"DONGJUN!"
Itu adalah Sikong Changfeng.
"Changfeng!"
Baili Dongjun langsung melompat dan memeluk erat Sikong Changfeng "Ku kira kau Chen Sheng!"
Sikong Changfeng masih tidak percaya Baili Dongjun memeluk dirinya.
"D-dongjun..." Panggilnya
Baili Dongjun langsung tersadar dengan apa yang telah Ia lakukan. Dia langsung melepaskan pelukannya pada Sikong Changfeng.
"Aah Maaf!" Ucapnya
"Tidak apa-apa. Ayo kita pergi sekarang, mereka sedang mencari ke arah yang berlawanan dengan rumah kita!"
Baili Dongjun mengangguk "Hmn!"
Mereka berdua berlari dengan tergesa-gesa sambil sesekali bergantian menoleh kebelakang untuk melihat situasi.
Ketika sudah sampai di dalam rumah, Sikong Changfeng dengan sigap mengunci pintu rumah.
"Dongjun sepertinya kita harus pindah, pasti mereka akan menyusuri daerah sini karena tadi wakil jenderal melihatmu"
"...." Baili Dongjun terdiam, dia bahkan tidak mendengarkan apa yang di katakan oleh Sikong Changfeng.
"Eeeh Dongjun?" Sikong Changfeng mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Baili Dongjun. "Dongjun?!" Dia menaikkan suaranya
Baili Dongjun menatap Sikong Changfeng dengan tatapan bingung.
"Kau kenapa? Apakah berada di dalam peti kecil itu selama beberapa menit membuat otakmu rusak?" Tanyanya bingung
"Changfeng..." Panggilnya
"Ya?"
"Kau menyuruhku untuk memanggil nama orang yang berada di hatiku disaat aku kesusahan, kan?"
"Iya... Kenapa?"
"Aku melakukannya tadi"
"Oh- maaf. Kau pasti berharap Yun-ge mu lah yang akan datang ya" Sikong Changfeng merendah
"Tidak. Itu tidak pernah dia."
"Hah?" Sikong Changfeng masih bingung
"Itu kau! Selalu kau!"
"Eh? Ke-kenapa aku?"
"Bodoh!"
Baili Dongjun menarik Sikong Changfeng dan mencium bibirnya.
Sikong Changfeng membelalak kaget, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia tertegun layaknya sebongkah batu.
Tapi tiba-tiba dia langsung menarik pinggang Baili Dongjun untuk lebih menempel pada dirinya dan membalas ciuman Baili Dongjun.
Dia menuntun Baili Dongjun berjalan menuju meja makan diluar, dan menidurkan tubuhnya di atas meja itu.
Sikong Changfeng melumat habis bibir ranum Baili Dongjun, tangannya memijat-mijat pinggang tuan muda itu. Sikong Changfeng menarik tangan Baili Dongjun dan menahannya di atas meja.
Ciuman semakin dalam, gigitan demi gigitan Sikong Changfeng lakukan pada bibir Baili Dongjun, lidah mereka saling menari di temani oleh sinar rembulan yang semakin tinggi.
Tapi tiba-tiba Sikong Changfeng melepaskan bibir Baili Dongjun. Wajah Baili Dongjun terlihat memerah, bibirnya semakin membengkak.
Dia menatap wajah Baili Dongjun yang semakin cerah dan cantik karena di sinari oleh cahaya bulan malam ini.
"Dongjun..."
"Hmn..."
"Apakah aku bermimpi?"
Baili Dongjun menggeleng "Tidak"
Sikong Changfeng membelai lembut bibir Baili Dongjun, tatapan mereka menggambarkan kalau mereka sedang di mabuk asmara.
"Tapi ketika melihatmu begini membuatku merasa aku sedang bermimpi. Mimpi yang indah dan mustahil untuk di wujudkan"
"Kalau begitu cium aku lagi sampai kau sadar kalau semua ini bukan mimpi"
Sikong Changfeng mengelus-elus pipi lembut Baili Dongjun dengan hidungnya.
