CHAPTER 5

375 40 10
                                    

  Xiao Ruofeng tengah menyiram tanaman, dia tidak seorang diri, di ditemani oleh saudara seperguruannya, Lei Mengsha.

"Aiyo Fengqi cuacanya sangat bagus. Kau tidak berencana keluar. Siapa tau bisa mendapatkan nyonya cantik di jalan untuk menjadi istri sang raja Langya?"

"Bagaimana rekasi Xinyue Jie jika dia mendengar kau mengatakan ini?" Jawab Xiao Ruofeng. Suaranya terdengar sangat tenang dan lembut.

"Heiii kau mengancamku?!"

Xiao Ruofeng tersenyum hangat "Tidak... Hanya melontarkan sebuah pertanyaan"

Tidak lama kemudian salah seorang kaki tangan Xiao Ruofeng mendatangi mereka.

"Yang Mulia" dia berlutut memberi hormat pada Xiao Ruofeng

"Xiaoying. Ada apa?" Tanyanya

"Mata-mata kita mengatakan Baili Dongjun sudah pergi dari kota karena identitas nya sudah di ketahui"

"Hah? Dia ketahuan?" Ada kekhawatiran di wajah Xiao Ruofeng "Bagaimana keadaannya. Apakah dia baik-baik saja? Orang-orang pasti mengincar dirinya. Apalagi dia tidak bisa dan tidak mau belajar bela diri"

"Waiyooh Fengqi, kau tidak kasihan dengan Xiaoying. Kau msnghujani dirinya dengan banyak pertanyaan, bahkan kau tidak memberikan dia waktu untuk bernafas. MUAHAHAHAHAH" Suara tawa Lei Mengsha bergema

Xiao Ruofeng tersenyum malu-malu "Ah maaf Xiaoying. Aku terlalu bersemangat"

"Tidak apa-apa yang mulia. Pelayan ini pasti akan menjawab semua pertanyaan yang mulia." Jawabnya "Dia hampir di tangkap oleh berandalan, namun sepertinya dia membentuk hubungan pertemanan. Dia di tolong oleh anak muda bersenjata tombak. Anak muda itu terlihat cukup hebat"

"...." Xiao Ruofeng tertegun "A-anak muda? Seorang pria?" Tanyanya

Xiaoying mengangguk "Iya, yang mulia"

Ada kecemburuan didalam hati Xiao Ruofeng. Namun dia tetap tersenyum lembut pada Xiaoying "Mungkin hanya teman seperjalanan. Xiaoying, awasi terus dia. Tutupi penyamarannya se maksimal mungkin. Jangan sampai dia tertangkap"

Xiaoying mengangguk "Baik, yang mulia"

"Hei Fengqi kenapa kau justru malah melindunginya, dan mendukung dirinya yang minggat dari rumah. Lari dari pernikahannya denganmu. Kalau kau mau kita bisa menjemputnya sekarang?" Tanya Lei Mengsha bingung

Xiao Ruofeng tersenyum kecil "Biarlah dia bebas. Mungkin dia masih belum siap menikah denganku, aku tidak akan memaksa dirinya untuk melakukan hal yang tidak dia suka. Kalau dia sudah bosan berkelana, dia pasti akan kembali kepadaku"

"Waiyoh Fengqi, orang sepertimu terlalu baik. Takutnya kalau tidak bergerak cepat dia akan diambil orang"

"Hahah tidak... Kalau memang milikku tidak akan pergi kemana" Jawabnya dengan suara tenang. Meskipun begitu kata-kata Lei Mengsha berhasil masuk kedalam otak Xiao Ruofeng.


     Sikong Changfeng dan Baili Dongjun berdiri di tengah perbatasan gerbang kota.

"Jadi kau mau kemana selanjutnya?" Tanya Sikong Changfeng

Baili Dongjun menaikkan kedua bahunya "Entahlah. Kemanapun angin membawaku" Jawabnya

"Kau yakin kau bisa sendiri?"

Baili Dongjun tersenyum "Kau tenang saja, aku pasti bisa. Terima kasih ya karena tidak membawa ku pulang." Ucapnya

"Kalau kau mau aku bisa menemanimu. Kita pergi berkelana bersama. Hanya kalau kau mau. Tapi, jika kau butuh diriku, kau bisa menggunakan ini" Sikong Changfeng memberikan sebuah peluit kecil pada Baili Dongjun "Ini peluit dari mendiang ayah angkatku. Peluit ini jika di tiup suaranya bisa terdengar sampai ratusan mil. Kau bisa meniup peluit ini jika kau ingin menemui ku. Jika kita berjodoh, aku akan mendengarnya dan datang kepadamu"

Baili Dongjun tersenyum kegirangan "Terima kasih Changfeng!"

Baili Dongjun berbalik memunggungi Sikong Changfeng, dan dia mulai berjalan pergi menjauh.

Sikong Changfeng masih tetap menatap Baili Dongjun, jauh didalam lubuk hatinya, dia sangat berat untuk berpisah dengan Baili Dongjun.

"Tolong berbalik. Ayo berbalik dan ajak aku bersamamu. Dewa mungkin aku terdengar tidak tau diri. Tapi tolong buatlah hatinya berubah dan berbalik kepadaku" Sikong Changfeng memohon dalam hati.

Tiba-tiba langkah Baili Dongjun terhenti, dia lalu menoleh kepada Sikong Changfeng, dan dengan senyuman yang lebar dia berkata.

"Changfeng. Kau mau tidak menemaniku?" Tanyanya

Sikong Changfeng tersenyum lebar. "MAU!" Teriaknya

"Kalau begitu ayo!"

Sikong Changfeng berlari menuju Baili Dongjun. Tidak pernah di dalam hatinya dia sebahagia ini. Sikong Changfeng dengan refleks menarik tangan Baili Dongjun dan membawa dirinya berlari.

"Eeeh Changfeng pelan-pelan!" Teriak Baili Dongjun

HIS SHATTERED HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang