Chapter 4 : Endless Love in Simple Acts 2

364 23 0
                                    

Makan malam yang hangat bersama keluarga telah selesai. Setelah makan malam, Jeonghan sedang membereskan piring-piring kotor di dapur. Seungcheol datang menyusul, membantu dengan mencuci piring sambil sesekali menyenggol pinggang Jeonghan dengan bahunya. "Mau bantuin atau malah nambah kerjaan, Mas?" Jeonghan tertawa kecil, menatap Seungcheol yang pura-pura tidak mendengar.

Seungcheol tersenyum jahil, mengusap busa di tangannya ke pipi Jeonghan. "Ini baru bantuin."

Jeonghan tertawa lagi, mengambil kain lap dan dengan sigap membalas dengan mengusap busa ke pipi Seungcheol. "Nah, sekarang kita impas."

Seungcheol tertawa, tapi kemudian tiba-tiba menghentikan tawanya. Dia menatap Jeonghan dalam-dalam, lalu dengan lembut menyingkirkan rambut yang jatuh ke wajah Jeonghan. "Kamu tahu, Han, setiap kali aku pulang dan lihat kamu kayak gini, rasanya capek langsung hilang."

Jeonghan yang sedang sibuk membilas piring, berhenti sejenak. Dia menatap suaminya dengan tatapan lembut. "Mas, nggak perlu bilang kayak gitu terus. Aku kan emang di sini buat kita semua, keluarga ini yang jadi semangatku juga."

Seungcheol meletakkan piring yang sudah bersih, mengeringkan tangannya, dan mendekat ke Jeonghan. "Iya, tapi aku pengen kamu tahu, setiap hari aku merasa lebih bersyukur karena ada kamu di hidupku. Kamu yang bikin semuanya terasa utuh, Han."

Jeonghan tersenyum, meletakkan piring terakhir dan mengeringkan tangannya juga. Ia mendekatkan wajahnya ke Seungcheol dan mengecup lembut bibir suaminya, singkat tapi penuh makna. "Aku juga bersyukur, Mas. Tiap hari, tiap detik."

Jeonghan menoleh ke arah ruang keluarga, "anak-anak? Mereka di kamar," kata Seungcheol, ia memasang senyuman khasnya.

"Ih apa sih? Muka mas kenapa gitu!?" tanya Jeonghan, ia lalu mencubit lengan Seungcheol.

Seungcheol merintih, sedikit berlebihan memang, padahal Jeonghan tidak mencubitnya sekeras itu. Seungcheol lalu menggendong Jeonghan, mendudukkannya di meja dapur.

Jeonghan melingkarkan tangannya di leher Seungcheol. "Apa?" tanyanya, wajah Jeonghan memerah. "Jangan aneh-aneh, ya, mas!" Jeonghan memperingatkan suaminya.

"Dulu kita sering lakuin di dapur... Ruang tamu..." kata Seungcheol, mengingatkan kenangan indah mereka yang sudah berlalu.

"Ya menurut mas aja deh, udah punya anak, masa lakuinnya di sembarangan tempat!" Seungcheol tertawa, menggoda istrinya memang menyenangkan.

Seungcheol masih tertawa, menatap Jeonghan dengan tatapan penuh kasih. "Ya kan, waktu itu belum ada anak-anak," ujarnya sambil tersenyum jahil. Ia mendekatkan wajahnya ke Jeonghan, jarak antara mereka begitu dekat hingga Jeonghan bisa merasakan napas hangat suaminya di kulitnya.

Jeonghan hanya menggelengkan kepala, wajahnya masih memerah. "Mas selalu saja cari kesempatan buat godain aku, ya?" bisiknya sambil mencubit pipi Seungcheol dengan lembut. "Tapi sekarang kita nggak bisa sembarangan. Anak-anak sudah gede, bisa turun kapan aja."

Seungcheol mengangguk setuju, namun ia tidak melepaskan Jeonghan dari gendongannya. Alih-alih, ia menunduk dan mencium dahi Jeonghan. "Iya, iya, Mas tahu. Tapi satu hal nggak akan berubah. Aku bakal selalu cari cara buat bikin kamu bahagia," katanya dengan lembut.

Jeonghan tersenyum tipis, wajahnya mulai tenang. "Aku udah bahagia, Mas. Setiap hari." Mereka berdua saling menatap, keheningan di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang menenangkan.

Seungcheol perlahan menurunkan Jeonghan dari meja dapur dan merapikan rambut istrinya. "Ayo, kita ke kamar aja. Siapa tahu anak-anak udah tidur," katanya sambil mengedipkan mata.

Jeonghan tertawa pelan, menggeleng pelan, tapi tak menolak genggaman tangan Seungcheol yang menuntunnya ke ruang keluarga. Ketika mereka melewati kamar anak-anak, Jeonghan mengintip ke dalam kamar. Ternyata benar, Dokyeom, Mingyu, dan Minghao sudah terlelap dengan tenang.

Jeongcheol & the Magic of FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang