Menjelang sore, setelah semua selesai makan buah, Jeonghan merasa hari itu terlalu indah untuk dihabiskan di dalam rumah. Ia melihat ke arah jendela dan melihat sinar matahari yang masih lembut menyinari halaman depan. Dia ingat kalau sudah beberapa hari tidak menyiram tanamannya, jadi ia memutuskan untuk mengajak anak-anak bermain di luar sementara dia menyiram tanaman.
"Anak-anak, ayo kita keluar sebentar. Mami mau siram tanaman, kalian bisa main di halaman," kata Jeonghan sambil berjalan ke arah pintu depan.
Mingyu, yang langsung semangat ketika mendengar kata 'halaman', berlari ke pintu sambil berteriak, "Aku mau ikut! Aku mau bantu Mami!"
Dokyeom dan Minghao yang tadinya sibuk dengan mainan mereka, ikut berlari mengikuti kakaknya. Mereka semua keluar bersama, dan begitu sampai di halaman, mata mereka langsung berbinar melihat rerumputan hijau dan tanaman-tanaman yang tertata rapi di taman kecil rumah mereka.
Jeonghan mengambil selang air dan mulai menyiram bunga-bunga yang ada di pinggir halaman. Sambil menyiram, dia memperhatikan anak-anaknya yang tampak sibuk bermain dengan tanah di dekat pot-pot besar. Mereka tertawa dan berlarian kesana kemari, saling mengejar, sesekali berhenti untuk memungut daun atau bunga yang jatuh di tanah.
Dokyeom tiba-tiba mendekat ke Jeonghan, matanya berbinar-binar. "Mami, boleh aku bantu nyiram juga?" tanyanya dengan suara penuh harap.
Jeonghan tersenyum lembut, lalu menyerahkan ujung selang kepada Dokyeom. "Hati-hati, ya. Jangan siram terlalu banyak air," katanya sambil mengarahkan tangan Dokyeom dengan lembut.
"Kenapa nggak boleh banyak-banyak?" Dokyeom menatap Jeonghan.
"Tanaman bisa mati kalau Kyeomie kasih kebanyakan air."
Dokyeom mengangguk paham, Jeonghan senang dengan rasa penasaran anaknya ini.
Dokyeom dengan senang hati mulai menyiram tanaman, tetapi karena belum terlalu ahli, arah semprotan air sering melenceng. Air mengalir deras ke tanah dan membuat beberapa genangan kecil di sekitar tanaman. Tak lama, Minghao ikut mendekat dan menarik-narik baju Jeonghan. "Aku juga mau, Mami!" serunya.
Jeonghan tertawa kecil dan menyerahkan selang pada Minghao. Tapi, seperti yang bisa diduga, airnya malah lebih banyak mengenai dirinya sendiri dan tanah di sekitarnya daripada tanaman. Mingyu yang melihat itu tertawa keras sambil berkata, "Minghao basah!"
Dalam waktu singkat, anak-anak jadi semakin antusias bermain air. Mingyu bergabung, dan mereka mulai saling menyemprotkan air dari selang, bukan lagi menyiram tanaman. Tawa riuh dan teriakan kecil mereka memenuhi halaman. Dokyeom, yang tadi sempat basah sedikit, kini sudah berlumuran tanah di bajunya setelah jatuh karena berlari terlalu cepat. Minghao tertawa sambil berusaha menyemprotkan air ke arah kakaknya, tapi malah membuat bajunya sendiri makin basah dan kotor terkena lumpur.
Jeonghan, yang tadinya hanya mengawasi dengan senyum di wajahnya, akhirnya menyadari bahwa anak-anaknya sekarang sudah kotor penuh tanah dan air. Mereka benar-benar terlihat seperti habis bermain lumpur. Dengan gelengan kepala dan senyuman kecil, Jeonghan memutuskan untuk menyudahi permainan itu sebelum semuanya makin kacau.
"Anak-anak, cukup ya main airnya. Liat, kalian semua udah basah dan kotor," kata Jeonghan sambil mematikan keran air.
Mingyu menatap dirinya sendiri, lalu tertawa melihat betapa kotornya bajunya. "Aku kotor banget!" serunya sambil menunjuk ke arah Dokyeom, yang juga tertawa melihat dirinya sendiri berlumuran tanah. Minghao, yang masih berusaha mengelap tanah dari pipinya, ikut tertawa kecil, meski wajahnya penuh noda.
Jeonghan hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Ayo, sekarang waktunya mandi. Kalian semua udah kotor, jadi harus bersih-bersih sebelum malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...