𝙵𝚘𝚛𝚝𝚢-𝚃𝚑𝚛𝚎𝚎 | 𝙷𝚊𝚕𝚏-𝙱𝚕𝚘𝚘𝚍 𝙿𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎

1K 176 25
                                    

Gelap, mencekam, kengerian, ketakutan, semua hal yang berbau kegelapan terasa sangat pada diri Raven. Rasa itu seperti mencekiknya, kadang membuatnya sampai tidak bisa bernapas karena perasaan takut untuk menghadapi tahun terakhir yang akan segera tiba.

"Hey," Cho dan Evelyn menyadarkan Raven yang melamun, meremas pakaiannya dengan tatapan ketakutan. "You okay, girl?"

Sejenak Raven tersadar, menatap kedua sahabatnya yang sudah menemaninya sejak tahun pertama hingga sekarang ini. Melihat mereka membuat air matanya ingin keluar tanpa sebab yang jelas.

Raven mengangguk, mengkonfirmasi bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kamu sering melamun setelah natal," Evelyn berucap khawatir. "Apa sesuatu yang menganggumu?"

"Aku ingin kalian berjanji padaku," Raven memperbaiki letak duduknya, menghadap keduanya dengan jari kelingking. "Berjanjilah untuk tetap hidup. Mungkin terdengar bodoh tapi―"

"Raven." Cho menyela lembut, jari kelingkingnya sudah bertaut dengannya.

"Kami tau bahayanya." Evelyn melakukan hal yang sama seperti Cho, menautkan kelingkingnya juga.

Bahu Raven bergetar menahan tangis. "Kalian berdua sangat berharga bagiku." Ia mengangkat kepalanya dan menggeleng, menghapus matanya yang berkaca-kaca. "I'm scared."

Cho dan Evelyn segera memeluk sahabatnya itu. Ketiganya saling berpelukan satu sama lain, menguatkan sesama dan saling memberikan dorongan agar tetap bertahan hidup ditengah badai yang akan datang menerpa mereka sebentar lagi.

Pelukan ketiganya terlepas. Raven merasa lebih baik mendengar ucapan mereka bertiga. Sejenak Raven melihat ke arah jendela dimana langit yang begitu gelap.

"Kuharap itu bukan seperti yang kupikirkan." Evelyn bergumam sendiri dan terdengar oleh keduanya.

Ketiganya saling bersitatap sejenak.

"Kami juga,"

***

Dumbledore terduduk dengan nafas memburu setelah kembali bersama Harry dari goa untuk mencari Hocrux Voldemort. Kakek tua itu memejamkan matanya, dan mengangkat wajahnya, melihat seseorang yang sudah berdiri di hadapannya.

"Anda terlihat tidak dalam keadaan baik, Professor." Suara itu menyapa pelan membuat senyum Dumbledore muncul.

Wajah sang pemilik suara terlihat jelas. Berdiri di hadapannya, Raven dengan sweater dan jaket, menggunakan celana levis panjang berwarna hitam, rambutnya digerai membiarkan angin meniupnya.

"Malam yang cukup berangin ya." Katanya membuka topik membuat Raven menghela nafas panjang.

"Anda benar-benar harus melakukan hal ini, Professor? Aku punya jalan yang lebih baik."

Angin di sekitar mereka perlahan berhenti, awan gelap yang menuju ke Hogwarts ikut terhenti. Dumbledore mengangkat kepalanya, melihat segala hal membeku, tidak bergerak.

Waktu telah berhenti.

Dumbledore menoleh pada Raven yang masih berdiri dengan tatapan menunggu jawabannya. Ia kemudian merespon dengan senyum kecil.

"Kamu benar-benar bukan anak biasa, Raven." Dumbledore memuji pelan. "Aku harusnya sudah menduganya, sejak tahun pertamamu."

Respon remaja itu hanya diam, tak senyum ataupun membalas. Memandang Dumbledore dengan tatapan berkaca-kaca.

𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang