Chapter 4 : Endless Love in Simple Acts 1

483 28 0
                                    

Hari ini seperti hari-hari biasa lainnya, hari yang melelahkan di kantor bagi Seungcheol. Tapi baginya, melihat wajah istri dan anak-anaknya bisa menjadi sebuah obat rasa lelah.

Seungcheol baru saja sampai di rumah setelah hari yang cukup melelahkan di kantor. Begitu masuk, matanya langsung mencari Jeonghan. Jeonghan muncul dari arah dapur, masih mengenakan celemek dengan sedikit tepung di pipinya.

"Mas udah pulang?" sapanya sambil melepaskan celemek dan berjalan mendekat.

Seungcheol tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum kecil sebelum menarik Jeonghan ke dalam pelukan hangat. Jeonghan sedikit kaget dengan gerakan tiba-tiba itu, tapi kemudian tersenyum kecil, membalas pelukan suaminya dengan penuh rasa sayang. Pelukan itu erat, seolah-olah Seungcheol tidak ingin melepaskan Jeonghan.

"Sebentar, ya, sayang. Rasanya capek mas hilang gitu aja kalau kaya gini..." kata Seungcheol. Jeonghan lalu tersenyum dan mempererat pelukan itu.

Setelah beberapa detik, Jeonghan menarik diri sedikit, menatap Seungcheol dengan rasa penasaran. Namun, sebelum sempat bertanya, Seungcheol tiba-tiba mengeluarkan sebuket bunga mawar merah dari balik punggungnya. Jeonghan menatap bunga itu dengan mata berbinar, tapi juga bingung. "Loh, ini apa? Ada apa, Mas?"

Seungcheol tersenyum lembut sambil menyodorkan bunga itu ke tangan Jeonghan. "Nggak ada acara khusus, kok. Aku cuma mau ngucapin terima kasih. Kamu udah ngurus semuanya dengan baik, dari rumah, anak-anak, dan aku. Aku tahu ini nggak mudah, tapi kamu selalu bisa nanganin semuanya. Aku bener-bener bersyukur punya kamu."

Jeonghan menatap Seungcheol, tersentuh oleh ucapannya. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia tersenyum, mencoba menahan air mata harunya. "Mas, kok tiba-tiba kasih bunga? Aku seneng kok ngelakuin semua ini. Nggak perlu sampe ngasih bunga segala, aku udah cukup bahagia sama kamu dan anak-anak."

Seungcheol tertawa kecil, lalu mengusap pipi Jeonghan yang masih ada sisa tepung dari aktivitas memasaknya. "Tetap aja, Hanie, sayangku. Aku cuma mau ngasih sesuatu buat ngasih tahu kalau semua yang kamu lakuin itu nggak pernah aku anggap remeh. Kamu yang bikin rumah ini jadi rumah, bikin semuanya nyaman. Kamu selalu bisa bikin suasana jadi tenang, walaupun anak-anak kadang ribut."

Jeonghan tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya ke dada Seungcheol lagi, merasa sangat dihargai dan dicintai. "Makasih ya, Mas. Aku juga bersyukur banget punya Mas di sampingku."

Seungcheol mengecup kening Jeonghan pelan, seolah ingin memastikan rasa terima kasihnya sampai ke hati istrinya. "Aku sayang banget sama kamu," bisiknya lembut.

Jeonghan tertawa pelan, "Aku juga sayang banget sama Mas."

Tepat di saat itu, suara kecil dari ruang keluarga terdengar. Suara tawa Minghao yang riang disusul suara Dokyeom yang tampaknya sedang bercanda dengan adik bungsunya. "Papi! Papi pulang! Ayo main sama aku!" teriak Mingyu tak mau ketinggalan.

"Sana main sama Papi, Mami masih masak," ujar Jeonghan. Dan Seungcheol langsung menghampiri anak-anak.

Di dapur, Jeonghan mengecek masakan yang hampir matang. Ia menambahkan sedikit bumbu, mencicipinya, lalu tersenyum puas. Sementara masakannya mendidih pelan, ia menata meja makan, meletakkan piring dan sendok dengan rapi. Pikirannya sempat melayang ke bunga mawar yang baru saja diberikan oleh Seungcheol. Jeonghan merasa hatinya menghangat.

Setelah selesai mengurus dapur, Jeonghan memutuskan untuk menata bunga mawar yang tadi diberikan oleh suaminya. Ia mengambil vas bunga dari atas rak, mengisinya dengan air secukupnya, lalu mulai menata mawar-mawar merah itu dengan hati-hati. Setiap kelopak mawar ia perlakukan dengan lembut, seolah-olah itu adalah simbol cinta yang diberikan Seungcheol untuknya.

Jeongcheol & the Magic of FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang