Setelah lelah bermain di pantai, mereka kembali ke vila dengan pasir-pasir yang masih menempel di kaki dan canda tawa yang tak henti-hentinya mengisi udara malam. Jeonghan membantu anak-anak berganti pakaian dan membersihkan diri. Dokyeom yang sudah mulai mengantuk berkali-kali menguap sambil bersandar pada Jeonghan. Sedangkan Mingyu sibuk bercerita tentang burung camar yang ia lihat tadi di pantai, sementara Minghao masih asyik memeluk Snowy, boneka beruang kesayangannya, sambil berjalan mengelilingi kamar mandi.
Setelah anak-anak siap dengan pakaian bersih, mereka menuju ruang makan vila yang nyaman. Jeonghan menyiapkan makan malam sederhana berupa sup hangat dengan potongan daging ayam, roti panggang, dan salad segar. Meja makan sudah tertata rapi, dan aroma sup yang lezat memenuhi ruangan.
"Wah, enak banget baunya, Mami!" seru Mingyu sambil duduk di kursinya.
Jeonghan tersenyum sambil menuangkan sup ke mangkuk-mangkuk kecil. "Makan yang banyak, ya. Biar besok kalian kuat buat main lagi di pantai. Capek kan? Seharian di perjalanan terus lanjut main?"
Semuanya serentak mengangguk. Dokyeom, yang sudah tak sabar, langsung mengambil sesendok sup dan meniupnya dengan hati-hati sebelum menyuapnya ke mulut. "Mmm, enak banget, Mami!" serunya.
Minghao, yang duduk di sebelah Mingyu, tersenyum kecil sambil menggenggam sendoknya. "Aku suka sup ini, Mami," katanya dengan suara pelan, lalu menyuapkan sup hangat ke mulutnya.
Seungcheol, yang duduk di ujung meja, ikut tersenyum melihat anak-anak menikmati makan malam mereka. "Jangan lupa minumnya, ya, anak-anak," katanya sambil menuangkan air ke gelas mereka.
Setelah makan malam selesai, Jeonghan mengajak mereka ke ruang keluarga, yang terasa hangat dengan suasana rumah kayu dan sofa empuk. Di tengah ruang itu, ada meja rendah dengan beberapa permainan papan dan tumpukan buku cerita di sampingnya.
"Nah, siapa yang mau main dulu sebelum tidur?" tanya Seungcheol sambil tersenyum.
Dokyeom langsung mengangkat tangan dengan antusias. "Aku, aku! Kita main tebak kata, Papi!" serunya.
Mingyu juga setuju. "Aku juga mau main, tapi aku mau tim sama Mami!" Ia melirik Jeonghan, yang tersenyum dan mengangguk setuju.
Jeonghan kemudian mengatur permainan "tebak kata". Permainan dimulai dengan Seungcheol memberi petunjuk, sementara Dokyeom berusaha menebak kata-katanya. "Oke, ini binatang yang besar, punya belalai..." kata Seungcheol dengan nada main-main, menantang Dokyeom.
"Gajah! Gajah!" jawab Dokyeom sambil melonjak kegirangan.
"Betul!" jawab Seungcheol sambil tertawa, lalu mengacak-acak rambut Dokyeom. "Pinter, Kyeomie!"
Minghao, yang tadinya agak pemalu, mulai ikut tertawa. "Aku mau giliran!" katanya sambil tersenyum lebar.
Permainan berlangsung seru. Suara tawa mereka memenuhi ruangan. Sesekali, Jeonghan atau Seungcheol akan berpura-pura salah memberikan petunjuk, membuat anak-anak protes sambil tertawa-tawa.
Setelah lelah bermain, Jeonghan berdiri dan berkata, "Sekarang waktunya cokelat hangat! Duduk yang manis ya. Ia kemudian ke dapur sebentar untuk menyiapkan minuman sebelum membawa tiga gelas kecil cokelat hangat yang mengepul. Anak-anak langsung menyambut gelas-gelas mereka dengan gembira.
"Enak banget, Mami," kata Minghao sambil menyeruput minumannya dengan hati-hati.
"Minumnya pelan-pelan ya, biar nggak kepanasan," kata Seungcheol sambil tersenyum melihat Mingyu yang minum terlalu cepat dan terpaksa meniup-niup mulutnya karena kepanasan. "Kamu buru-buru sekali, santai aja sayang," canda Seungcheol.
Setelah minum, Jeonghan melihat jam dan memutuskan sudah waktunya untuk cerita sebelum tidur. Ia mengambil buku cerita tentang petualangan seekor kucing kecil yang menjelajahi hutan. "Siapa yang mau dengar cerita?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...