Di siang hari dimana ramai aktifitas Hogwarts berada, ada Snape yang mengaduk ramuan yang ada di kuali kesayangannya. Pikirannya terus berfikir tentang berbagai rencana kedepannya terutama tentang kebangkitan Voldemort yang benar-benar sesuatu yang diluar rencananya.
Raven, putrinya, tidak begitu sesederhana yang dia kira. Seperti teka-teki sederhana dengan segudang penjelasan yang begitu rinci.
Responnya tentang masa depan begitu berbanding terbalik dengan kebanyakan orang. Jika seseorang dapat melihat ke masa depan, sedini mungkin orang itu akan berusaha untuk mengubah masa lalu. Tapi Raven, dia begitu tenang seperti otak kecilnya itu sudah menyiapkan seribu rencana yang hanya perlu dia pilih jika dibutuhkan.
Adukan kuali Snape terhenti sebentar, dia lalu melihat ke arah pintu kantornya yang terbuka memperlihatkan Draco dengan senyum lebarnya. Mata Snape menyipit sebentar penuh tanda tanya.
"Ada apa, Draco?"
"Anda tau, Father begitu membenci sebagian besar manusia di muka bumi?" Pemuda itu dengan santainya duduk di kursi sambil memangku kaki di atas kaki satunya. "Aku takut jika nanti aku membawa seorang teman Muggle, dia akan membunuhku."
Alis Snape terangkat heran, tidak mengerti ucapan Draco yang begitu tidak seperti Draco.
"Berteman? Dengan Muggle? Kamu?" Ulang Snape bertanya memastikan.
"Dia cukup menyenangkan." Puji Draco menarik penuh atensi Snape. Remaja itu kembali berbicara. "Apa menurutmu itu aneh?"
Hening melanda, Snape dengan pikirannya sedangkan Draco menunggu pendapatan apa yang akan di katakan Ayah Baptisnya itu.
"Yes." Snape menjawab pendek dan kembali mengaduk ramuannya membuat Draco mendengus dingin. Lalu tiba-tiba Snape melanjutkan ucapannya. "Semua orang pasti akan memandangnya aneh, karena ulahmu sendiri. Keistimewaan darah murni sudah sangat kental dalam keluarga Malfoy, jadi akan sangat aneh jika seorang Malfoy muda sepertimu, berteman dengan seorang Muggle yang notabenenya peringkat paling bawah dalam supermasi darah, maka kamu sudah pasti tidak hanya dianggap aneh, Lucius dan Narcissa sudah pasti akan membuangmu."
Batin Draco nampaknya sedang berdarah sekarang karena lidah setajam silet Snape yang menikamnya. Jawaban itu cukup membuat Draco tertampar.
"Mengapa kamu tiba-tiba membicarakan tentang sebuah pertemanan? Bukankah kamu punya banyak anak buah Slytherin yang selalu dipihakmu?" Heran Snape pada Draco yang hanya tersenyum getir.
Lalu remaja itu menggeleng, Snape menghela nafas gusar dan berbalik ke kuali, mengaduk ramuan yang akan digunakan di Hospital Wings. Draco lalu bertongkak dagu, dia mengucapkan sesuatu yang membuat Snape menegang.
"Anda tau Raven, Professor? Si Ravenclaw freak itu." Draco terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "Apa dia baik-baik saja?"
"Why do you ask me?" Balas Snape setenang mungkin, berusaha terdengar cuek. "Aku bukan ayahnya."
"Aku tidak bertanya karena Anda adalah ayahnya, Professor." Cibir Draco membuat Snape mendelik sebentar padanya namun tetap terus membelakangi Draco. "Anda yang bersama Dumbledore tua itu saat Raven dilarikan ke Hospital Wings."
"Draco." Tegur Snape pada hinaan Draco yang tertuju pada Dumbledore.
"Bagaimana keadaannya?" Ulang Draco yang mengabaikan teguran Snape.
"Baik, sepertinya."
Draco lalu mengangguk mengerti, yah, Raven memang tidak terlalu ingin menunjukkan keluarga di banyak orang jadi orang-orang yang merupakan teman terdekatnya pun pasti tidak tahu.
"Oh―"
"Professor Snape!!"
Pintu kerja Snape dibanting keras membuat Draco dan sang pemilik ruangan terjengkit kaget bersamaan karena suata dentuman pintu yang bergema.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑
Fanfic[Harry Potter Fanfiction] BAHASA INDONESIA Menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah cerita fiksi, Raven membulatkan tekadnya untuk tidak akan ikut campur agar tetap membuat jalan cerita berjalan seperti seharusnya. Tapi lama-kelamaan, Raven se...