CHAPTER 14

466 47 15
                                    

"Dongjun...."

Baili Dongjun mendengar seseorang memanggil namanya.

"Dongjun..."

Suara itu bergema didalam kepalanya.

"Dongjun ayo bangun"

Ketika matanya terbuka, siluet seseorang yang sangat dia kenal mulai terlihat.

"Dongjun, ayo buka matamu"

Semakin kesadarannya mulai membaik, semakin jelas pula orang tersebut.

"C-Changfeng?"

"Iya ini aku"

Baili Dongjun berusaha bangkit dari kasur "Changfeng, bagaimana kau-"

Sikong Changfeng mendorong pelan Baili Dongjun untuk tetap berbaring "Tenang. Ayo berbaring saja"

"Bagaimana kau bisa disini?"

"Lei Mengsha menjemputku, mengatakan aku bisa kembali kepadamu" Tiba-tiba Sikong Changfeng memukul kepala Baili Dongjun "Dasar ceroboh!" Sikong Changfeng membentak pelan

"Aaah sakit!" Rengeknya

"Kau sengaja meminum sebotol penuh pil gingseng untuk tidur tanpa makan apapun?? Tabib mengatakan perutmu kosong, kau kekurangan asupan makanan dan air. Pelayan juga mengatakan kau tidak makan sejak kau di bawa pulang. KAU INI MAU MATI KAH!"

Baili Dongjun menundukkan kepalanya sambil memanyunkan bibirnya "K-kalau mati kan aku bisa bebas. Tidak akan masuk istana dan terkekang selamanya disana"

"Heei Dasar kau ini" Sikong Changfeng menangkup kedua pipi Baili Dongjun "Kalau kau mati bagaimana kita akan menikah?"

"Hah menikah?"

"Iya. Ayahmu dan kakekmu sudah menyetujuinya. Tapi kalau kau tidak mau aku bisa pergi sekarang"

Ketika Sikong Changfeng ingin pergi, Baili Dongjun menarik tangannya "Enak saja, aku hampir mati karena semua ini, dan kau mau pergi?!"

Dia mengecup bibir Sikong Changfeng, mengisap dengan sangat rakus hingga Sikong Changfeng kewalahan.

Tiba-tiba Baili Chengfeng menerobos masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Dongjun, ini obat-" Dia langsung terdiam melihat kelakuan sang anak.

Sikong Changfeng berusaha memperingatkan Baili Dongjun, namun bibirnya masih di kunci dengan kuat olehnya.

Baili Chengfeng meletakkan nampan di atas meja dan berjalan menuju Baili Dongjun.

Dia langsung menarik telinga sang anak "Kalau kau sangat suka melumat bibir Sikong Changfeng, mulai besok bibir kalian berdua akan ku lem"

"Aaah aduh... Aduh sakit... Aaaah ampun" dia merengek

Baili Chengfeng melepaskan telinga Baili Dongjun "Dasar anak ini" dia lalu menatap Sikong Changfeng "Changfeng pastikan dia makan, kalau tidak makan paksa saja masuk seluruh makanan beserta mangkuk dan nampannya untuk dia telan" suara Baili Chengfeng terdengar seperti perintah hukuman mati bagi Sikong Changfeng.

"I-iya tuan penerus"

Baili Chengfeng berjalan pergi, matanya masih terkunci menatap Baili Dongjun yang cemberut karena kesakitan.

"Awas macam-macam lagi kau!" Bisiknya

"Weeek" Baili Dongjun mengejek

"Dongjun! Kau gila ya, untung aku tidak langsung di penggal oleh ayahmu"

"Heheheh" Baili Dongjun nyengir








    Sikong Changfeng duduk berlutut di depan Baili Luo Chen dan Baili Chengfeng.

"Sikong Changfeng..." Baili Luo Chen memanggil, suaranya terdengar sangat tegas dan berwibawa

"J-jenderal besar..."

"Aku sudah mendengar tentang hubunganmu dan cucuku dari Raja Langya"

Sikong Changfeng menelan ludah, jauh didalam hatinya dia berharap kalau Xiao Ruofeng tidak mengadukan apa saja yang dia lakukan pada Baili Dongjun selama mereka bersama.

Baili Luo Chen membelai pelan pedang miliknya di depan Sikong Changfeng.

"Besar juga nyalimu nak..."

Detak jantung Sikong Changfeng semakin kuat ketika melihat pedang legendaris jenderal besar Baili yang dikatakan tidak terkalahkan itu.

"Sudah melakukan sejauh itu, sebaiknya ada rencana untuk menikah atau...." Baili Luo Chen menarik pelan pedang itu dari sarungnya. Suara dentingan yang lembut terdengar "Kau tau kan apa konsekuensinya?"

Sikong Changfeng kembali menelan ludah "I-iya jenderal besar..."

"Kalau bukan karena cucuku, kalian penzinah seharusnya sudah di hukum di masukkan kedalam kandang babi"

Sikong Changfeng mengangguk.

"Karena kau memang pada dasarnya anak yang baik dan bertanggung jawab, akan ku izinkan kalian menikah. Tapi tentang masalah ini, hanya di antara kita saja. Bahkan ibunya Dongjun tidak tau. Raja Langya sudah cukup baik juga untuk tidak mengungkit masalah ini. Mengerti?!"

"M-mengerti jenderal besar"

"Baik pernikahan kalian akan dilangsungkan dalam waktu tiga hari kedepan. Kau bersiaplah"

Sikong Changfeng bangkit dari tempat ia duduk dan memberikan salam hormat.

"Terima kasih, jenderal besar. Changfeng pamit"

Ketika Sikong Changfeng berjalan pergi, Baili Chengfeng akhirnya berbicara.

"Ayah bagaimana menurut mu tentang anak ini?"

"Hmm... Dia anak yang baik dan polos. Bisa ku pastikan dia akan membahagiakan Dongjun kita. Berani aku katakan aku lebih mempercayai anak ini dibanding Ye Yun" Baili Luo Chen menjawab






    Di pasar di kota Zhenxi, Ye Dingzhi sedang duduk di sebuah warung sambil menunggu pesanannya.

Dia sengaja kembali ke Zhenxi karena mendengar Baili Dongjun sudah kembali pulang dan pernikahannya dengan Raja Langya sudah di batalkan, berharap dia akan menerima dirinya kembali.

"PENGUMUMAN! PENGUMUMAN SEMUANYA! DALAM WAKTU TIGA HARI KEDEPAN KELUARGA BAILI AKAN MENYELENGGARAKAN PERNIKAHAN TUAN MUDA MEREKA. TUAN MUDA BAILI DONGJUN DENGAN DEWA TOMBAK BERNAMA SIKONG CHANGFENG"

Terdengar suara seorang prajurit berteriak sambil menempelkan sebuah kertas pengumuman di papan.

Mendengar perkataan prajurit itu membuat Ye Dingzhi meremas gelas di tangannya hingga pecah berkeping-keping.

"Ooh jadi kau masih tetap memilih pemuda asing yang baru kau kenal itu dibanding aku?"


HIS SHATTERED HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang