Dua bulan kemudian....
Dua bulan sudah tragedi naaa di Tianqi terjadi, dua bulan sudah Xiao Ruofeng telah pergi selamanya.
Kepergiannya menorehkan luka permanen di kehidupan semua orang di sekitarnya, termasuk Baili Dongjun.
Dia lebih memilih diam dan hanya duduk sambil menatap kosong ke arah taman, atau bahkan tidur seharian di kamar.
Bertolak belakang dengan sifatnya yang aktif dan cerewet, Baili Dongjun menjadi sangat pendiam.
Tidak ada yang bisa mengembalikan sifat ceria Baili Dongjun lagi. Bahkan Qianluo pun tidak bisa.
"A-niang!" Qianluo berlari menghampiri sang ibu yang tengah duduk di balkon lantai dua rumah mereka.
"Iya..." Jawab Baili Dongjun dengan nada yang lembut
"Ini untuk Niang" Qianluo memberikan Baili Dongjun setangkai bunga mawar putih
"Aaah anak Niang, terima kasih" Baili Dongjun mengambil bunga itu dan mulai mencium aroma wangi lembut yang keluar dari bunga itu.
"A-niang..." Qianluo memanggil lagi
"Ya anakku?" Jawab Baili Dongjun, sebisa mungkin dia selalu tersenyum pada Qianluo
"A-niang jangan sedih lagi"
"Eh? Siapa bilang A-niang sedih. A-niang tidak sedih, hanya ingin diam saja. Nih A-niang tersenyum pada Qianluo" Baili Dongjun menampakkan senyuman lebar miliknya pada Qianluo
"A-niang...."
"Iya kenapa lagi sayang?"
"Chu-er dan paman Langya kapan akan main-main kesini lagi?"
Mendengar pertanyaan sang anak membuat Baili Dongjun tertegun.
"Kemari nak" Baili Dongjun langsung memeluk erat Qianluo "Chu-er sedang masuk sekolah, dan paman Langya. Dia.... Dia sedang pergi untuk berobat"
"Dia sakit?" Tanya Qianluo polos
Baili Dongjun mengangguk "Karena menolong Niang dia jadi sakit, tapi sekarang dia sudah sembuh. Tapi dia tidak bisa bertemu dengan kita lagi"
"Kenapa?" Qianluo terlihat sedih ketika mendengar perkataan sang ibu
"Nanti Niang beri tahu kalau sudah tepat waktunya. Bagaimana?" Baili Dongjun menarik pelan dagu Qianluo
Qianluo mengangguk.
Tidak lama Sikong Changfeng berjalan menghampiri mereka.
"Qianluo, ayo sana bermain dulu. A-die mau berbicara dengan A-niang"
Qianluo mengangguk, dia lalu berlari pergi meninggalkan mereka berdua.
Sikong Changfeng langsung membelai lembut pipi Baili Dongjun.
"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya
Baili Dongjun mengangguk. Dia mengambil tangan Sikong Changfeng dan mengecup lembut jari jemarinya.
"Aku baik"
"Wajahmu semakin pucat. Apakah kau sudah makan hari ini?"
Baili Dongjun mengangguk "Sudah. Aku sudah makan"
"Dongjun...."
"Hmn?"
"Ada yang datang"
"Siapa?"
"Xiaoying. Dia ingin menemui mu"
Baili Dongjun masuk ke dalam aula utama bersama Sikong Changfeng.
"Xiaoying?" Panggil Baili Dongjun
Xiaoying langsung memberikan salam hormatnya kepada Baili Dongjun.
"Tuan Muda Baili"
"Apa kabarmu? Sekarang apa yang kau lakukan?"
"Baik Tuan Muda, sekarang Xiaoying sudah memiliki pekerjaan di kantor kepolisian di kota Jiang. Berkat Mendiang Raja Langya Xiaoying tidak kesusahan lagi. Dia memberikan banyak harta untuk Xiaoying tabung"
Baili Dongjun tersenyum "dia tidak benar-benar pergi. Dia masih tetap menjaga kita disini disaat dia sudah damai di surga"
"Xiaoying kesini hanya untuk menyampaikan sesuatu pada Tuan Muda Baili"
"Apa itu?" Tanya Baili Dongjun
"Xiaoying tau di antara semua orang, Tuan Muda adalah yang akan paling merasa bersalah, dan menyalahkan diri sendiri karena kepergian Yang Mulia"
Baili Dongjun tersenyum pahit "Harusnya dia bisa di selamatkan, Xiaoying-"
"Tidak Tuan Muda. Raja Langya memang akan mati"
Baili Dongjun mengernyit "Apa maksudmu?"
"Meskipun kau saat itu berusaha untuk terbang dan menangkapnya agar tidak terjatuh, dia akan tetap meninggal. Efek racun di dalam tubuhnya sudah mencapai titik akhir, dia memaksakan dirinya untuk tetap bertahan sampai dia bisa yakin kalau kau aman. Sebenarnya dia sudah tau dirinya sudah tidak tertolong. Dan tujuan dari raja Langya untuk bunuh diri di depan banyak orang adalah sebagai hukuman bagi keluarga kerajaan. Di Tianqi, banyak rakyat yang sudah tidak memuja keluarga kerajaan. Xiao Ruo Jin sekarang seperti orang gila di hantui penyesalan, raja sebagai seorang ayah dia sangat terpukul dan mulai sakit-sakitan. Dan Xiao Chuhe, dia berhenti berbicara dengan ayahnya dan memilih untuk tinggal dengan ibu nya. Raja Langya tau kerusakan yang akan dia timbulkan jika dia mati di depan banyak rakyat. Di tambah dia mengulur waktu agar Jenderal besar bisa menyelamatkan Situ Xue dan pangeran Ling Chen, di tambah untuk dokumen-dokumen rahasia yang dia serahkan kepada ayahmu untuk keselamatan kalian. Dia tau semua itu ada risiko dan dia mengambil semua risiko di depan matanya"
Air mata Baili Dongjun kembali terjatuh "Jadi dia memang sudah sakit sejak bertahun-tahun lalu?"
Xiaoying mengangguk
"Apakah ketika dia mulai batuk-batuk itu, itu awalnya?"
Xiaoying mengangguk lagi
"Dan dia memilih untuk tetap meminum racun itu sedikit demi sedikit?"
"...." Xiaoying terdiam
"Ayah dan kakak kandungnya yang meracuni dirinya dan membunuhnya secara perlahan" Baili Dongjun hampir saja terjatuh jika Sikong Changfeng tidak menangkap tubuhnya
"Hati-hati"
"Changfeng, aku mau ke kamar, bawa aku ke kamar" Sikong Changfeng mengangguk
Dia membantu Baili Dongjun untuk berjalan kembali ke dalam kamar mereka.
Dia membaringkan Baili Dongjun di atas kasur dan menyelimuti seluruh tubuhnya.
Air mata tidak berhenti mengalir dari mata indah itu. Sikong Changfeng masih berusaha untuk menyeka air mata Dongjun.
"Apakah ada yang bisa ku lakukan untuk mu, Dongjun? Untuk membuat rasa sakit mu lebih baik lagi"
Baili Dongjun menggeleng "Keberadaan mu adalah obat dari segala rasa sakit ku, Changfeng. Tolong jangan tinggalkan aku"
Sikong Changfeng menggenggam tangan Baili Dongjun "Tidak akan Dongjun, aku disini bersamamu. Akan delalu bersamamu" dia mengecup lembut dahi Baili Dongjun.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SHATTERED HEART
FanfictionBaili Dongjun hancur, benar-benar hancur ketika dirinya dipaksa untuk berpisah dengan Ye Dingzhi, cinta pertamanya dan di jodohkan oleh Xiao Ruofeng. memutuskan untuk kabur dari rumah untuk membuka rumah arak, dan disaat itulah dia bertemu dengan Si...