"Aku takut jika aku melakukan itu, aku akan melakukan yang lebih padamu. Dan aku tidak mau melakukan itu"
"Kenapa?" Bisik Baili Dongjun
"Karena aku tidak ingin mengambil keuntungan darimu"
Baili Dongjun tersenyum, dia mengecup lembut pipi Sikong Changfeng.
"Kalau kau orang yang ingin mengambil keuntungan dariku, dengan kesadaran penuh akan ku berikan semuanya padamu"
"Karena kau yang bilang begitu, aku janji malam ini aku tidak akan melakukan lebih jauh, tapi akan ku pastikan bibir indah dan leher pucatmu tidak akan mulus lagi besok"
"Oh kalau begi-"
Sikong Changfeng langsung menabrak bibir Baili Dongjun dan melumat habis bibir merah muda dan basah itu.
Semakin lama Sikong Changfeng merasakan bibir Baili Dongjun, semakin manis dan membuat ketagihan pula yang Ia rasakan.
Sikong Changfeng menurunkan bibirnya dan mulai menggigit leher Baili Dongjun.
"Aah Changfeng sakit!" Baili Dongjun mendesah
"Kan sudah ku bilang tadi"
Dia menggigiti dan menjilat habis leher Baili Dongjun.
Dia menepati janjinya untuk tidak melakukan hal yang lebih jauh, namun malam itu dia memakan habis bibir Baili Dongjun di atas meja makan di teras rumah mereka yang ditemani oleh nyanyian jangkrik dan cahaya bulan purnama.
.
.
.
.
.Xiao Ruofeng ternyata ikut dalam pencarian Baili Dongjun, namun dia melakukan itu secara diam-diam.
Dia sedang menunggu didalam kamar di sebuah penginapan sambil menyesap teh hangat dan membaca dokuman yang Ia bawa dari ibu kota.
Tidak lama Xiaoying memasuki kamarnya.
"Yang Mulia" dia memberikan salam hormat
"Xiaoying. Bagaimana dengan Dongjun, apakah dia sudah berhasil kabur dengan temannya itu?" Tanyanya
Xiaoying mengangguk, namun ekspresi wajahnya terlihat seperti orang yang sangat bingung.
"Xiaoying, apa yang terjadi?"
"Yang Mulia jika hamba memberitahukan ini, apakah anda akan marah?"
Xiao Ruofeng mengernyit "Memangnya apa yang ingin kau katakan?" Tanyanya bingung
"O-orang kita mengikuti Baili Dongjun dan temannya. Dan m-mereka berani bersumpah melihat Baili Dongjun dan temannya b-b-bercumbu di bawah sinar bulan dan mungkin melakukan lebih banyak"
Xiao Ruofeng tertegun. Tanpa sadar gelas di dalam genggamannya pecah berkeping-keping.
Xiaoying langsung bersujud dibawah kaki Xiao Ruofeng "Yang Mulia tolong jangan marah!" Dia berkata panik
"Ternyata begitu...." Xiao Ruofeng tersenyum pahit "Xiaoying bangunlah, aku tidak marah. Sudah kau tenang saja, aku akan mencoba berbicara dengan Baili Dongjun besok"
"Yang Mulia-"
"Kau jangan khawatir, aku hanya ingin bertanya secara baik-baik dengannya"
Xiao Ruofeng memberikan senyuman hangatnya pada Xiaoying mencoba menenangkan dirinya yang sudah ketakutan setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SHATTERED HEART
FanfictionBaili Dongjun hancur, benar-benar hancur ketika dirinya dipaksa untuk berpisah dengan Ye Dingzhi, cinta pertamanya dan di jodohkan oleh Xiao Ruofeng. memutuskan untuk kabur dari rumah untuk membuka rumah arak, dan disaat itulah dia bertemu dengan Si...