CHAPTER 21

203 27 16
                                    

  Baili Dongjun duduk santai di balkon lantai dua kediaman Baili sambil menenggak arak buatannya sendiri.

Dia melihat Sikong Changfeng berjalan keluar dari ruangan kerja Ayah dan kakeknya, ide nakal terlintas di pikirannya.

"Changfeng!" Dia memanggil

Sikong Changfeng mendongak "Dongjun, ada apa?" Tanyanya

"Heheh ayo tangkap aku" tanpa di duga-duga dia melompat dari balkon.

"HEH!"

Sikong Changfeng langsung berlari ke arah Baili Dongjun untuk menangkap dirinya.

Dengan mulus Baili Dongjun mendarat di pelukan Sikong Changfeng.

Terlambat sedetik saja, Baili Dongjun bisa jatuh dan terluka parah.

"Baili Dongjun apa-apaan!" Sikong Changfeng membentak kaget "Bagaimana kalau aku tidak bisa menangkapmu"

"Tidak. Aku melakukan ini karena aku tau kau akan selalu bisa menangkap ku disaat aku terjatu" dia mengecup singkat dahi Sikong Changfeng

"BAILI DONGJUN BOCAH TENGIK KAU KIRA AKU TIDAK MELIHAT KELAKUAN NAKALMU!" Tiba-tiba Baili Chengfeng muncul di belakang mereka "Kemarikan dia Changfeng biar ku banting ke tanah sekalian"

"Aaah Changfeng bawa aku pergi!"

Sikong Changfeng berlari dari kejaran Baili Chengfeng sambil membawa Baili Dongjun di gendongannya.

"T-tuan penerus... Maafkan dia..."

"Tidak ada kata maaf! Sini ku banting anak itu!"

"Tangkap aku kalau bisa tuan penerus weeek" Baili Dongjun mengejek

"Dongjun, bukan saatnya untuk meledek ayahmu"

Ucapan Sikong Changfeng justru di jawab dengan tawa oleh Baili Dongjun.

"Dongjun, Chengfeng, Changfeng" tiba-tiba Baili Luo Chen memanggil mereka bertiga

Ketiga nya serempak menoleh ke belakang

"Ayah?"

"Yeye?"

"Jenderal besar?"

Dia menatap tajam pada mereka bertiga. Membuat Sikong Changfeng, Baili Dongjun, dan Baili Chengfeng menjadi takut.

"KENAPA KALIAN BERMAIN-MAIN TANPA AKU!"

Dia langsung berlari menuju mereka bertiga "BERIKAN CUCUKU PADAKU!"

Mereka akhirnya berlari bersamaan, tawa riang gembira menggema di kediaman Hou. Tidak pernah mereka sebahagia itu.

"Ehem... Ehem... Jenderal besar" tiba-tiba Chen Sheng berjalan masuk

"Chen Sheng, ada apa?" Baili Luo Chen bertanya

"Ada sesuatu yang cukup penting ingin ku katakan pada kalian semua, terutama Tuan Muda Baili"

"Hah aku?" Baili Dongjun bingung. Dia dan Sikong Changfeng saling bertukar pandang

Chen Sheng mengangguk.

Baili Dongjun turun dari gendongan Sikong Changfeng dan mereka berlima berjalan masuk kedalam ruangan kerja Baili Luo Chen.

"Ada apa Chen Sheng, kau membuat ku cemas" Baili Chengfeng bertanya

"Ye Yun, atau sekarang yang kita kenal dengan Ye Dingzhi. Dia dan Yi Wenjun sudah memiliki anak"

"Hah?!" Baili Chengfeng, Luo Chen, dan Dongjun memekik secara bersamaan.

"Ye-Ye Yun?! Kapan buatnya?" Tanya Baili Dongjun polos

Baili Chengfeng memukul pelan kepala Baili Dongjun "Sembarangan!"

Baili Dongjun langsung mengatupkan bibirnya.

"Dan sekarang dia merebut kepemimpinan Tianwaitian"

"Tianwaitian? Tapi Yue Yao adalah pemimpin Tianwaitian. Bagaimana bisa?!"

"Dia menyandera Yue Yao dan orang-orang di Tianwaitian mengikuti dirinya karena dia adalah seorang ahli beladiri murni"

"Kasihan Yue Yao!"

"Justru Tuan Muda, sekarang aku merasa kasihan pada Langya Wang" Chen Sheng berkata

"Kenapa dengan Xiao Shixiong?" Tanya Baili Dongjun

"Semua orang ingin menyerangnya, dan yang aku tau beberapa hari lalu dirinya di jepit oleh Xiao Xie dan Ye Dingzhi juga mengancam dirinya dan wilayah Langya yang dia pimpin"

"Karena apa?"

"...." Chen Sheng ragu untuk menjawab

"Chen Sheng, katakan padaku"

"Mereka meminta hal yang sama"

"Apa itu?"

"Kau Tuan Muda"

Baili Dongjun sudah tau jawabannya tapi sekarang semuanya semakin jelas, dia lagi-lagi menjadi beban untuk Xiao Ruofeng.

"Hampir setahun kami tidak bertemu, tapi aku masih menjadi masalah untuknya" lirih nya

Sikong Changfeng memeluk Baili Dongjun, berusaha menguatkan dirinya.

"Kita semua akan membantu Ruofeng semampu kita" Sikong Changfeng berusaha menenangkan Baili Dongjun

Baili Dongjun mengangguk, dia mengistirahatkan kepalanya pada dada Sikong Changfeng

"Kalau begitu aku akan ke Tianqi, aku akan langsung bertanya pada Ruofeng" Baili Luo Chen berkata "Chen Sheng kau ikut bersamaku"

Chen Sheng mengangguk "Iya Jenderal besar"
.
.
.
.
.

   Xiao Ruofeng sedang membaca beberapa dokumen di dalam ruang kerjanya ketika Xiaoying mendatangi dirinya.

"Ada apa Xiaoying, apakah surat ancaman lagi? Dari siapa? Xiao Xie, Xiao Ruo Jin, atau Ye Dingzhi?" Tanyanya acuh tak acuh, fokusnya masih tertuju pada dokumen-dokumen yang menumpuk "Uhuk... Uhuk... Uhuk..." Batuknya masih tidak kunjung sembuh

"Bukan, yang mulia" jawab Xiaoying

"Lantas,dari siapa?"

"Ini adalah yang mulia raja. Ayah anda, yang mulia"

Xiao Ruofeng memandang tajam pada surat yang di bawa oleh Xiaoying.

"Bacakan langsung. Aku sedang sibuk"

Xiaoying membuka perkamen itu dan membaca isinya.

"Y-yang mulia raja ingin anda segera menghadap. Dan dia memerintahkan anda untuk tidak ikut campur dengan urusan antara dirinya dan keluarga jenderal besar Baili atau anda bisa terkena hukuman eksekusi mati karena tindakan pengkhianatan terhadap dinasti"

Xiao Ruofeng tersenyum pahit "Semua orang ingin aku mati hanya karena aku melindungi orang yang aku cintai" dia menggeleng "Katakan pada ayahku, nyawaku aku yang menentukan. Jika aku memang harus mati, aku akan mati di tanganku sendiri, dan tetap mati ketika melindungi Baili Dongjun" dia berkata dengan tegas

"Yang Mulia, anda-"

"Katakan saja begitu, aku tidak takut sama sekali. Jika ayahanda sudah mengatakan hal seperti itu, berarti dia sudah tidak menganggap ku sebagai anak lagi. Jadi jika aku memang harus mati, ya aku akan mati. Tapi aku tidak akan mati di tangan mereka sebagai seorang pengecut"

"..." Xiaoying terdiam mendengar perkataan Xiao Ruofeng "Yang Mulia..." Dia memanggil lirih

Xiao Ruofeng tersenyum kepadanya "Tenang saja Xiaoying, aku tidak akan mati. Tidak sekarang. Aku akan hidup lama, panjang umur, dan memiliki seorang anak" dia memberikan Xiaoying senyuman tulus dan hangat

HIS SHATTERED HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang