Waktu berlalu, Jeonghan yang sejak tadi berendam di bathtub memutuskan untuk menyelesaikan kegiatannya.
Setelah selesai berendam Jeonghan langsung menjemur pakaian yang tadi ia cuci, Jeonghan merasa lega setelah pekerjaannya selesai.
Hari yang sibuk akhirnya mulai terasa tenang. Anak-anak sudah lama terlelap di kamar mereka, dan suasana rumah perlahan berubah menjadi damai. Jeonghan memutuskan untuk duduk di sofa yang terletak di dalam kamar anak-anaknya, memandangi mereka satu per satu.
Mingyu yang tidur dengan posisi tengkurap, Dokyeom yang mendengkur pelan, dan Minghao yang memeluk gulingnya, sepertinya ia rindu bonekanya.
Jeonghan tersenyum lembut melihat mereka. Ia merasa sangat bersyukur memiliki anak-anak yang begitu menggemaskan.
Tanpa disadari, Jeonghan mengeluarkan ponselnya dan mulai memainkan aplikasi-aplikasi di dalamnya, sekadar untuk menghabiskan waktu.Lama kelamaan, rasa kantuk mulai menyerangnya, kelopak matanya terasa semakin berat. Hingga akhirnya, tanpa sadar, ia tertidur di sofa dengan posisi yang agak tidak nyaman.
Entah berapa lama Jeonghan tertidur, tetapi saat ia terbangun, ia merasakan kehangatan yang aneh di tubuhnya. Sesaat, ia merasa bingung. Tapi kemudian ia menyadari sesuatu, ada selimut yang menyelimuti tubuhnya. Selimut itu terasa lembut dan hangat, dan aroma khas anak-anaknya tercium samar-samar.
Jeonghan mengernyit, bingung dari mana datangnya selimut itu.
Ketika matanya terbuka lebih lebar, ia menoleh ke kanan dan kiri, dan rasa terkejut bercampur haru menyelimuti dirinya. Anak-anaknya-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-ternyata telah berpindah dari tempat tidur mereka dan kini berbaring di sofa bersamanya.
Mereka semua tertidur di sisi Jeonghan, dengan posisi yang sedikit berdesakan, namun tetap terlihat nyaman.
Mingyu memeluk pinggang Jeonghan, Dokyeom bersandar di bahunya, dan Minghao yang paling kecil melingkarkan lengannya di kaki Jeonghan, ia tertidur di lantai.Jeonghan tersenyum lembut, hatinya terasa hangat melihat pemandangan itu.
Tanpa disadari, air mata kecil jatuh dari sudut matanya. Bukan karena sedih, tetapi karena rasa cinta yang mendalam terhadap ketiga anaknya. Mungkin mereka merasa kehilangan kehadiran Jeonghan di tempat tidur mereka, jadi mereka memutuskan untuk bergabung dengannya di sofa.Dengan hati-hati agar tidak membangunkan mereka, Jeonghan mengusap lembut kepala Mingyu dan Dokyeom. Minghao, yang paling kecil, hanya meringkuk lebih dekat, seolah merespons sentuhan ibunya dalam tidur.
Jeonghan mengangkat Minghao, ia tidak tega melihatnya tertidur sambil memeluk kakinya di lantai, ia lalu membawanya dalam pangkuannya. Sedikit sulit karena Jeonghan tidak mau membangun Mingyu dan Dokyeom.
Dalam keheningan itu, Jeonghan merasa bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar atau mewah. Kehangatan keluarganya, momen-momen sederhana seperti ini-saat ia dikelilingi oleh cinta anak-anaknya-adalah hal yang membuat hidupnya begitu berharga.
Sambil memandangi anak-anaknya yang tertidur pulas di sisinya, Jeonghan mengingat percakapannya dengan Seungcheol tadi malam. Makan malam berdua terdengar indah, tetapi kenyataan bahwa mereka memiliki tiga anak yang begitu penuh kasih membuatnya merasa lebih beruntung lagi.
Mungkin, ia akan menceritakan momen manis ini pada Seungcheol nanti.Dengan lembut, Jeonghan menyesuaikan posisi tidurnya, merapatkan selimut yang diberikan anak-anaknya, lalu menutup mata kembali. Meski sofa itu tidak terlalu luas, ia merasa nyaman, dan rasa kantuk kembali menyerang. Dikelilingi oleh ketiga anaknya, Jeonghan merasa seolah seluruh dunia sudah sempurna.
Cahaya matahari yang menerobos melalui celah-celah tirai kamar membangunkan Jeonghan.Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang terasa terlalu terang.
Saat melihat jam di dinding, matanya melebar-sudah hampir jam tiga sore! Waktu berjalan begitu cepat, dan mereka semua telah melewatkan makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...