"Kamu benar-benar tidak berjalan-jalan keluar akhir-akhir ini."
Raven menoleh ke arah pintu dimana Remus berdiri dengan tangan terlipat, bersandar di tembok dengan tatapan bingung.
Memang benar, Raven jarang sekali keluar setelah tahun kelima, apalagi setelah kembali dari Spinner End. Dia keluar pun jikalau ingin mengunjungi Severus ataupun berbelanja tapi jika keluar untuk berjalan-jalan di Diagon Alley ataupun semacamnya, dia akan menggeleng.
Tak minat, katanya saat ditanyai oleh Sirius.
"Hanya sedang malas." Raven menjawabnya pelan. "Dan agak berbahaya akhir-akhir ini jadi aku takut untuk keluar." Katanya sambil memakai topi hoodie. "Dad juga melarangku."
Raven menoleh sejenak melihat betapa berantakannya Remus. Pastilah pria ini baru saja mengikuti perkumpulan para serigala yang sejenis dengannya. Waktu masih cukup pagi, jam lima subuh. Kebiasaan bangun paginya memang diajarkan Severus sejak kecil mengingat pria itu harus bangun pagi dan akan pergi bekerja.
"Moony, apa aku harus ke Hogwarts?"
"Kamu tidak ingin lulus?" Remus membalas. "Setidaknya, selesaikan dulu studimu."
Remaja itu kembali menelungkupkan kepalanya di antara lutut membuat Remus segera duduk di sampingnya.
"Aku mau. Hanya saja, entahlah, aku jadi sedikit paranoid."
Embun-embun dingin menyerebar dengan cepat membuat Remus menggigil. Dia menatap penasaran Raven yang penuh dengan kekhwatiran di wajahnya. Mata gadis itu nampak penuh dengan berbagai pikiran. Mungkin Remus tidak akan bisa menebak setiap pikiran acak gadis ini.
"Jangan simpan semuanya sendiri." Nasihat Remus yang sedikit membujuk dengan senyum. Dia lalu merogoh sakunya dan memberikan sebuah permen coklat membuat Raven menoleh cepat membuat pria itu terkekeh. "Kalau mau coklat, kamu bisa mencarikanku."
"Tidak semua masalah bisa selesai dengan meminta, Moony." Kata Raven pelan membuat pria itu terdiam.
Dehem kasar Remus membuat Raven menoleh, melihat Remus yang sudah bersandar di sofa dengan tangan terlipat. "Masing-masing masalah punya caranya sendiri. Bisa saja aku yang memberikan coklat padamu tanpa meminta."
Remaja itu mengulum senyum kecil. "Pembicaraan kita jadi aneh."
"Bukan bermaksud mengejek," Remus merasakan udara dingin di sekitarnya perlahan menghangat. "Tapi Ravenclaw memang aneh,"
Tawa lucu Raven terdengar membuat Remus tersenyum. Anak ini hanya perlu hiburan semata. Remus lalu bangkit berdiri, mengelus kepala Raven dan berjalan pergi. "Aku yang akan mengantarmu ke stasiun karena Ophelia harus mengurus beberapa hal."
"Okay.." balas Raven.
Di stasiun yang nampak ramai, Raven memandang semua orang disana dengan tatapan waspada. Dia benar-benar paranoid akhir-akhir ini.
"Our little crow looks worried." Celetuk Remus membuat Raven sontak berhenti melangkah dan mengacak-acak rambutnya kesal. Remaja itu menatap Remus dengan pandangan sedih(?) "ada apa denganmu?" Tanya Remus heran.
"Apa kamu belum membuka hati untuk Tonks? Dia benar-benar menyukaimu lho."
Remus sontak terkesiap, dia lalu menyuruh Raven berjalan cepat, memilih mengabaikan pertanyaan tiba-tiba keponakannya ini.
"Hei, jawab dulu!"
"Kamu tidak perlu mencampuri urusan orang dewasa, kid." Remus menjawab dan mereka melewati tembok di stasiun dan sampai di peron ❾¾.
Stasiun King Cross begitu ramai oleh para siswa baru yang begitu sibuk mengurusi keperluan mereka. Raven memandang keramaian tersebut tak minat, melihatnya saja sudah membuatnya pusing bukan main.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑
Фанфик[Harry Potter Fanfiction] BAHASA INDONESIA Menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah cerita fiksi, Raven membulatkan tekadnya untuk tidak akan ikut campur agar tetap membuat jalan cerita berjalan seperti seharusnya. Tapi lama-kelamaan, Raven se...