"Raven."
Kepala Raven terangkat cepat dan menoleh pada Harry yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu memperbaiki letak kacamata bacanya dan tersenyum tipis.
"Hello Harry. Ada apa?"
Remaja itu nampak berdehem pelan. "Professor Lupin memanggilmu."
Dengan rasa penasaran, Raven mengikuti Harry ke ruang kerja Profesor Lupin. Ketika sampai, mereka berdua disambut hangat olehnya yang pria itu yang tengah mendorong sebuah peti.
"Maaf karena menganggu waktu membacamu, Raven." Tutur Professor Lupin tak enak. Setelah memastikan peti itu ada di tempatnya, dia menyambut kedua remaja itu dengan senyum senang. "Mungkin agak sedikit aneh bagimu, tapi bisakah kamu mendemonstrasikan cara menggunakan Expecto Patronum pada Harry?"
"Saya?" Beo Raven bingung sedangkan Harry menatap bergantian dua orang itu.
"Expecto Patronum? Apakah itu mantra yang sulit?" Tanya Harry memandang ragu sekaligus penasaran dengan mantra yang ingin diajarkan Lupin padanya.
Raven mencari tongkatnya dan menariknya keluar. "Asalkan kamu punya keinginan, apapun bisa terwujud." Katanya dan memandang peti misterius tadi. "Lagipula Harry, kamu punya banyak kenangan indah dibanding aku sendiri."
Sebelum Lupin dan Harry menyela, Raven sudah lebih dulu memotong ucapan mereka. "Baiklah. Aku siap."
Lupin mengangguk lalu perlahan membuka peti, dari dalam muncul sesosok Dementor yang membuat Raven termangu, dia kira mahkluk di dalamnya ini adalah sebuah Boggart.
"Jangan melamun, Raven." Tegur Lupin yang melihat Raven yang bengong.
Lamunan remaja itu sontak buyar, dia langsung menodongkan tongkatnya ke arah Dementors itu dengan tangan gemetar.
"Kenangan bahagia, kenangan bahagia.."
Pikirannya berkecamuk mencari kenangan paling bahagia yang dia punyai namun semuanya seakan hilang begitu saja membuat Raven mulai terserang serangan panik.
"Expect..." Ucapnya ragu sembari melihat Dementor itu mendekat.
"Raven!" Teriak Harry berusaha mendekat namun Profesional Lupin segera mencegah Harry mendekati Raven yang diam menatap mahkluk itu.
Pegangan pada tongkat sihirnya mengerat, Raven memandang Dementor itu berani lalu mengucapkan mantra nya dengan keras.
"Expecto Patronum!"
Cahaya putih keperakan keluar dari tongkat dan menyebar seperti sebuah perisai yang melindungi mereka bertiga dari Dementor itu. Lupin tersenyum bangga melihat Raven yang berhasil melakukannya dalam sekali coba sedangkan Harry memandang penuh kekaguman pada mantra yang berhasil membuat Dementor tidak bisa bergerak.
Pelan tapi pasti, Raven menurunkan kembali Dementor itu ke dalam peti hingga dikunci oleh Lupin. Pria itu tersenyum bangga dan memperhatikan Raven yang pucat.
"Banyak tenaga yang kamu keluarkan. Ambil ini. Kamu akan lebih baik." Ucapannya dan memberikan sebatang coklat pada Raven.
Lupin lalu beralih pada Harry yang masih terdiam.
"Itulah mantra yang coba ku ajarkan padamu, mantra Patronus. Pernah mendengarnya?" Harry menggeleng. "Tidak pernah? Well, kurang lebih, Patronus adalah kekuatan positif." Dia lalu bersandar di atas peti tadi dan menoleh pada Raven yang duduk di tangga-tangga. "Seperti yang kamu lihat, penyihir yang bisa menggunakannya memakainya sebagai sebuah perisai yang membuat Dementor memakannya. Bukankah begitu, Raven?" Tanya Lupin membuat Raven mengangkat jempolnya mengiyakan.
Harry kembali menoleh pada Lupin. "Namun, agar bisa berhasil, kamu harus memiliki sebuah kenangan. Bukan kenangan biasa, tapi kenangan yang sangat bahagia, kenangan yang sangat kuat." Lupin terdiam menatap Harry yang berdiri dengan berbagai pikiran. "Apa kamu bisa Harry?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑
Fanfic[Harry Potter Fanfiction] BAHASA INDONESIA Menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah cerita fiksi, Raven membulatkan tekadnya untuk tidak akan ikut campur agar tetap membuat jalan cerita berjalan seperti seharusnya. Tapi lama-kelamaan, Raven se...