Malam itu di rumah keluarga Anderson terasa begitu hangat dan santai. Setelah makan malam, Jeonghan memutuskan untuk memberikan sedikit kebebasan kepada anak-anaknya. Seperti biasa, malam-malam tertentu ia membiarkan mereka menikmati cemilan sambil menonton acara kesukaan di ruang keluarga. Kali ini, Jeonghan sudah menyiapkan keripik kentang yang selalu menjadi favorit mereka bertiga.
"Siapa mau keripik kentang?" Jeonghan membawa mangkuk besar ke meja, membuat ketiga anak kembarnya—Dokyeom, Mingyu, dan Minghao—langsung bersorak gembira.
"Aku! Aku!" teriak Dokyeom dan Mingyu serempak, melompat dari sofa menuju meja. Minghao, yang tak mau ketinggalan, berlari pelan membawa boneka kesayangannya, Snowy, di pelukannya.
Mereka duduk mengelilingi meja kecil di ruang keluarga. Dokyeom dengan antusias mengambil satu genggam penuh keripik, sementara Mingyu lebih memilih memakannya satu persatu sambil menonton acara kartun di TV. Di sudut, Minghao duduk manis dengan Snowy di pangkuannya, menyantap keripik favoritnya dengan hati-hati.
Jeonghan duduk di sofa sambil membaca majalah, sesekali mengawasi ketiga anaknya yang sedang asyik menikmati cemilan. Suasana begitu tenang dan nyaman, hingga tiba-tiba ia melihat Minghao yang wajahnya mendadak berubah.
Minghao meletakkan lagi keripik kentangnya di mangkok yang tergeletak di atas meja begitu saja, wajahnya cemberut. Ia memeluk Snowy erat-erat sambil memalingkan wajah, seolah tidak mau makan lagi.
Jeonghan segera menyadari perubahan sikap anak bungsunya itu. Ia mendekat, duduk di sebelah Minghao sambil menyentuh pundaknya dengan lembut. "Haohao, ada apa sayang? Kamu nggak mau makan lagi? Biasanya kamu paling semangat kalau ada keripik kentang, loh."
Minghao menggeleng pelan, masih dengan wajah murung. "Haohao nggak mau makan lagi, Mami," jawabnya pelan.
Jeonghan mengernyitkan alis. "Kenapa? Apa keripiknya nggak enak?"
Minghao menggeleng lagi, kali ini sambil menunjuk kedua kakaknya, Dokyeom dan Mingyu, yang duduk tak jauh dari mereka. Kedua anak itu tampak menahan tawa, saling melirik satu sama lain.
"Kyeomie sama Mingoo bilang... perut Haohao udah terlalu bulat," ucap Minghao dengan suara kecil, matanya berkaca-kaca. Lalu Minghao mengangkat sedikit bajunya, memperlihatkan perutnya yang memang bulat.
Jeonghan menahan senyum. Ia menatap Minghao dengan penuh kasih sayang, lalu memperhatikan perut kecil anaknya yang memang terlihat bulat. Dengan lembut, Jeonghan merapikan baju tidur Minghao yang tadi tersingkap, dan ia tak bisa menyangkal—perut bulat Minghao memang menggemaskan sekali.
Jeonghan berjongkok di sampingnya dan mengusap pelan perut Minghao yang bulat itu. "Haohao, Mami lihat, perut kamu memang bulat, tapi itu artinya Haohao sehat, Haohao rajin makan. Kamu tahu, kalau anak-anak sehat, perut mereka kadang memang kelihatan kayak balon kecil. Itu bukan masalah sama sekali. Lagian lucu kok."
Minghao tetap memeluk Snowy erat, meskipun kini sedikit tersenyum. Tapi jelas, hatinya masih sedikit terluka oleh candaan kakak-kakaknya.
Melihat itu, Dokyeom, yang merasa bersalah, langsung bangkit dari sofa dan menghampiri adiknya. "Maaf ya, Haohao. Kyeomie cuma bercanda. Perut Haohao lucu, kok. Malah Kyeomie suka kalau Haohao sehat dan lucu kayak gini," katanya sambil mengusap kepala Minghao.
Mingyu yang juga merasa bersalah ikut mendekat dan duduk di samping Dokyeom. "Iya, Haohao, Mingoo juga cuma bercanda. Perut Haohao itu kayak balon, tapi lucu. Kayak balon yang disayang sama Mami, Papi, sama kami juga."
Perlahan tapi pasti, senyum kecil mulai muncul di wajah Minghao. Ia menatap kakak-kakaknya dengan penuh rasa ingin tahu, seolah belum sepenuhnya percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...