CHAPTER 1

723 55 3
                                    

   Hari ini hari yang sangat lambat dan membosankan, seorang tuan muda terlihat sedang memakan biji bunga matahari miliknya sembari melempar-lemparkan ke jalanan.

Dia menopangkan wajahnya pada lengannya. Sembari menghela nafas dia berkata "Hari ini kenapa tidak ada yang mau beli arakku???" Lirih terdengar suaranya. Keputusasaan menyelimuti suara itu.

Dia tuan muda yang terlihat sangat manis, dengan mata bulat, rambut panjang, pipi gembil, dan kulit putih bersinar. Dia terlihat seperti bunga mawar putih di pagi hari. Namanya adalah Baili Dongjun.

Baili Dongjun berjalan terluntang lantung kembali masuk kedalam warung arak miliknya.

Dia kembali duduk di salah satu meja kosong, tangannya kembali menopang wajahnya. Bibirnya maju, cemberut, namun bukannya terlihat jelek dia malah terlihat semakin menggemaskan.

"Bagaimana agar kedai menjadi lebih ramai ya?" Dia bertanya pada diri sendiri "Sikong Changfeng... Sikong Changfeng..." Panggilnya. Dia menoleh ke arah belakang sesosok pemuda terlihat sedang mengistirahatkan kepalanya di atas meja tidak bergerak. Ia tertidur sangat pulas hingga tidak mendengar panggilan dari Baili Dongjun. Pemuda itu adalah Sikong Changfeng "Ck! Dasar anak ini"

Baili Dongjun mengambil sebuah piring kecil dan melemparkannya ke arah Sikong Changfeng.

Tanpa di sangka-sangka, Sikong Changfeng menangkap piring kecil itu. Dia mendongak, matanya masih terlihat merah mata orang baru bangun tidur. Dia meletakkan piring itu dengan hati-hati di atas meja.

"Bos, kenapa kau melemparku lagi?" Tanyanya bingung

"Kerjaanmu hanya tidur saja! Ayo kemari bantu aku berpikir!"

Sikong Changfeng mengerutkan alisnya "Untuk apa?"

"Waiyoh!" Baili Dongjun memukul-mukul kepalanya sendiri "Kau lihat kedai arak ini. Apakah ada yang aneh!?"

Sikong Changfeng melihat sekitar dengan tatapan bingung "eum.. masih ada pintu, jendela dan meja. Sepertinya normal"

Baili Dongjun kembali melemparkan sesuatu pada Sikong Changfeng. Kali ini itu adalah sumpit "KAU LIHAT APAKAH ADA ORANG LAIN SELAIN KITA DIDALAM SINI!" Teriaknya

"Aaah...oooh! Aku baru sadar!"

Baili Dongjun menghela nafas berat "Kalau kita terus sepi seperti ini, bagaimana kita bisa melanjutkan hidup?" Lirihnya

"Eh Bos, apakah tidak ada pelanggan yang datang. Sama sekali?"

Baili Dongjun menggeleng "Tidak..." Jawabnya "Ya sudahlah sebentar lagi tutup saja. Toh sudah akan gelap, Changfeng hari ini tugasmu memasak makan malam, aku mau mandi dulu. Setelah itu aku pikirkan jalan keluar untuk kita karena tabunganku hanya cukup untuk seminggu paling lama"

Baili Dongjun melangkahkan kedua kakinya. Setiap langkah terdengar sangat berat.

    Setelah selesai memasak makan malam, Sikong Changfeng naik ke lantai atas untuk memanggil Baili Dongjun.

Ketika tangannya berada didepan pintu, bermaksud ingin mengetuk pintu kamar Baili Dongjun, disaat itulah hidungnya mencium sesuatu.

Aroma wangi bunga. Wangi yang sangat segar membuat Sikong Changfeng ingin terus mencium wangi segar itu.

Dari kamar Baili Dongjun terdengar suara percikan air.

"Pasti dia sedang mandi" Batin Sikong Changfeng

Tanpa berpikir lagi, Sikong Changfeng semakin mendekatkan wajahnya pada pintu kamar Baili Dongjun.

Kertas yang menutupi pintu kamar itu cukup tembus pandang jika dilihat dari jarak yang sangat dekat. Membuat pemandangan indah kulit putih berseri yang basah terpampang jelas.

Sikong Changfeng terdiam membeku tidak bisa bergerak, matanya ingin terus menatap pemandangan itu. Apple adam nya naik turun menelan ludah ketika melihat punggung basah nan pucat Baili Dongjun.

Tidak sengaja tangannya mendorong pintu hingga mengeluarkan sebuah bunyi.

"SIAPA?!" Teriak Baili Dongjun

Dengan kecepatan kilat Sikong Changfeng melompat dari lantai dua dan mendarat dengan sempurna ke lantai satu. Dia langsung berlari menuju dapur dan mulai kembali mengaduk-aduk tidak tentu arah sup di dalam kuali.

Tidak lama terdengar langkah kaki Baili Dongjun berjalan mendekati dirinya.

Baili Dongjun menatap tajam pada Sikong Changfeng.

"Hei kau mengintip ya?!" Tuduhnya

Sikong Changfeng mengerutkan dahinya "Ti-tidak!" Sanggahnya

"Lalu apa tadi?!"

"I-itu... Aku ingi memanggil mu untuk makan kebawah. Ternyata k-kau masih mandi ya sudah aku turun saja"

Baili Dongjun semakin memajukan wajahnya pada Sikong Changfeng, membuat Sikong Changfeng semakin panik "Yang benar?"

"I-iya!"

"Hmn ya sudah"

Baili Dongjun menatap penuh semangat masakan yang berada didepannya.

"Wah Changfeng kau masak apa ini bau nya enak sekali?" Tanyanya

"Ini sup bunga teratai dan kaki ayam kecap"

"Waaah aku mau!" Ucapnya penuh semangat

Sikong Changfeng tersenyum "Iya nanti akan ku bawakan. Kau duduk saja disana, di meja makan"

Baili Dongjun melompat kegirangan ketika berjalan menuju meja makan. Tingkahnya itu yang tanpa sadar membawa senyuman diwajah Sikong Changfeng.

Sikong Changfeng berjalan menuju meja makan dengan kedua tangan penuh dengan dua mangkuk.

Dia meletakkan mangkuk nasi yang pertama di hadapan Baili Dongjun dan miliknya di depan Baili Dongjun.

Dia lalu kembali ke dapur untuk membawa dua piring lauk pauk hangat yang baru saja Ia masak.

"Ayo makan..." Ucapnya dengan riang

Baili Dongjun lansung menyedok sup bunga teratai yang dimasak olehnya, dia meniup pelan sup itu dan seketika kedua mata sendu itu membuka.

"Bagaimana, apakah enak?" Tanya Sikong Changfeng

Baili Dongjun mengangguk dengan penuh semangat "LUAR BIASA CHANGFENG!"

Sikong Changfeng tersipu malu mendengar perkataan Baili Dongjun

"Kalau begitu ayo makan yang banyak" Ucapnya

"Kau juga makan!" Baili Dongjun menyedok kaki ayam kecap yang berada di sebelah sup teratai dan menaruhnya kedalam mangkuk Sikong Changfeng "Ayo makan yang banyak. Selama kau bersamaku kau tidak akan kelaparan Changfeng! Aku akan merawat mu karena kau kan teman ked- pertamaku"

Mendengar perkataan Baili Dongjun membuat Sikong Changfeng tersenyum sendu, menatap wajah kegirangan Baili Dongjun saat menyantap masakannya memberikan sensai hangat nan nyaman di dalam hatinya.

"Aku akan memasak lagi untukmu kalau kau mau" dia berkata

"Benarkah?!" Ucap Baili Dongjun tidak percaya

"Hmn.." Sikong Changfeng mengangguk

Baili Dongjun tertawa kegirangan "ya aku mau!"

HIS SHATTERED HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang