Baili Dongjun dibangunkan oleh bias dari cahaya matahari yang berhasil mengintip dari balik sela-sela jendela kamarnya.
Dia tersadar kalau dirinya sedang tertidur di atas dada Sikong Changfeng.
Seketika pipi Baili Dongjun berubah memerah. Mereka tidak "tidur bersama" tadi malam namun apapun yang mereka lakukan, masih tetap sangat membuat Baili Dongjun tertawa kegirangan.
Tiba-tiba dia merasakan Sikong Changfeng mengeratkan pelukannya "Dongjun kalau sudah bangun bisa tidak jangan bergerak-gerak. Aku masih ingin memelukmu"
Baili Dongjun menusui hidung Sikong Changfeng dengan jari telunjuknya.
"Changfeng ayo bangun. Sudah pagi!"
Sikong Changfeng membuka kedua matanya dengan malas. Dia tiba-tiba membalikkan posisi Baili Dongjun yang berada di atasnya menjadi di bawah.
"Eh Changfeng-"
Sikong Changfeng menahan kedua tangan Baili Dongjun dan kembali mencium bibirnya.
Baili Dongjun menendang "adik kecil" Sikong Changfeng "Sudah! Bibirku masih kebas!" Amuknya
Sikong Changfeng tertawa geli "Maaf... Tapi bibirmu membuatku ketagihan. Ingin mencicipinya lagi dan lagi"
Baili Dongjun bangkit dari tempat tidur "Aku mau mandi"
"Mau mandi berdua?" Goda Sikong Changfeng
"Sembarangan!" Baili Dongjun melemparkan tusuk rambutnya kepada Sikong Changfeng dan berlari menuju kamar mandi.
Baili Dongjun keluar dari rumah dengan rambut yang masih agak lembab dan baju rapih. Dia mencari-cari Sikong Changfeng namun tidak menemukan dirinya.
"Dimana dia, kenapa tidak kelihatan dari tadi?" Baili Dongjun berkata sambil mengecak pinggang.
Perhatiannya tertuju pada makanan yang tersusun rapih di atas meja dan secarik kertas.
Baili Dongjun memungut kertas itu dan ada sebuah tulisan didalamnya.
"Pergi memancing, kau sarapan terlebih dahulu"
Senyuman merekah di wajahnya ketika membaca surat itu. Baili Dongjun menuangkan secangkir teh hangat yang dibuatkan oleh Sikong Changfeng dan mulai menyesap teh itu perlahan.
"Baili Dongjun"
Mendengar suara orang yang menyebut namanya membuat Baili Dongjun membeku. Perlahan dia membalikkan tubuhnya, dan gelas teh di tangannya jatuh dan pecah berkeping-keping ketika melihat siapa orang itu.
"X-Xiao Ruofeng..."
Berbeda dengan ekspresi panik Baili Dongjun, Xiao Ruofeng justru memasang senyuman terbaiknya.
"Dongjun-"
"JANGAN MENDEKAT!" Belum sempat Xiao Ruofeng menyelesaikan kalimatnya, Baili Dongjun sudah meneriaki dirinya.
Baili Dongjun memecahkan teko teh di atas meja dan mengambil potongan yang paling runcing dan menodongkan pecahan itu kepada Xiao Ruofeng.
"Aku mungkin tidak membawa pedangku denganku sekarang, dan kau juga lebih kuat dariku. Tapi ada kemungkinan aku melukaimu dan lari"
"Dongjun, tenang. Aku kesini bukan untuk membawamu pulang, jadi tolong buang pecahan beling itu. Itu mengiris tanganmu"
Xiao Ruofeng mengkhawatirkan darah yang mulai menetes dari telapak tangan Baili Dongjun akibat menggenggam beling dengan kuat.
"Percaya padaku, aku datang seorang diri. Tolong buang pecahan beling itu Dongjun. Aku tidak bisa melihatmu terluka" Xiao Ruofeng memohon
Setelah berpikir untuk beberapa saat, Baili Dongjun akhirnya melemparkan pecahan beling itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SHATTERED HEART
FanfictionBaili Dongjun hancur, benar-benar hancur ketika dirinya dipaksa untuk berpisah dengan Ye Dingzhi, cinta pertamanya dan di jodohkan oleh Xiao Ruofeng. memutuskan untuk kabur dari rumah untuk membuka rumah arak, dan disaat itulah dia bertemu dengan Si...