𝚃𝚑𝚒𝚛𝚝𝚢-𝚎𝚒𝚐𝚑𝚝 | 𝙳𝚎𝚏𝚎𝚗𝚜𝚎 𝙰𝚐𝚊𝚒𝚗𝚜𝚝 𝚝𝚑𝚎 𝙳𝚊𝚛𝚔 𝙰𝚛𝚝𝚜

976 185 17
                                    

Siang harinya, Raven sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa walaupun harus tawar menawar dengan sang ayah yang masih cukup khawatir dengannya. Tapi Raven meyakinkan dengan cukup baik dan akhirnya dia dapat mengikuti pelajarannya siang ini.

"Pelajaran siang, Raven?"

Yang dipanggil menoleh sebentar, Professor Dumbledore tersenyum membuat Raven sepenuhnya berbalik dengan senyum lebar.

"Iya Professor."

Sejenak tatapan Dumbledore tertuju pada kalung yang dipakai Raven dan tersenyum kecil.

"Kamu tidak perlu harus melelahkan diri untuk mata pelajaran di tahun kelima." Ucap Professor Dumbledore seraya tersenyum. "Kupikir, Time Turner cukup jadi mainan kalung saja."

Perkamen tua tiba-tiba muncul dari tangan Professor Dumbledore membuat Raven penasaran.

"Belajarlah sampai natal. Kamu akan mengikuti OWL yang akan diawasi oleh Professor McGonagall." Dumbledore tersenyum lucu melihat senyum senang Raven. "Aku cukup terkesan denganmu yang ingin mengikuti pelajaran tahun kelima walaupun, Snape sudah mengatakan bahwa itu tak masalah."

Raven menerima perkamen yang digulung itu lalu mengadah menatap Professor Dumbledore yang masih mempertahankan senyumnya.

"What a Ravenclaw." Dumbledore mengangguk puas. "Masuklah ke kelas tahun keenammu. Akan ku beritahu para guru yang lain."

Tak dapat dipungkiri bahwa Raven benar-benar merasa begitu ringan. Dia tersenyum begitu lebar sampai-sampai bibirnya mungkin akan robek jika terus tersenyum seperti itu. Dia lalu berpamitan pada Dumbledore yang menatap punggung remaja enam belas tahun itu.

"Dia masih lucu saat pertama kali bertemu dengannya." Gumam Dumbledore sembari memperhatikan tangannya yang menghitam.

***

Pelajaran Ramuan hari ini cukup mudah, bagi Raven tentunya. Professor Slughorn banyak sekali bercerita tentang mantan murid-muridnya yang kini sukses atau apalah itu. Raven sudah cukup muak mendengarnya.

"Miss Vandelur."

Raven yang akan keluar kelas tiba-tiba berhenti, berbalik menatap Professor Slughorn yang tersenyum dan memberikannya sebuah surat.

"Klub Slug?" Gumam Raven yang membaca surat itu dengan mata membulat. "Professor?"

"Jangan lupa untuk datang, oke?" Katanya sambil tersenyum lebar.

Di luar kelas, Cho menghampirinya, ikut menunjukkan surat yang dia dapat dari Profesor Slughorn beberapa saat lalu.

"Kamu juga?" Cho mendengus. "Aku malas ikut klub-klub seperti ini."

Raven sejenak melihat surat itu. "Sama. Tapi Professor Slughorn yang mengundang kita. Datang saja, mungkin ada informasi terbaru tentang pekerjaan yang mungkin bisa kita ambil jika sudah lulus."

"Pikiranmu positif sekali." Cho menggeleng. "Kamu tau kan, dia hanya ingin mempunyai banyak relasi."

"Raven!"

Harry berlari menghampiri Raven dan Cho. Nafas pemuda Griffindor itu naik turun karena balik berlari setelah mengigat bahwa dirinya harus berbicara dengan Raven.

"Ada apa Harry?"

Cho memilih pergi, meninggalkan keduanya yang saling menatap kebingungan. Raven lalu mengajak Harry untuk berdiri di samping tiang tinggi yang menjulang. Rasa penasaran Raven semakin besar melihat tatapan Harry yang melihatnya seperti mencurigainya.

𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang