmine Harrison. Abisnya anak Tante biadab," kata Naka sok dramatis.
Diserang oleh sepasang kekasih yang sangat kompak, Jeha mendecak keras. Tidak ada gunanya bicara pada Naka dan Elin yang seratus persen berpihak pada Lucy. Naka dan Elin tidak mendengar masalah Jeha dan Lucy lewat curhatan Lucy seperti sebelumnya, melainkan Jeha yang inisiatif bercerita. Awalnya, Jeha percaya diri akan dibela, tapi ternyata massa tidak berpihak padanya. Dia berakhir dihina oleh kedua Elin dan Naka. Mereka tidak sedikitpun peduli dengan rasanya. Bahkan menurut Naka, Jeha tidak layak dikasihani karena kelewat berengsek.
Jeha kalah telak.
Sambil mencuatkan bibir, Jeha pergi ke kamarnya dengan langkah yang sedikit menghentak. Pintu kamarnya sengaja dia banting, tapi Naka dan Elin kompak mengedikan bahu tidak peduli. Lebih tepatnya tidak minat peduli.
![](https://img.wattpad.com/cover/371313903-288-k37180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Sequence [END]
Romans[Completed] Jeha bilang, Lucy tidak layak menjadi peran utama dalam kisah hidupnya. Namun, cowok introvert yang selalu menghabiskan waktunya untuk menulis itu akhirnya terpelintir oleh kalimatnya sendiri. Ini bukan kisah cinta bar-bar yang membara...