Pagi hari, selesai sarapan, Seungcheol bersiap untuk ke kantornya, ia tengah memandangi istrinya yang sedang memakaikannya dasi.
"Udah rapih, liat bos besar kita," ujar Jeonghan sambil menatap Seungcheol.
Hari ini adalah hari penting bagi Seungcheol—ada rapat besar di kantornya, sebuah proyek yang sudah lama ia sipkan. Jeonghan lalu membawakan tas kerja Seungcheol dan mengantarnya ke depan. Sementara itu, suara ceria Minghao terdengar dari ruang tengah, membuat suasana rumah yang tenang mendadak riuh.
"Mami! Papi!" suara kecil Minghao memanggil sambil setengah berlari menuju kamar mereka. Bocah kecil itu langsung memeluk kaki Seungcheol yang baru saja selesai bersiap.
"Haohao?" Seungcheol mengerutkan kening, lalu tersenyum lembut. Ia langsung membawa Minghao dalam pelukannya, lalu mereka berjalan ke depan. "Kenapa, Haohao? Pagi-pagi udah semangat banget."
Jeonghan mengikuti langkahnya, ia lihat kedua anaknya yang lain sibuk menonton televisi. Melihat ayahnya akan pergi, yang lain meninggalkan acara televisi favorit mereka begitu saja lalu menghampiri Seungcheol, Jeonghan, dan Minghao. Kini mereka berdiri di depan pintu rumah.
"Papi, Haohao ikut Papi kerja, ya?" katanya penuh harap, matanya berbinar penuh semangat.
Seungcheol tertawa pelan, mengusap rambut lembut Minghao yang acak-acakan. "Ikut kerja? Kamu tahu nggak, di kantor Papi nanti banyak orang dewasa. Kamu pasti akan bosan kalau ikut papi."
Tapi Minghao menggeleng kuat, pelukan di leher Seungcheol semakin erat. "Haohao nggak akan bosan! Haohao mau lihat Papi kerja lagi kayak waktu itu, ikut duduk di kursi besar Papi!" jawabnya penuh tekad.
Seungcheol menghela napas panjang, ia mengusap puncak kepala Minghao. "Tapi Haohao, kamu bisa main di rumah sama Mami, Kyeomie, Mingoo. Nanti setelah Papi pulang, kita bisa main bareng lagi, gimana?"
Minghao tetap menatap Seungcheol dengan tatapan keras kepala, bibirnya cemberut. "Haohao mau ikut, Papi," suaranya berubah lirih, seolah menahan tangis. Tanpa menunggu jawaban, tangannya memeluk leher Seungcheol erat-erat.
Melihat anak bungsunya memeluk Seungcheol seperti itu, Jeonghan langsung mengeluarkan suara. "Haohao, kamu nggak bisa ikut Papi ke kantor. Di sana nggak ada mainan, nanti kamu bosan, Sayang," katanya lembut, mencoba membujuk. Jeonghan mengerti niat Minghao sekarang kenapa pagi ini ia ingin langsung mandi dan memakai pakaian rapih.
Namun Minghao tetap menggeleng kuat di pundak Seungcheol. "Nggak mau! Waktu itu bisa! Haohao mau ikut Papi! Haohao mau sama Papi!" serunya keras, kali ini benar-benar memaksa.
Seungcheol tersenyum tipis, melihat wajah Minghao yang mulai memerah karena marah. "Dia keras kepala kayak kamu, Han," bisiknya sambil tertawa kecil. Jeonghan mendesah, melihat betapa gigihnya putranya kali ini.
Sementara Dokyeom dan Mingyu hanya menatap mereka saja.
"Mas, jangan bawa Haohao. kamu ada meeting hari ini kan? Kalau nggak ada meeting sih nggak apa-apa deh ikut, tapi kamu banyak urusan. Nanti kerepotan kalau Haohao rewel," ujar Jeonghan dengan nada khawatir, meskipun ia tahu, ketika Minghao sudah memutuskan sesuatu, sulit untuk mengubah pikirannya.
Dokyeom, sebagai kakak tertua, membuka suara, "Haohao mau ikut Papi? Nggak mau di rumah aja main sama Kyeomie sama Mingoo?"
Minghao menggeleng perlahan, "nggak mau... mau sama Papi," ujarnya, terdengar begitu lirih.
Akhirnya, Seungcheol menghela napas pasrah, mengelus punggung Minghao yang masih memeluknya erat. "Oke, oke. Kamu boleh ikut, tapi janji sama Papi, Haohao nurut, ya? Setuju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...