Hari ini berlalu dengan baik, Jeonghan dan Seungcheol akhirnya keluar dari kamar anak-anak dengan perasaan sedikit lebih lega. Malam yang panjang akhirnya tampak akan berakhir dengan tenang. Namun, belum sepuluh menit berlalu saat Jeonghan dan Seungcheol duduk di ruang keluarga, tiba-tiba terdengar suara keras dari arah kamar anak-anak.
"Aduh! Mami! Papi!" teriakan Mingyu terdengar jelas, disusul suara tangis yang pecah tiba-tiba.
Seungcheol dan Jeonghan langsung berdiri dengan panik. Tanpa membuang waktu, mereka berlari menuju kamar anak-anak. Begitu pintu dibuka, mereka melihat Mingyu yang terduduk di lantai, memegang kakinya dengan ekspresi kesakitan. Dokyeom dan Minghao juga sudah bangun dari tempat tidur, terlihat cemas sambil memandangi Mingyu.
Jeonghan langsung berjongkok di samping Mingyu, sementara Seungcheol menyalakan lampu ruangan. "Mingyu, kamu kenapa sayang? Kok bisa jatuh gini?" tanya Jeonghan dengan cemas, tangannya dengan lembut menyentuh kaki Mingyu yang terlihat memerah di sekitar mata kaki, mungkin kakinya bengkak.
Mingyu meringis, air mata masih mengalir di pipinya. "Tadi... Mingoo mau turun dari tempat tidur, tapi kaki Mingyu kesangkut di selimut... terus jatuh... Aduh, Mami... sakit banget," jawabnya sambil menangis semakin kencang, tangannya menggenggam erat kaki yang terluka.
Jeonghan memeriksa kaki Mingyu dengan seksama, khawatir kalau cedera ini lebih serius dari dugaan. Ada memar di sekitar mata kakinya, dan setiap kali disentuh, Mingyu tampak meringis menahan rasa sakit. "Duh, Mingyu... lain kali hati-hati sayang. Aduh, pasti sakit banget ini..." ucap Jeonghan, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran.
Seungcheol segera mengambil kantong es dari kulkas dan kembali ke kamar. "Ini, kita kasih es dulu biar bengkaknya nggak makin parah, ya," katanya, berusaha menenangkan putranya sambil menaruh kantong es itu perlahan di kaki Mingyu.
Tapi begitu es menyentuh kakinya, Mingyu langsung meringis lebih keras, menggeser kakinya menjauh. "Papi... dingin! Sakit!" serunya, tubuhnya menggigil karena rasa sakit yang langsung terasa menusuk.
Jeonghan mengusap kepala Mingyu lembut, berusaha menenangkan putranya yang terlihat sangat kesakitan. "Mingyu, sayang... kita harus kasih es dulu biar nggak bengkak lebih besar. Mami tahu rasanya nggak enak, tapi ini supaya nanti cepat sembuh, ya?" Jeonghan berbicara dengan penuh kelembutan, berharap bisa menenangkan putranya.
Mingyu menoleh dengan mata yang masih basah oleh air mata, bibirnya bergetar. "Tapi Mami... sakit banget... Mingoo nggak kuat..." isaknya, tubuh kecilnya berguncang karena menangis.
Melihat Mingyu dalam kondisi seperti itu membuat hati Jeonghan terasa perih. Ia mengangguk, kemudian mengusap lembut punggung Mingyu. "Oke, kalau Mingoo nggak kuat sekarang, kita istirahat sebentar, ya? Mami temenin terus sampai Mingyu merasa lebih baik, oke?" ucap Jeonghan sambil duduk di samping Mingyu.
Sementara itu, Seungcheol memutuskan untuk memeriksa lebih lanjut kondisi kaki Mingyu. Dia mengambil senter kecil untuk memastikan tidak ada cedera yang lebih serius. "Kita lihat dulu, ya. Papi janji nggak bakal bikin Mingoo sakit lagi. Kalau nanti nggak parah, kita balut sedikit dan kasih obat supaya cepat sembuh," katanya dengan hati-hati.
Dokyeom dan Minghao yang berdiri di samping tempat tidur tampak sangat cemas. Dokyeom menggigit bibirnya, merasa tidak berdaya melihat Mingyu yang kesakitan. "Mingoo, kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan suara kecil, matanya penuh kekhawatiran.
Mingyu mengangguk lemah, "Aku jatuh... sakit banget, Kyeomie..." jawabnya lirih, menahan isak tangisnya.
Minghao, yang tadi sudah tertidur, kini duduk di sudut tempat tidur sambil memeluk boneka Snowy erat-erat. "Mingoo... jangan nangis... nanti Papi sama Mami pasti bantu Mingoo biar sembuh..." katanya dengan polos, meskipun matanya juga tampak berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...