CHAPTER 12

308 36 3
                                    

  Baili Dongjun mulai menggeliat dalam tidurnya, perlahan dia membuka kedua matanya dan rasa sakit pada lehernya langsung menghantam dirinya.

Dia melihat sekitar dan menyadari dia sudah berada didalam kamar pribadinya di manor Hou. Kediaman pribadi keluarga Baili.

Dia berusaha bangkit dari tempat tidur, merenggangkan tubuhnya yang kaku.

Baili Dongjun berjalan keluar dari dalam kamarnya, dan seketika di sambut oleh seorang pelayan wanita dan dua penjaga pria.

"Ada apa ini?" Tanyanya, matanya menatap tajam pada kedua pria itu.

"Maaf Tuan Muda, ini adalah perintah tuan penerus kalau kau harus di jaga dengan ketat dan setiap ingin keluar harus di temani oleh penjaga"

"Oh..." Dia melihat Baili Chengfeng yang sedang berjalan menuju dirinya "Kalau begitu tidak usah keluar saja aku sekalian" dia kembali kedalam kamar dan membanting keras pintu kamarnya.

"Dongjun" Panggil Baili Chengfeng lembut, tapi sang anak tetap diam. Baili Chengfeng kembali mengetuk pintu "Dongjun, A-die ingin berbicara" tetap tidak ada jawaban. Baili Chengfeng menghembuskan nafas berat dan berjalan pergi.
.
.
.
.
.

   Di tempat lain, Sikong Changfeng sedang di dudukkan di sebuah ruangan di dalam rumah yang terlihat sangat mewah namun asing bagi dirinya.

Dia baru saja bangun ketika Chen Sheng membawanya masuk kedalam ruangan ini.

Sikong Changfeng menunggu dengan cemas, dia menghentak-hentakkan kakinya, pikirannya masih melayang tertuju pada Baili Dongjun dan bagaimana keadaannya sekarang karena Chen Sheng tidak mau menjawab pertanyaannya.

Tidak lama pintu terbuka, itu adalah Baili Chengfeng. Dia berjalan masuk bersama Chen Sheng yang membawa sebuah peti kayu yang cukup besar.

Dia duduk tepat di depan Sikong Changfeng.

"Sikong Changfeng" Panggilnya

"Tuan penerus, bagaimana Baili Dongjun?" Sikong Changfeng langsung bertanya

Baili Chengfeng menatap tajam padanya "Dia baik. Sedang istirahat dirumah" dia menjawab singkat "Terima kasih sudah menjaga anakku selama dia diluar sana. Aku sangat berhutang budi padamu-"

"Apakah aku bisa meluhat dirinya lagi?" Sikong Changfeng bertanya

"Maaf tapi tidak. Semuanya sampai disini saja."

Sikong Changfeng mengernyit "A-apa maksudnya?!"

"Perjodohan masih tetap berjalan. Dia akan tetap menikah dengan raja Langya dan masuk kedalam istana sebagai istri sah raja Langya" Baili Chengfeng mengambil sebuah gulungan surat dari dalam sakunya, dia juga memerintahkan Chen Sheng untuk meletakkan peti kayu yang Ia bawa di atas meja.

Chen Sheng membuka peti kayu itu, didalamnya penuh dengan kepingan tael emas.

"Apa maksudnya ini, Tuan penerus?"

"Ini adalah hadiah untukmu karena telah menjaga anakku selama dia di luar sana. Ini adalah sertifikat rumah ini. Sekarang rumah ini menjadi milikmu. Dan emas ini bisa kau buat untuk memulai hidup baru-"

"Anda mungkin salah mengerti Tuan Penerus. Aku bukan melakukan itu demi uang, jika memang untuk uang aku sudah menyerahkannya padamu. Aku menjaganya karena perasaan kami tulus"

"Kalau begitu maafkan keterus terangan ku ini, Changfeng. Apapun hubungan kalian sebelumnya, semuanya berakhir disini. Dia akan tetap menikah dengan raja Langya, dan kau akan pergi dari hidupnya" Baili Chengfeng menegaskan

Sikong Changfeng langsung bangkit dari tempat ia duduk "aku memang miskin, Tuan penerus tapi aku tidak serendah ini"

"Nak Changfeng aku tidak pernah membencimu karena kau miskin. Ini semua lebih rumit daripada yang kau pikirkan. Jujur jika ada skenario lain aku tidak keberatan kalau anakku bersama denganmu-"

Sikong Changfeng membungkukkan badannya "Terima kasih atas kebaikan Tuan Penerus. Changfeng pamit"

Sikong Changfeng berjalan pergi meninggalkan Baili Chengfeng dan harta yang Ia tawarkan.
.
.
.
.
.

  Baili Dongjun duduk di atas jendela kamarnya sambil menatap keluar jendela, menatap bulan dan bintang-bintang yang menerangi gelapnya malam.

Tidak lama kemudian Baili Chengfeng menerobos masuk kedalam kamar Baili Dongjun.

Dia berjalan maju dan menyadari makanan dingin dan kemungkinan basi di atas meja.

"Jun-er kau belum makan?"

"...." Baili Dongjun tetap diam

"Pernikahan mu dengan raja langya sudah di tentukan akhir bulan ini"

Mendengar perkataan sang ayah membuat Baili Dongjun menoleh untuk menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Pernikahannya batal"

"Tidak. Masih tetap akan dilaksanakan"

"Ooh jadi Fengqi berbohong padaku?" Dia tersenyum pahit

"Apa? Tidak- raja Langya tidak pernah berbohong. Pernikahan ini lebih penting dari yang kau kira-"

"Aku sudah cukup mendengar perkataan dari Tuan Penerus. Sudahi Sampai disini saja. Tapi aku hanya mau mengatakan satu hal. Aku dan Sikong Changfeng sudah berhubungan layaknya suami istri dan Xiao Ruofeng mengetahui itu"

Baili Chengfeng terdiam, dia mengepalkan tangannya dan tiba-tiba.

'Plak!'

Baili Dongjun merasakan tamparan keras pada wajahnya yang membuat dirinya tersungkur di lantai.

"DONGJUN KAU GILA YA! KAU MENGHANCURKAN SEMUA YANG SUDAH AKU ATUR DENGAN RAPIH!" Baili Chengfeng berteriak "Kau mau tau kenapa aku bersemangat mengaturmu, mengekangmu, kau kira aku suka mengekang anak tunggalku, darah dagingku!? Aku melakukan itu untuk melindungimu! kau tau karena kedekatanmu dengan Ye Yun dan keluarganya, kita dijadikan target oleh keluarga kerajaan dan kaisar. Mata-mata ayah mengatakan Xiao Ruo Jin berencana melamarmu sejak kau masih berumur lima belas. Dia menunggu kau cukup umur untuk di jadikan Selir cadangan. SELIR CADANGAN UNTUK MENGENDALIKAN DAN MENGHINA KELUARGA BAILI!"

"...." Baili Dongjun hanya diam menatap lantai, tidak mau melihat wajah sang ayah. Air mata mulai terjatuh dari mata indahnya.

"Xiao Ruofeng adalah satu-satunya cara kau selamat dari semua itu, karena jika kau menikahinya Xiao Ruo Jin tidak akan berani menyentuhmu atau keluarga ini! Posisi kita terjepit, Dongjun! Karena kasus keluarga Ye Yun kita tidak bisa berbuat apa-apa!"

Nafas Baili Chengfeng tersengal-sengal, wajahnya terlihat memerah, dia melemparkan sebuah guci hingga menghantam dinding dan pecah.

Baili Dongjun langsung menutupi wajahnya dengan tangannya, dia gemetaran ketakutan karena baru kali ini melihat ayahnya Semarah itu.

Menyadari kalau anaknya takut melihat dirinya, Baili Chengfeng merasa sangat bersalah. Dia berjongkok di sebelah Baili Dongjun.

"J-Jun-er... Maafkan Die, apakah Die membuatmu takut?" Dia mencoba membelai kepala sang anak "Dongjun, ayo sini A-die peluk" perlahan Baili Chengfeng menarik sang anak dan memeluknya erat

Baili Dongjun tidak membalas pelukan Baili Chengfeng sama sekali. Dia hanya diam tidak berbicara ataupun bergerak.


HIS SHATTERED HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang