𝚂𝚒𝚡 | 𝚃𝚑𝚎 𝙿𝚑𝚒𝚕𝚘𝚜𝚘𝚙𝚑𝚎𝚛'𝚜 𝚂𝚝𝚘𝚗𝚎

1.7K 253 5
                                    

"Terima kasih atas obatmu, Hagrid. Foxie mulai baikan beberapa hari setelahnya."

"Tidak masalah, Raven. Lagipula, tubuh rubah kecil itu memerlukan banyak nutrisi." Hagrid tersenyum senang. "Dan jangan membuatnya terkena udara dingin untuk sementara."

Raven meringis kecil. Ini mungkin akibat dirinya yang sering mengajak Foxie untuk menemaninya membaca bersama Helena di tengah dinginnya udara dingin saat natal. Padahal dia kesana hanya pada saat siang atau senggang.

"Akan ku ingat. Sekali lagi terima kasih Hagrid!"

"Anytime, Raven."

Hagrid menatap tubuh gadis Ravenclaw yang tengah berlari itu dengan tatapan senang sebelum kembali masuk ke gubuknya.

Natal akhirnya berakhir, seluruh siswa mulai kembali ke Hogwarts satu persatu. Pelajaran juga sudah dimulai untuk menghadapi ujian akhir. Raven sudah belajar semenjak libur, jadi dia hanya perlu mengulang saja dan bisa lebih banyak bersantai tanpa harus takut dengan ujian nantinya.

"Kemari Longbottom!"

Langkah Raven terhenti, dia melihat ke arah asal suara. Disana Draco tengah membulli Neville dengan memberikan mantra kutukan kaki terkunci pada anak malang itu. Tawa Draco terdengar puas setelah berhasil memantrai Neville dan mendorongnya hingga terjatuh.

"Hei!" Pekik Raven tak terima dan segera mendekati keduanya dengan marah. Dia menatap Draco kesal dan mendorong tubuh anak itu kebelakang dan membantu Neville untuk berdiri. "Akan ku adukan pada Profesor McGonagall!"

"Aw, look at this, Mudblood menjijikkan."

Neville yang mendengarnya terkejut bukan main mendengar ucapan itu keluar dari mulut Draco. Itu merupakan penghinaan paling rendah untuk Muggle dari seorang penyihir berdarah murni.

"Bahkan dirimu lebih menjijikkan dari Mudblood, Malfoy." Balas Raven berani dan menatap lurus ke mata Draco. "Anak manja." Tambahnya sinis membuat Draco kesal bukan main.

"Apa katamu hah?! My father will hear about this!" Katanya menunjuk wajah Raven dan berbalik menjauh sebelum gadis itu benar-benar mengadu pada profesor McGonagall.

"Benar-benar anak manja, pengadu." Raven memutar bola matanya malas dan beralih melihat Neville. "You okay?"

"Harusnya aku yang bertanya, k-kamu baik-baik saja?"

"Yeah? Tentu aku baik. Kemari, biar aku membantumu."

Raven mengeluarkan tongkatnya dan menggunakan mantra penangkal agar kaki Neville kembali terbuka. "Well, coba gerakan." Katanya dan memasukkan kembali tongkat sihirnya.

Neville menggerakkan kedua kakinya sesuai instruksi Raven. Dia tersenyum senang dan bangkit berdiri menatap Raven. "Lebih baik! Terima kasih sudah membantuku!"

"Baguslah. Dan hei, aku punya sedikit saran. Jika anak rambut platina tadi kembali membulli mu, langsung saja jambak rambutnya." Usul Raven membuat Neville tertawa lucu.

"Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa." Katanya sedih. Raven hanya mengendikan bahu acuh, yang penting dia sudah memberikan saran.

"Oh ya, aku buru-buru. Sampai jumpa!" Raven segera berlari menuju menara meninggalkan Neville yang baru saja ingin menanyakan namanya. Tapi setelah melihat dasi yang di kenakan, dia tau bahwa gadis yang tadi menolongnya berasal dari Ravenclaw.

***

"Evelyn! Jangan salin tugasku!"

"Raven, letaknya kotak itu!"

"Tolong aku Cho! AAAAAA!"

Jangan tanya berisiknya kamar ketiga gadis itu sekarang. Ini semua bermula dari Evelyn yang masuk dan langsung menyambar lembar perkamen tugas milik Raven yang ada di atas meja belajar gadis itu. Cho yang memang dari tadi memperhatikan langsung memperingatkan Evelyn agar tidak membangunkan singa tidur tapi malah di abaikan olehnya.

𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang