Chapter 8 : "Papi! Stop!"

397 52 25
                                    

Malam itu begitu sunyi ketika Seungcheol membuka pintu rumah dengan pelan. Ia terbiasa pulang larut karena pekerjaannya yang menumpuk di kantor, tetapi kali ini ada ketegangan yang menggantung di udara. Jeonghan sudah menunggunya di ruang tamu, duduk di kursi dengan tatapan yang sulit diterka. Wajahnya tampak tenang, tetapi mata yang sembab mengungkapkan sebuah kekecewaan yang mendalam.

Seungcheol menghampirinya dengan senyum lelah. "Aku pulang."

Jeonghan tidak membalas. Ia hanya menatap Seungcheol dalam diam, menunggu. Suara detak jam di dinding terdengar nyaring, menambah ketegangan. Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Jeonghan membuka mulutnya. "Kenapa kamu akhir-akhir ini selalu pulang lebih malam dari biasanya? Kamu bahkan nggak ada niatan pulang kan kayak kemarin? Kamu tahu nggak Cheol, anak-anak itu nunggu ayahnya pulang terus?"

Cheol? Di situasi seperti ini? Ada sesuatu yang salah dan Seungcheol langsung memahami situasi.

Seungcheol merasakan ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tetap mencoba meredakan suasana. "Pekerjaan di kantor lagi banyak, sayang. Kamu tahu sendiri—"

Namun, Jeonghan tidak bisa lagi menahan emosinya. "Kamu pikir aku nggak tahu apa-apa ya? Bangkai yang kamu simpan rapat-rapat lama-lama pasti kecium baunya." Suaranya semakin menegang, tak ada lagi basa-basi. "Kamu selingkuh, kan?"

Seungcheol tertegun, mulutnya terbuka namun tak ada kata yang keluar. Rasa panik mulai merayap ke seluruh tubuhnya. Jeonghan melanjutkan, "Aku tahu segalanya. Kamu pikir aku nggak tahu tentang hubungan kamu sama salah satu karyawan di kantor kamu? Siapa namanya? Sera, sekretaris cantik kamu... semua ini... semua ini nggak bisa aku abaikan!"

"Apa yang kamu bicarakan sih, Jeonghan?" Seungcheol berusaha mempertahankan ketenangannya, tapi gugup terlihat di wajahnya. Suaranya mulai meninggi, berusaha menyelamatkan diri dari situasi yang semakin kacau.

"Jangan pura-pura bodoh!" Jeonghan berdiri, emosinya meledak. "Aku diam selama ini karena Aku mau denger kejujuran yang jleuar dari mulut kamu sendiri! Tapi kamu malah terus-terusan bohongin aku! Setiap malam, aku nunggu di sini, berharap kamu pulang tepat waktu, tapi kenyataannya—"

"Berharap? Kamu nggak tahu apa yang aku lakuin!" Seungcheol membentak, wajahnya memerah karena marah dan defensif. "Semua ini demi keluarga kita! Kamu nggak pernah mengerti apa yang harus aku hadapi di kantor!"

"Apa yang harus aku mengerti, Seungcheol? Kamu selalu pergi gitu aja, nggak pernah jelasin situasinya! Selalu pulang dengan wajah lelah, dan berharap aku percaya sama semua kebohonganmu?!" Jeonghan berteriak, seluruh tubuhnya bergetar. "Kamu bukan cuma nyakitin aku, tapi juga anak-anak kita!"

"Aku nggak selingkuh!" Seungcheol membentak, namun kali ini suaranya terdengar lemah. Amarahnya tereduksi oleh rasa bersalah yang mulai muncul. "Kamu nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi!"

"Aku tahu lebih dari yang kamu pikirkan! Kamu pikir aku nggak akan tahu kalau kamu selalu menghabiskan waktu dengan dia di luar jam kerja?!" Jeonghan berteriak lebih keras, matanya mulai memerah karena menahan air mata. "Aku berusaha buat percaya sama kamu, tapi semuanya cuma nunjukin kalau aku sebodoh itu buat berharap!"

Perdebatan mereka semakin memanas, kata-kata saling dilempar tanpa memikirkan dampaknya. Seungcheol melangkah maju, berusaha mendekati Jeonghan, tetapi Jeonghan mundur. "Jangan mendekat! Jangan sekali lagi!"

"Jeonghan, dengarin aku! Aku melakukan semuanya untuk kita, untuk keluarga ini!" Seungcheol berkata, suaranya mulai bergetar. "Kamu nggak tahu betapa beratnya semua ini buat aku!"

"Tapi kamu nggak pernah berbagi beban itu sama aku!" Jeonghan membalas, suaranya pecah. "Kamu biarin aku ngerasa sendirian, seolah-olah semua ini nggak ada hubungannya sama aku! Kamu nggak bisa terus pura-pura! Selama ini, aku ngerasain ada yang salah, dan sekarang aku tahu alasannya!"

Jeongcheol & the Magic of FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang