Sore itu, Seungcheol tiba di rumah dengan perasaan lega. Beban yang selama ini ia rasakan di kantor perlahan mulai terangkat, seiring dengan situasi perusahaan yang mulai stabil. Ia membuka pintu dan disambut hangat oleh suara riuh ketiga anaknya di ruang tengah. Dokyeom dan Mingyu terlihat sedang berlomba membuat menara dari balok kayu, sementara Minghao duduk di samping, tertawa kecil sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya, Snowy.
"Papi pulang!" seru Mingyu, menjadi yang pertama menyadari kehadiran Seungcheol.
Anak-anak langsung berlarian menuju ayah mereka, berhamburan untuk memeluknya. "Papi, main dong!" Minghao menarik tangan Seungcheol, sementara Dokyeom dan Mingyu mengikuti dari belakang.
Seungcheol tertawa, melepaskan tasnya dan memeluk ketiga anaknya dengan hangat. "Sebentar, ya."
Jeonghan melongok dari dapur dan tersenyum lebar saat melihat Seungcheol masuk. "Mas, sudah pulang?" tanyanya sambil berjalan mendekat.
Setelah melepas jasnya, Seungcheol menarik Jeonghan ke samping, sedikit menjauh dari anak-anak. Tatapannya serius namun penuh ketenangan, membuat Jeonghan tahu bahwa suaminya ingin membicarakan sesuatu yang penting.
"Han, ada beberapa hal yang aku perlu sampaikan," ucapnya sambil meraih tangan Jeonghan.
Jeonghan mengangguk, mendengarkan penuh perhatian. Seungcheol mulai menceritakan kondisi perusahaan yang perlahan membaik setelah kasus penggelapan dana yang sempat mengancam stabilitasnya. Setelah memastikan masalah itu ditangani dengan serius, kini fokus Seungcheol beralih pada dinamika di lingkup kerja yang lebih personal—terutama menyangkut salah satu karyawannya, Sera, yang belakangan ini sering membuat Jeonghan merasa tidak nyaman.
"Aku sadar kalau Sera kadang bertingkah di luar batas profesional, dan aku tahu itu bikin kamu khawatir. Aku nggak mau kamu terus merasa seperti ini," ucap Seungcheol dengan nada tegas. "Makanya, aku sudah memutuskan untuk memindahkan tugasnya di luar kota. Dia nggak akan bekerja langsung sama Mas lagi."
Jeonghan menghela napas lega, merasa dihargai karena Seungcheol begitu peduli dengan perasaannya. "Makasih, Mas. Aku tahu ini pasti sulit buat kamu, apalagi perusahaan baru aja stabil."
Seungcheol tersenyum tipis, lalu melanjutkan, "Mas juga sudah nyiapin beberapa kandidat baru untuk jadi sekretaris. Tapi, seperti biasa, Mas ingin kamu yang milih, Han. Kamu yang paling tahu siapa yang bisa bikin kamu nyaman."
"Harusnya Mas dong yang nyaman, bukan aku," ujar Jeonghan lalu tertawa. Mereka bertatapan sejenak, Seungcheol sangat paham dengan perilaku istrinya.
Sambil berkata begitu, Seungcheol membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa berkas kandidat yang telah diseleksi oleh tim HR. Jeonghan duduk di sampingnya di sofa, memperhatikan profil-profil kandidat yang sudah dipilih dengan seksama. Ketiga anak mereka juga mulai mendekat, penasaran melihat ayah dan ibu mereka tampak serius.
"Ada apa, Papi sama Mami lagi serius banget?" tanya Dokyeom, anak tertua mereka yang selalu ingin tahu.
Jeonghan tertawa kecil dan membelai kepala putranya. "Papi dan Mami lagi memilih teman kerja baru buat Papi."
"Boleh nggak, Kyeomie juga ikut bantu pilih?" tanya Dokyeom dengan mata berbinar-binar, membuat Seungcheol dan Jeonghan tertawa kecil.
"Kalau gitu, gimana kalau Kyeomie bantu lihat berkas-berkas ini?" tawar Seungcheol sambil tersenyum, lalu memberi Dokyeom salah satu berkas yang memang tidak penting.
Mingyu ikut nimbrung, mencoba melihat dokumen-dokumen di pangkuan Jeonghan. "Kalau aku pilih juga boleh?" tanyanya sambil mengerutkan dahi seolah sedang serius.
Jeonghan tersenyum lebar, memeluk kedua putra kembarnya itu dengan lembut. "Boleh, tapi Mami sama Papi yang akan pilih orang yang paling cocok, ya."
Sementara itu, Minghao hanya duduk di samping mereka sambil mengayun-ayunkan kakinya dan mengelus Snowy, menikmati kebersamaan keluarga mereka tanpa terlalu banyak ikut campur. Sore itu, Seungcheol dan Jeonghan meluangkan waktu bersama untuk berdiskusi, diiringi tawa kecil anak-anak mereka yang selalu membuat suasana rumah hangat.
