Chapter 5 : Caring Hands, Healing Hearts 2

377 32 0
                                    

Malam semakin larut ketika suara langkah kaki terdengar di depan pintu kamar Jeonghan dan Seungcheol. Seungcheol baru saja pulang setelah hari yang melelahkan. Ketika membuka pintu kamar, pemandangan yang ada di depannya langsung membuat hatinya terasa berat. Jeonghan, dengan wajah penuh kelelahan, tengah menggendong Dokyeom yang masih terisak-isak sambil memegangi jarinya yang di plester.

Mingyu dan Minghao sudah tertidur lelap di kamar mereka, namun Dokyeom masih belum bisa tidur sejak insiden tadi sore. Dia terus merengek kesakitan, membuat Jeonghan tak tahu harus berbuat apa lagi.

"Mas..." panggil Jeonghan pelan, suaranya terdengar penuh kelelahan dan sedikit putus asa.

Seungcheol dengan segera menghampiri mereka, lalu duduk di samping Jeonghan. Dia mengusap punggung istrinya dengan lembut sambil melihat Dokyeom yang masih menangis pelan di pelukan Jeonghan.

"Apa yang terjadi? Dokyeom masih kesakitan gara-gara tadi?" tanyanya, nada suaranya lembut dan penuh perhatian.

Jeonghan menghela napas panjang, menundukkan kepalanya. "Kaya yang tadi aku ceritain waktu telfon, mas. Kyeomie tadi sore iseng coba gunting kuku sendiri, tapi guntingnya tumpul, jadinya kukunya berdarah. Aku udah kasih obat, kasih plaster, dia sempet ketiduran abis itu. Tapi malem ini... waktu tidur, tangannya ketindihan badannya sendiri, terus lukanya berdarah lagi. Sekarang dia makin kesakitan, dan tiap aku coba obatin lagi, dia malah bilang kalau diobatin makin sakit..."

Seungcheol mengangguk pelan, kemudian memandang Dokyeom yang terus menggeliat gelisah di pelukan Jeonghan. Dia menatap putranya dengan penuh kasih sayang, merasakan betapa sulitnya bagi anak kecil untuk menahan rasa sakit.

"Kyeomie..." Seungcheol memanggil lembut, suaranya menenangkan. "Sini, sama Papi."

Meski masih terisak, Dokyeom perlahan berpindah dari pelukan Jeonghan ke pelukan Seungcheol. "Papi..." rengeknya, air mata masih mengalir di pipinya yang kecil. "Jari Kyeomie sakit banget..."

Seungcheol langsung memeluk Kyeomie erat-erat, menepuk punggungnya dengan penuh kasih. "Papi tahu, sayang. Papi tahu sakitnya pasti nggak enak. Tapi Papi janji, nanti sakitnya hilang, ya?"

Kyeomie masih mengangguk pelan, meski isak tangisnya masih tersisa. "Tapi, Papi... sakit banget..."

Jeonghan yang duduk di tepi ranjang dengan wajah yang penuh kelelahan, tak kuasa menahan rasa cemas. Melihat putra sulungnya begitu kesakitan, membuatnya merasa tak berdaya.

Seungcheol memandang Jeonghan, menyadari betapa letihnya istrinya. "Han, kamu kelihatan capek banget. Biarin aku urus Dokyeom sekarang. Kamu istirahat dulu, ya?"

Jeonghan menggeleng meski matanya tampak berat. "Aku nggak tega ninggalin Dokyeom gitu aja, Mas... Dia masih kesakitan."

Seungcheol tersenyum kecil dan menggenggam tangan Jeonghan. "Kamu udah jagain mereka seharian. Sekarang giliran aku, ya? Aku yang gendong Dokyeom sampai dia tenang. Kamu istirahat dulu, nanti kalau udah tenang, baru kita bareng-bareng lagi."

Jeonghan terdiam sebentar, merasa berat meninggalkan anaknya yang sedang kesakitan, tapi dia tahu dirinya sudah terlalu lelah. Akhirnya, dia hanya mengangguk kecil dan masih tetap duduk di tepi ranjang. "Aku di sini aja, nggak apa-apa. Kalau dia masih nangis... bilang aku, ya, Mas? Mas kan juga baru pulang kantor."

"Iya, pasti." Seungcheol mengangguk dengan lembut. Dia mengusap rambut Dokyeom yang masih memeluknya erat.

Dengan penuh kesabaran, Seungcheol mencoba merayu putra sulungnya yang masih enggan diobati lagi. "Kyeomie, gimana kalau Papi obatin dulu jarinya? Nanti malah tambah sakit loh kalau di biarin."

Dokyeom menatap Seungcheol dengan mata basah. "Obatnya bikin makin sakit, Papi... Kyeomie nggak mau..."

Seungcheol tersenyum lembut, lalu membelai pipi anaknya. "Papi ngerti, sayang. Tapi kalau nggak diobatin, nanti lukanya malah tambah sakit. Papi janji, Papi akan hati-hati sekali waktu ngasih obatnya. Kyeomie mau bikin Mami seneng nggak?"

Jeongcheol & the Magic of FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang