Baili Dongjun membanting kantung uang miliknya yang sekarang hanya tersisa beberapa koin saja.
"Yep ini adalah uang terakhir kita. Uang ini hanya akan bertahan sampai nanti malam"
Baili Dongjun menatap sendu pada kantung uang miliknya "Changfeng..." Panggilannya dengan tidak semangat
"Ya bos?"
"Apakah kau tidak punya kerabat yang bisa di pinjami uang?" Tanyanya
Sikong Changfeng menggaruk-garuk canggung leher bagian belakangnya "Anu Tuan Bai aku kan besar di jalan tanpa ingatan masa lalu. Jadi aku sama sekali tidak mengingat siapa kerabatku"
Baili Dongjun menghela nafas berat.
"Bagaimana denganmu Tuan Bai? Apakah kau tidak punya sanak saudara?" Sikong Changfeng balik bertanya
Baili Dongjun tertegun sejenak ketika Sikong Changfeng menanyakan tentang keluarganya. Wajahnya berubah menjadi kesal, marah, namun sedih.
"Tidak ada. Aku sudah lama putus hubungan dengan keluargaku. Sekarang aku tidak tau mereka dimana" Jawabnya ketus
"Oh..."
Mereka berdua serempak membenturkan kepala mereka ke atas meja kayu dengan putus asa.
"Apa ku jual saja kedai ini dan pergi ke desa lain?"
"J-jual?!" Sikong Changfeng agak panik mendengar perkataan Baili Dongjun
"Hmn... Akan ku jual saja. Eh Changfeng kau tidak usah khawatir. Kalau pun aku pindah aku tetap akan mengajakmu kalau kau mau"
"Eh- itu... Eheheheheh" Tawa canggung menjadi jawaban dari Sikong Changfeng
"Kau kan sudah seperti seorang adik untukku" Baili Dongjun menepuk-nepuk pelan kepala Sikong Changfeng
Sikong Changfeng mengerutkan dahinya "Adik?"
"Iya adik!"
"Tunggu dulu Tuan Bai. Memang berapa umurmu?"
"Dua puluh" Jawabnya polos
Sikong Changfeng tertawa geli
"Hei kenapa?!"
"Aku sudah dua puluh dua. Aku lebih tua dari mu" Sikong Changfeng balik menepuk-nepuk kepala Baili Dongjun
"Hei!" Baili Dongjun mengembungkan pipinya kesal
"Oh iya Tuan Bai. Bagaimana kalau aku hari ini keluar?"
"Mau kemana kau rupanya?"
"Aku akan mencoba mencari pekerjaan, atau apapun itu. Yang penting bisa mendapatkan uang untuk menyambung hidup kita selama beberapa hari sebelum kau menjual toko"
"Eum... Terserah kau saja"
Sikong Changfeng beranjak dari tempat duduknya dan meraih tombaknya "Kalau begitu aku pergi dulu" dia melambai pada Baili Dongjun
"Ya jangan lupa pulang sebelum makan malam!" Teriak Baili Dongjun "eh- tunggu dulu. Kenapa aku terdengar seperti seorang istri? Hiiih!"
Sikong Changfeng menghabiskan harinya di desa tetangga bekerja kasar, membantu pedagang, atau hanya sekedar membersihkan toko. Dia juga mampir ke sebuah sungai yang di lalui nya untuk menombak ikan dan pulang dengan membawa dua ekor ikan sungai segar.
Di tengah perjalanan kembali, Sikong Changfeng melihat kerumunan orang mengerubuti papan pengumuman.
Karena rasa penasaran, Sikong Changfeng mendekati papan pengumuman itu.
"Ada apa ini?" Tanyanya
"Hei nak kau tau keluarga jenderal besar terkenal Baili?" Tanya seorang pria tua
Sikong Changfeng mengangguk
"Pewaris mereka hilang. Mereka membuat pengumuman sayembara untuk menemukan Tuan Muda Baili. Dan hadiahnya sangat besar"
Mata Sikong Changfeng membulat "Benarkah?"
Dia langsung berjalan menuju papan pengumuman itu, menerobos beberapa orang yang masih menutupi papan itu.
Ketika sudah berdiri tepat di depan papan itu, dia mulai membaca.
"Siapapun yang menemukannya akan diberi hadiah dua ratus emas dan di angkat menjadi keluarga Baili. Dan siapapun yang menyembunyikannya akan di hukum eksekusi...."
Seketika Sikong Changfeng bergidik membaca hukuman yang juga tertulis di kertas pengumuman itu.
Tepat di sebelah kertas itu, ada sebuah lukisan. Lukisan dari Tuan Muda itu.
"Wah dia cantik.... Tapi kenapa dia terlihat tidak asing bagiku?" Bisik Sikong Changfeng. "Baili Dongjun? Baili Dongjun?" Matanya seketika membelalak "BAILI DONGJUN!?" Pekiknya yang membuat beberapa orang yang lalu lalang jadi memperhatikan dirinya. Sikong Changfeng tersenyum malu pada orang-orang itu. "Sial Baili Dongjun, Bai Dongjun. Jadi bosku adalah Tuan muda yang hilang?! Tidak... Tidak ada yang boleh melihat poster ini atau dia akan berada dalam bahaya!"
Sikong Changfeng melihat sekeliling, ketika sudah sunyi, dia merobek poster yang berisi lukisan wajah Baili Dongjun dan membawa pergi poster itu.
Sepanjang perjalanan Sikong Changfeng masih berusaha mencerna tentang fakta bahwa Bai Dongjun adalah Baili Dongjun.
"Selama ini aku selalu mendengar tentang Tuan Muda Baili yang dikatakan sangat cantik tanpa celah, namun juga misterius. Tidak kusangka ternyata dia adalah bos ku?!- eh tapi tunggu. Kenapa dia kabur dari rumah. Apakah terjadi sesuatu?"
Dirinya terlalu terbawa suasana, dan tidak sadar dia hampir berjalan melewati Baili Dongjun yang sedang mengatur makanan di meja.
"Eeeh Changfeng" Panggil Baili Dongjun
Namun dia hanya tetap berjalan tampa membalas.
"Sikong Changfeng!" Baili Dongjun menaikkan suaranya
"Ah ya! Maaf Tuan Bail- Bai aku sedang berpikir sejenak"
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Baili Dongjun
"Errr.... AH INI ADA IKAN YANG BARU KU TANGKAP!" Sikong Changfeng mencoba mengalihkan pembicaraan
Mata Baili Dongjun membelalak kegirangan melihat dua ekor ikan segar di tangan Sikong Changfeng.
"Yey aku akan membuat sup ikan besok!"
"Oh ya Bos ini ada sedikit uang" Sikong Changfeng memberikan kantung uangnya pada Baili Dongjun "Bisa untuk kita selama beberapa hari"
"Oh..." Baili Dongjun mengembalikan kantung uang itu pada Baili Dongjun "Kau simpan saja Changfeng. Nanti kalau aku butuh aku minta padamu"
"Tapi Bos kan kau yang butuh-"
"Ah sudah kau tenang saja. Lagi pula agak canggung ketika kau memberikan uang hasil kerjamu padaku... Seperti sepasang suami istri" Bisik Baili Dongjun
"Hah? Kau berkata apa?"
"Ah tidak-tidak! Ayo kau makan saja duluan. Aku mau membersihkan ikan ini"
Baili Dongjun langsung cepat-cepat berlari dari Sikong Changfeng.
Sikong Changfeng masih tetap memperhatikan Baili Dongjun "Sekarang aku harus bagaimana. Pasti cepat atau lambat banyak orang yang akan mengenalimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SHATTERED HEART
Fiksi PenggemarBaili Dongjun hancur, benar-benar hancur ketika dirinya dipaksa untuk berpisah dengan Ye Dingzhi, cinta pertamanya dan di jodohkan oleh Xiao Ruofeng. memutuskan untuk kabur dari rumah untuk membuka rumah arak, dan disaat itulah dia bertemu dengan Si...