Pelajaran pertama hari ini ada di tahun kelima. Kelas Ramalan dari Profesor Trelawney dan Mantra di tahun keenam yang ada di ujung kastil. Waktu pelajarannya pun sama. Raven yang sudah selesai dengan pelajaran Ramalan segera memutar sekali Time Turner dan waktu disekitarnya mulai berjalan mundur seperti time lapse.
Raven tiba di masa lalu, tepatnya satu jam sebelum kelas Ramalan.
"Selamat Raven, kamu berhasil menjelajah ke masa lalu." Katanya memuji diri sendiri dengan nada sarkas dan segera bergegas ke kelas Mantra yang ada di ujung kastil.
Tapi, banyak sekali siswa lalu lalang membuat Raven mendengus. Dia sekali lagi, memakai jalur langit dan terbang ke kelas Mantra.
"Sialan, sialan. Aku lupa kalau ada OWL di tahun kelima." Geram Raven di atas sapu dan mendarat di sebelah kelas.
Dari arah lorong sebelah kanan, muncul Cho yang nampak terkejut melihat Raven yang sudah muncul di depan kelas. "Pagi sekali." Katanya agak tak percaya. "Kamu datang duluan? Tidak biasanya."
"Demi menyelesaikan studi ini hingga selesai." Balas Raven bijak membuat Cho tersenyum lalu mengajak Raven untuk masuk dan duduk di sebelahnya.
Mereka berdua akhirnya duduk di satu meja. Tak lama kemudian datang Evelyn dan duduk di belakang mereka berdua dengan tatapan senangnya.
"Hari pertama di tahun keenam! Bukankah ini akan seru?!" Katanya bersemangat.
"Seru dari mananya coba?" Batin Raven sinis karena dia harus membagi waktunya di setiap kelas pada dua jenjang yang berbeda. "Yang ada tipes diriku."
"Tidak buruk." Sahut Cho dan menyenggol Raven yang melamun sembari melihat kosong ke depan. "Santai. Masih awal tahun ajaran."
"Enak jika kamu yang mengatakannya Cho." Raven menghela nafas berat dan memainkan tongkat sihirnya dengan membuat melayang kertasnya sembari membekukan ujung-ujung perkamen miliknya.
Tak lama Cho mencubit pelan pinggang Raven membuat gadis itu memekik kesakitan sebentar dan menoleh dengan tatapan kesal. "Apa-apaan itu?!"
"Jangan bicara seolah kamu tidak lolos mata pelajaran Mantra. Ini kelas kesukaanmu, dasar pemalas. Bahkan jika kamu tertidur saat ujian pun, nilai ujianmu tetap bagus." Sahut Cho menyindir.
Ucapan Cho juga tidak salah. Raven itu memang pintar tapi juga pemalas di saat yang sama. Tapi sisi lain, dia punya sikap yang peduli dan tidak berpikir panjang kalau ingin menolong orang walaupun kata-katanya kadang menyebalkan. Berhubung, Raven memang pintar, Cho kadang harus extra sabar menghadapi celotehan random Raven ketika senggang.
Namun sebetulnya, Cho dan Evelyn tidak kaget mengingat bahwa, ayah dari sahabatnya itu seorang guru ramuan, ahli mantra dan sangat mahir. Jabatan DADA pun diembat oleh Professor Snape. Jadi, ada alasan apa lagi untuk meragukan kepintaran Raven dalam Mantra, Ramuan, Pertahanan?
Mereka seratus satu persen tidak akan meragukan keahliannya.
Bahkan keduanya curiga kalau Raven mengetahui banyak sekali mantra kutukan dibandingkan para siswa tahun ketujuh!
Anak itu benar-benar monster dalam tubuh seorang pemalas!
"Hei," Cho memanggil lagi membuat Raven menarik atensinya dari buku dan menoleh pada Cho yang bergeming.
"Apa?"
"Professor Snape tidak mengharapkan kamu lulus dengan nilai sempurna. Harapannya hanyalah, kamu selalu sehat."
"Kata-katamu berputar-putar, Cho. Tinggal bilang saja padaku supaya jaga kesehatan. Kenapa bawa-bawa nama Professor Snape?"
"Sudah diam." Cho menyumbat mulut Raven dengan coklat yang sudah dibuka bungkusannya membuat pemilik netra biru itu tersentak. "Makan ini saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑
Фанфик[Harry Potter Fanfiction] BAHASA INDONESIA Menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah cerita fiksi, Raven membulatkan tekadnya untuk tidak akan ikut campur agar tetap membuat jalan cerita berjalan seperti seharusnya. Tapi lama-kelamaan, Raven se...