Chapter 10 : A Day Full Of Joy 6

239 33 14
                                    

Setelah kejadian di pantai sore itu, Seungcheol bisa merasakan ada sesuatu yang berubah. Sepanjang malam, Jeonghan tampak sedikit lebih pendiam dari biasanya. Saat Seungcheol mencoba mengajaknya bicara atau bercanda, Jeonghan hanya merespons seadanya, senyumnya sedikit dan tatapannya sering kali mengarah ke anak-anak atau pemandangan di luar jendela. Seungcheol tahu betul istrinya masih menyimpan sedikit kekesalan. Sepertinya salah memang membuatnya kesal, mungkin Jeonghan memang sedang sensitif, dan eungcheol harus mencari cara untuk membujuknya.

Keesokan paginya, suasana itu belum sepenuhnya hilang. Saat sarapan, Jeonghan tampak sibuk menyiapkan sarapan, tapi tetap menghindari kontak mata dengan Seungcheol. Sesekali Seungcheol mencuri pandang ke arahnya, berharap bisa menangkap senyum atau sekadar tatapan hangat, tapi Jeonghan terus fokus ke rutinitas pagi, seolah-olah tak melihat suaminya.

Seungcheol merasa harus segera bertindak. Ia mencoba mengingat hal-hal kecil yang biasanya membuat Jeonghan tersenyum-seperti pelukan tiba-tiba, bercanda dengan kata-kata manis, atau sekadar menatapnya sambil tersenyum lembut. Tapi kali ini, Jeonghan tampak lebih sulit dijangkau.

Setelah sarapan selesai dan anak-anak sibuk bermain di ruang tengah, Seungcheol mendekati Jeonghan yang sedang membereskan meja makan. Dengan senyum hangat, ia mencoba mengawali percakapan, "Han, kamu sibuk banget hari ini, ya?" tanyanya, berharap bisa mencairkan suasana.

Namun, Jeonghan hanya menjawab pendek tanpa melihatnya, "Nggak," lalu melanjutkan pekerjaannya tanpa menoleh. Melihat respon dingin itu, Seungcheol merasa semakin bersalah.

Tak menyerah, Seungcheol memutar otak mencari cara lain. Ia berjalan mendekat dan mengambil alih salah satu gelas yang sedang dicuci oleh Jeonghan. "Han, gimana kalau aku yang beresin ini, terus kamu istirahat sebentar? Setelah itu, kita pergi jalan-jalan, cuma berdua aja," usulnya dengan nada penuh harapan, berharap ini bisa sedikit meluluhkan hati istrinya.

Namun, Jeonghan hanya menggeleng halus, "Nggak perlu, Mas. Aku nggak capek." Kata-katanya pendek, jelas menunjukkan bahwa ia belum sepenuhnya melupakan kejadian kemarin.

Seungcheol mulai menyadari bahwa pendekatan lembut ini tidak berhasil. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencoba cara yang lebih langsung dan romantis. Pagi tadi, ketika semua orang masih tertidur, ia diam-diam pergi ke kios bunga dekat vila mereka dan membeli seikat bunga segar. Ia menyimpannya di tempat tersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk memberikannya pada Jeonghan.

Setelah memastikan bahwa Jeonghan sedang sibuk mencuci piring dan tak menyadari keberadaannya, Seungcheol mengambil bunga itu dari tempat persembunyian, lalu berjalan mendekati istrinya dengan langkah mantap. Ia menyodorkan bunga itu di depan Jeonghan sambil berkata lembut, "Han, aku punya sesuatu buat kamu."

Jeonghan terkejut dan menoleh, matanya membelalak saat melihat bunga segar di depan wajahnya. Ia berusaha menyembunyikan senyum, tapi matanya mulai melunak, meski ia berusaha tetap tenang. Dengan nada lembut, Seungcheol berkata, "Masih ngambek?"

Jeonghan terdiam sejenak, sebelum akhirnya menghela napas kecil. Senyum tipis mulai muncul di bibirnya, meski masih ada sisa-sisa kekesalan yang terpancar. "Aku nggak ngambek, males aja... dikit."

Seungcheol tertawa pelan, lalu meraih tangan Jeonghan dan menggenggamnya erat. "Maaf ya, Han. Aku nggak bermaksud bikin kamu merasa terabaikan. Kemarin aku beneran nggak merespon wanita itu apa-apa. Aku cuma... nggak nyangka dia akan senekat itu."

Jeonghan mengangguk, matanya kini menatap Seungcheol dengan lebih lembut. "Aku tahu, Mas. Aku tahu kamu nggak tertarik sama dia. Cuma... aku mau kamu lebih peka lain kali. Dan aku nggak suka kalau kamu sampe kontak fisik sama dia."

Seungcheol tersenyum kecil, menganggukkan kepala. "Aku paham, Han. Dan aku janji, aku akan lebih berhati-hati ke depannya." Ia menatap Jeonghan dengan penuh ketulusan, lalu berkata, "Kamu satu-satunya buatku. Bunga ini cuma pengingat kecil kalau kamu itu sangat spesial buatku."

Jeongcheol & the Magic of FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang