Langit sudah gelap, Raven akhirnya selesai dengan pelajaran Astronomi tahun kelima setelah tiga kelas bergantian dari dua jenjang berbeda.
Kepalanya berdenyut sakit, seluruh materi dua jenjang ada di kepalanya dalam sehari, dan dia benar-benar kelelahan sekarang.
"Energiku terkuras habis.. tapi aku ingin latihan Occlumency." Sungut Raven dan memilih menuruni tangga berputar, menuju kantor sang ayah.
Remaja itu kini berdiri di depan pintu kayu tua. Dia menyenderkan kepalanya di pintu sebelum masuk. Sayangnya, tidak ada siapapun di dalam. Raven mencibir, apakah Dumbledore sedang memanggil ayahnya itu?
Dari pada kembali lagi, naik ke tangga berputar yang memiliki banyak sekali anak tangga, Raven sontak melempar dirinya di sofa empuk dekat perapian, menyamankan diri sebaik mungkin dan terlelap begitu saja dengan pakaian seragam Ravenclaw yang masih menempel di tubuhnya.
Selang dua jam kemudian, Severus datang. Dahinya berkerut heran melihat putrinya yang tengah tertidur begitu lelapnya sampai-sampai tak mendengar suara pintu terbanting karena dibuka dengan paksa.
"Anak ini, kenapa malah tidur disini?" Gumam Severus dan berjalan mendekati Raven yang mendengkur kecil.
Punggung tangannya diletakkan pada dahi Raven dan kembali menariknya. Padahal baru hari pertama sekolah dan anak ini sudah jatuh sakit? Pria itu menghela nafas gusar memakaikan selimut pada tubuh Raven dan berjalan ke kualinya yang masih dibakar di atas tungku api sedang.
"Sir?"
Severus menoleh, mendapati Draco yang masuk, nampak penuh dengan banyak pikiran.
"Ini sudah lewat jam malam, Malfoy. Kembalilah ke asramamu." Usir Severus dan kembali mengaduk.
Mendapat pengusiran yang cukup halus, Draco masuk, menutup pintunya membuat Ayah Baptisnya itu menghela nafas panjang.
"Apa kamu tuli?"
"Anda mengusir saya, lalu bagaimana dengan Raven yang tertidur di sofa sana?"
Severus mengikuti arah jari Draco dimana Raven tertidur dan kembali menatap remaja laki-laki itu.
"Dia pengecualian."
"Mana bisa begitu!"
"Dia sakit."
Sontak Draco berhenti melakukan adu mulut dan bergegas menghampiri Raven. Sejenak pemuda Slytherin ini terdiam melihat wajah Raven yang begitu tenang, kulit putih yang sangat terawat. Siapa yang akan percaya gadis ini Putrinya seorang Severus Snape yang galak dan seperti kelelawar itu?
Kedua tangannya mengatupkan kedua pipi Raven. Draco menahan nafas. "Sangat panas."
"Jangan pegang-pegang." Ketus Severus sambil menghampiri keduanya dan memukul tangan Draco. Lelaki itu meringis dan mendelik tajam.
Namun dia dibuat mengaga, Severus meletakkan kompres kain dingin di dahi Raven. Tatapan Severus nampak khawatir apalagi melihat Raven yang menggeliat tak nyaman di sofa.
Tak pernah sekalipun Draco melihat tatapan khawatir itu selama dia mengenal Ayah Baptisnya ini. Dia berani menebak bahkan ayah atau ibunya sendiri yang merupakan teman dekatnya pun tidak.
"Bisa kamu menyingkir?" Severus memincing tajam Draco membuat remaja itu tersentak dengan kaget. Dia lalu bangkit berdiri dari sofa, berdiri memperhatikan bagaimana Severus merawat Raven. Sesuatu yang tak pernah Draco lihat.
"Kenapa kamu kemari, Draco?"
Draco menarik nafas panjang. Sejak berakhirnya tahun kelima, kehidupannya berubah menjadi sangat buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑
Fanfiction[Harry Potter Fanfiction] BAHASA INDONESIA Menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah cerita fiksi, Raven membulatkan tekadnya untuk tidak akan ikut campur agar tetap membuat jalan cerita berjalan seperti seharusnya. Tapi lama-kelamaan, Raven se...