Ketika malam semakin larut dan anak-anak mulai lelah, Seungcheol menyampaikan satu hal terakhir kepada Jeonghan.
"Han, terima kasih udah selalu ada buat aku. Aku tahu kamu ngelakuin ini semua buat aku dan perusahaan juga. Aku yakin keputusanmu akan selalu yang terbaik." Jeonghan tersenyum, memeluk Seungcheol dan membisikkan kata-kata lembut penuh kasih. Di dalam hatinya, ia merasa beruntung memiliki suami yang selalu mendengarkan dan menghargainya, di tengah semua kesibukan dan tanggung jawab besar yang mereka pikul bersama.
Setelah selesai membicarakan kandidat sekretaris, Seungcheol menyandarkan diri di sofa, menatap Jeonghan dan anak-anak dengan tatapan penuh kebahagiaan. Melihat ketiga anaknya yang masih berkumpul di sekelilingnya, ia merasa inilah momen yang tepat untuk mengumumkan sesuatu yang sudah lama ia rencanakan.
"Anak-anak, ada yang Papi mau kasih tahu," kata Seungcheol dengan senyum misterius di wajahnya. Ketiga anaknya langsung menatap ayah mereka dengan penuh penasaran.
"Apa, Papi?" Dokyeom bertanya dengan antusias.
Jeonghan pun melihat Seungcheol dengan rasa ingin tahu, karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam senyuman suaminya malam itu.
"Kalian masih ingat nggak kalau Papi pernah janji, setelah semua masalah kerjaan selesai, kita akan pergi berlibur?" Seungcheol menatap mereka satu per satu. Wajah anak-anaknya mulai berbinar, penuh kegembiraan.
Mingyu langsung bersorak, "Berlibur, Papi? Beneran? Ke mana?" Sementara Dokyeom dan Minghao ikut melonjak kegirangan.
"Iya, liburan keluarga. Semua udah Papi rencanakan, dan kita akan pergi minggu depan, kita akan pergi ke pantai. Papi udah booking tempat untuk kita tinggal selama seminggu. Di sana kita bisa berenang, bermain pasir, dan menikmati waktu bersama tanpa gangguan," jawab Seungcheol, sambil tersenyum lebar melihat anak-anaknya yang kini melompat-lompat kegirangan.
"Wah, terima kasih, Papi!" seru Minghao sambil memeluk bonekanya, Snowy, erat-erat. Sepertinya, ia sudah membayangkan petualangan seru yang akan ia alami bersama keluarganya.
Jeonghan menatap Seungcheol, tak menyangka suaminya telah mengatur semuanya. "Mas, kamu udah atur semua ini tanpa kasih tahu aku?" tanyanya dengan senyum tak percaya.
Seungcheol mengangguk sambil meraih tangan Jeonghan. "Aku tahu kita semua butuh waktu istirahat setelah semua ini. Jadi, aku pastikan liburan ini spesial untuk kita semua."
Jeonghan tersenyum lembut, menyadari betapa perhatian dan berusahanya Seungcheol menjaga keluarga mereka di tengah kesibukan sebagai seorang pemimpin. "Mas, makasih. Kamu selalu tahu apa yang kita butuhkan," ucapnya sambil menggenggam tangan suaminya erat.
Anak-anak tak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka, berlari-lari kecil mengitari ruang tamu sambil meneriakkan berbagai tempat yang ingin mereka kunjungi.
"Papi, aku mau lihat pantai!" ujar Dokyeom penuh semangat.
"Aku mau main pasir!" sahut Mingyu, ikut antusias.
"Mau bawa Snowy ke pantai juga," tambah Minghao dengan polos.
Seungcheol tertawa melihat antusiasme mereka. "Kalian tenang aja, ya. Di sana ada pantai, pasir, dan banyak tempat seru lainnya yang Papi yakin kalian pasti suka. Kita akan membuat banyak kenangan bersama."
Malam itu menjadi momen penuh kegembiraan di rumah keluarga Anderson. Mereka semua tak sabar menantikan liburan pertama mereka bersama setelah sekian lama. Di tengah riuh rendah suara anak-anak, Seungcheol dan Jeonghan saling bertukar pandang penuh makna, merasa bersyukur atas keluarga kecil mereka yang penuh cinta dan tawa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hai Hai Hai...
gimana kabarnya hari ini?
gimana harinya?di tunggu momen liburan keluarganya yaa
mungkin nanti, chapter 10an, sekarang chapter 9 masih ada beberapa lagi teman-temanmau tunjukin momen manis keluarga ini setelah huru hara
terimakasih
byeee🧚♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol & the Magic of Family
RomanceJeongCheol ft 97L Setelah beberapa tahun menikah, kehidupan Jeonghan bersama Seungcheol dan tiga anak mereka-Dokyeom, Mingyu, dan Minghao-berjalan penuh kehangatan dan canda tawa. Meski rutinitas mereka tampak sederhana, Jeonghan selalu menemukan ke...