𝑭𝒐𝒓𝒕𝒚-𝒐𝒏𝒆 | 𝑱𝒖𝒔𝒕 𝒂 𝑭𝒂𝒕𝒉𝒆𝒓-𝑫𝒂𝒖𝒈𝒉𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒍𝒌

802 170 24
                                    

SEVERUS SNAPE POV

Hari ini aku cukup muak dipanggil terus oleh Headmaster. Pria itu benar-benar dalam keadaan paling rendahnya ditambah, kutukan di tangannya itu membuatku benar-benar kesulitan karena harus membuat ramuan yang bisa memperlambat kutukan di tangannya.

Tidak terlalu banyak anak-anak yang berkeliaran malam ini. Ya iyalah, ini natal, hampir setengah anak-anak Hogwarts kembali ke rumahnya walaupun tidak sedikit juga yang memilih untuk merayakannya di Hogwarts.

Kepalaku sakit dengan banyak hal, terutama tentang Dark Lord yang semakin bergerak bahkan memberikan perintah khusus membunuh Dumbledore. Dan dia memberikannya pada Draco.

Si anak penakut itu? Dia hanya keras kepala dan sombong karena ajaran Lucius yang terus menyombongkan dirinya tentang darah murninya yang tidak ada gunanya itu.

Setelah hampir menelusuri Hogwarts, aku sampai di kantor ku.

"Foxie?"

Aku menunduk untuk mengambil rubah peliharaan Raven yang duduk di depan pintu kerjaku. Dahiku berkerut heran, kenapa hewan ini bisa keluar dari Ruang Rekreasi Ravenclaw?

"Oh!"

Pintu oak kantorku itu terbuka memperlihatkan gadis yang baru saja kupikiran dari tadi.

"Hai Dad!" Raven menyapaku girang seperti biasanya membuat hatiku menghangat tanpa sadar.

"Kenapa kamu di kantorku dan tidak berada di asramamu, nona muda?" Tanyaku dengan nada datar seraya melengos masuk dan meletakkan Foxie di atas meja, berbalik melihat Raven yang berdehem sebentar.

"Ajari aku Occulumency." Pintanya. "Aku harus bisa menguasainya, Dad."

"Raven, ini natal. Kenapa kamu tidak beristirahat di asramamu dan membaca saja?" Kataku menolak dengan halus. Aku tidak ingin anak ini kelelahan karena Occulumency, bukanlah hal mudah untuk diajari.

Lagipula, ini masih libur. Aku tidak sekejam yang dikatakan orang-orang dan menyuruh putriku sendiri untuk berlatih sekuat tenaga.

I'm not that bad, damn it.

Namun tidak bermaksud meremehkan Raven tapi jujur saja, aku tidak ingin menyelam ke dalam ingatannya yang penuh dengan penglihatan masa depan.

"Kamu takut melihat ingatanku, Dad?" Tanyanya tepat sasaran membuatku terdiam sejenak. "That's okay."

Namun aku tetap menggeleng, menolak permintaannya. Inilah mengapa aku selalu membuat banyak alasan jika Raven ingat belajar Occulumency.

"Aku takut." Cicitku membuat Raven menoleh dengan tatapan syok.

Tiba-tiba saja gelak tawanya terdengar membuatku melirik tajam anak yang tengah tertawa terpingkal-pingkal di sofa sampai-sampai menghapus air matanya.

"Hahaha! Dad, dua kata itu adalah dua kata lucu yang pernah ku dengar darimu!" Lanjutnya sambil tertawa membuatku menepuk wajah lelah, anak ini kadang cukup kurang ajar pada orang yang sudah membesarkannya.

Anak durhaka, pikirku sambil menggeleng.

"Tapi sungguh, itu tidak apa Dad." Raven berucap lagi setelah puas tertawa. "Jika kamu melihat masa depan dari ingatanku, aku akan menghapusnya." Tambahnya lagi.

𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang